ITS News

Kamis, 14 November 2024
18 Juni 2009, 21:06

Suramadu Mengancam Lahan Basah Surabaya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ekosistem lahan basah yang berada di dekat kawasan kaki jembatan Suramadu pastinya sangat diincar oleh banyak pemodal. Seperti halnya dengan para pengembang properti serta industri, dengan adanya jembatan Suramadu banyak dari mereka yang memang berniat mengembangkan usahanya hingga ke Madura.

Bila diperhatikan, semenjak tahun 2003 sesaat proyek Suramadu ini baru berjalan, pembangunan Surabaya Timur juga menggeliat. Hal ini terlihat dari beberapa pengembang properti yang mulai berdatangan.

Sekitar ITS misalnya, daerah lahan basah Keputih kini secara perlahan telah beralih fungsi menjadi lahan permukiman. Setidaknya ada beberapa kawasan perumahan lagi yang mereduksi lahan basah yakni; Laguna Indah, Pantai Mentari dan Perumahan Bumi Marina Emas. Kekhawatiran pun muncul bila kondisi seperti ini akan banyak terjadi seiring berfungsinya jembatan Suramadu nanti.

Padahal, lahan basah merupakan salah satu komponen ekologi yang penting. Bahkan, sampai sekarang, setidaknya ada perjanjian internasional yang menekankan bahwa lahan basah merupakan salah satu ekosistem yang perlu dijaga, seperti dalam isi perjanjian Ramsar tahun 1971.

Menurut Konvensi Ramsar, lahan basah didefinisikan secara luas sebagai daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari 6 meter pada waktu air surut.

Arti Penting Lahan Basah
Lahan basah sendiri secara ekologis memiliki peran yang penting. Dari berbagai kajian ekologi, lahan basah memiliki potensi penyumbang keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan pantai timur Surabaya misalnya, sebagian areanya berupa hutan mangrove yang tiap tahun menjadi tujuan transit burung migran dari penjuru dunia bagian utara.

Menurut pantauan dari tim studi burung liar Biologi ITS, Pecuk, daerah seperti hutan mangrove Wonorejo kerap terlihat burung migran seperti burung Biru Laut dan Gajahan Timur, yang menggunakan wilayah ini pada waktu tertentu. Burung-burung ini menempuh jarak yang amat jauh dengan jalur migrasi Asia Utara hingga ke Asia Tenggara dan Australia.

Tujuan migrasi burung-burung ini masih banyak dikaji oleh para peneliti. Ada yang beranggapan bila mereka singgah ke lahan basah Surabaya untuk mencari makan dan bermigrasi meninggalkan musim dingin di belahan bumi utara. Ada pula yang mengatakan bila daerah lahan basah Indonesia juga dijadikan tempat untuk berkembang biak burung-burung migran tersebut.

Tak bisa dibayangkan bila pasca berfungsinya Suramadu dan para pengembang properti datang maka para burung migran ini juga akan kehilangan tempat untuk makan ataupun berkembang biak. Ini berarti perubahan lahan basah menjadi pemukiman akan mengurangi keanekaragaman hayati dunia, khususnya burung air migran.

Selain itu, sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati, lahan basah Surabaya juga berperan dalam fungsi tata air kota. Reklamasi kawasan pesisir menjadi permukiman juga memicu dampak banjir di Kota Pahlawan ini. Ini merupakan pertanda serius jika lahan basah Surabaya memang sudah sepatutnya dijaga.

Pembangunan Berkelanjutan Jawabannya
Dari berbagai dampak dari pembagunan di lahan basah Surabaya, pemerintah kota sepatutnya sudah menganalisa dan memagari lahan basah Surabaya dari pengembang properti dan industri yang tak pro lingkungan.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah salah satu solusi yang perlu dikaji oleh pemerintah surabaya. Hal ini juga mensiasati rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di sekitar kaki jembatan Suramadu sehingga keberadaannya nanti tak merusak lingkungan.

Selain itu, keputusan pemerintah kota Surabaya untuk menjadikan daerah Surabaya Timur sebagai kawasan konservasi sudah mengindikasikan niat pemerintah untuk menjaga kawasan pesisir dari reklamasi. Salah satu yang patut ditunggu adalah niat menjadikan kawasan mangrove di sekitar pantai timur menjadi kawasan ekowisata.

Saya berandai-andai apabila pembentukan kawasan hijau ini bisa terlaksana, maka Surabaya akan menjadi kota ekowisata. Sebelum meluncur ke Madura, melewati Suramadu pun kita bisa mampir sejenak menikmati panorama pesisir dengan keindahan burung pantai dan kawasan mangrove yang berjajar rapi.

Januar Indra Yudhatama
Mahasiswa Biologi ITS

Berita Terkait