Bahkan ketika harga minyak dunia melesat ke rekor tertinggi pada tahun 2008 yang lalu, 147 dolar/barel, konsumsi minyak dunia menunjukkan peningkatan sebesar 1,6 juta barel dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak dunia masih kokoh menempati urutan teratas dalam daftar penyedia (supplier) kebutuhan energi di dunia. Minyak bumi masih tak tergantikan oleh sumber energi lainnya kendati pun saat ini telah muncul beberapa energi terbarukan (renewable energy) seperti biofuel, nuklir, panas bumi (geothermal), biomass, dan sebagainya.
Menurut data terbaru dari IFR Report, Economist 2008, dalam rentang tahun 2005 – 2030 diperkirakan kebutuhan minyak akan tumbuh sebesar 1,4% per tahun. Sebenarnya, prediksi angka pertumbuhan ini jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan sumber energi lainnya seperti gas, masih lebih rendah. Akan tetapi, dalam proporsi penggunaan minyak sebagai energi di dunia, masih jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber energi lainnya.
Pada tahun 2005, minyak memegang kendali sebesar 39,2% dari total kebutuhan energi di dunia. Proporsi ini jauh di atas gas (23,0%), bahan padat (27,6%), bahkan energi terbarukan (10,2%) sekalipun. Dua dekade mendatang, lebih tepatnya pada tahun 2030, diperkirakan proporsi minyak sebagai sumber energi akan mengalami penurunan menjadi sekitar 36,5% dari total kebutuhan energi di dunia. Sedangkan proporsi gas naik menjadi 27,4%, bahan padat turun menjadi 26,8%, dan energi terbarukan justru diperkirakan turun ke angka 9,2%. Hal ini menggambarkan situasi bahwa sampai dengan tahun 2030, minyak masih menjadi primadona sumber energi.
World Economic Review 2007, Prior Statistics 2008 melaporkan bahwa sektor transportasi dan industri menjadi penyumbang terbesar untuk kebutuhan minyak dunia dengan pertumbuhan rata-rata 1,2% per tahunnya sampai dengan tahun 2030. Dan yang perlu dijadikan catatan adalah negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan Asia Selatan memberikan porsi terbesar yaitu 58% dari total peningkatan kebutuhan minyak dunia. Hal ini mengingat di kawasan tersebut terdapat negara-negara berkembang dengan populasi penduduk yang sangat besar seperti Indonesia, India, Vietnam, serta negara maju seperti China yang konsumsi minyaknya menempati urutan ketiga di dunia.
Populasi penduduk yang besar dan masalah transportasi massal yang belum memadai di beberapa negara berkembang tersebut menyebabkan jumlah kendaraan pribadi berbahan bakar minyak terus meningkat setiap tahunnya. Pada akhirnya menyebabkan konsumsi minyak dunia juga mengalami peningkatan.
Lalu, bagaimana dengan jumlah cadangan minyak dunia saat ini? Berdasarkan World Energy Report, OPEC Report 2008, cadangan minyak mentah terbukti di dunia (world proven crude oil) berada pada posisi 1.195.318 juta barel, dimana sebagian besar berada di negara-negara yang tergabung dalam OPEC. Cadangan negara-negara tersebut mencapai 927.146 juta barel atau sekitar 77,6% dari total cadangan minyak mentah terbukti di dunia. Arab Saudi merupakan negara yang mempunyai cadangan minyak bumi (oil reservoir) terbesar yaitu 264,3 miliar barel. Berbeda jauh dengan Indonesia (ketika laporan tersebut dibuat, Indonesia masih merupakan anggota OPEC) yang berada di posisi kedua terbawah dari 25 negara yang tercatat memiliki cadangan minyak bumi, dengan kandungan minyak bumi sebesar 4,4 miliar barel.
Berdasarkan data yang tersedia, jika kita menganalisa secara “ekstrem†yaitu dengan menganggap bahwa cadangan minyak bumi tidak akan bertambah sampai dengan tahun 2030 dan pertumbuhan kebutuhan minyak rata-rata 1,4% (anggapan perhitungan mulai tahun 2008) seperti laporan IFR Report, Economist 2008 di atas, maka ketika tahun 2030 telah tiba, cadangan minyak mentah dunia akan terkuras sebesar 843,95 miliar barel (70,6%). Hanya tersisa 351,38 miliar barel (29,6%). Cukupkah untuk beberapa tahun setelahnya? Tak ada seorang pun dari kita yang tahu.
Memang kondisi demikian kemungkinan kecil terjadi karena berbagai aktivitas eksplorasi minyak (oil exploration) untuk menemukan sumur-sumur minyak baru masih terus dilakukan oleh berbagai perusahaan minyak dunia lewat penelitiannya. Namun, alangkah bijaknya kita sebagai pengguna minyak bumi untuk memanfaatkan minyak sebagai sumber energi secara tepat dan efisien.
Negara-negara berkembang perlu membuat regulasi yang jelas untuk mengatur pertumbuhan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak. Industri-industri otomotif harus terus melakukan inovasi dalam menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan.
Seraya terus berkurangnya cadangan minyak bumi, berbagai penemuan sumber energi lain khususnya energi terbarukan harus terus digenjot dan mampu diproduksi secara massal. Jika tidak, akan terjadi krisis energi yang melanda dunia dalam dua dekade mendatang. Tentunya kita tidak ingin hal tersebut terjadi karena akan membawa dampak yang luar biasa terhadap segala sektor kehidupan. Terlebih dunia masih bergantung kepada emas hitam ini sebagai sumber energi utama. Lalu, kenyataan seperti apakah yang akan terjadi pada tahun 2030 mendatang? Menarik untuk terus disimak. Kita tunggu saja.
Ardiansyah Kusuma Negara
Alumni ITS (Teknik Sipil angkatan 2005)
Peneliti (Research Consultant) di Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco) dan Mahasiswa S-2 King Abdullah University of Science & Technology (KAUST), Arab Saudi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi