ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
04 Agustus 2009, 11:08

Mahasiswa ITS Temukan Regulator Otomatis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Penemuan ini dilatarbelakangi sering terjadinya kebocoran gas elpiji di masyarakat yang berakibat tabung gas meledak," kata M. Firmansyah, selaku ketua tim PENS ITS di Surabaya, Senin.

Alat yang dibuat oleh Firmansyah, M. Masru, Oxi Purbaya, dan Anang Priyono itu merupakan pengembangan dari alat yang telah ada dan dijual di pasaran.

"Sebagian besar alat pendeteksi kebocoran gas memasang ‘solenoid valve’ pada pipa regulator. Hal ini memungkinkan masih ada gas yang bocor pada tabung," katanya.

Untuk itu, mereka di bawah bimbingan dosen ITS, Ir. Era Purwanto, M.Eng, Indhana Sudiharto, ST. MT, dan Endro Wahjono S.ST mengembangkan alat yang sudah ada itu dengan meletakkan "solenoid valve" bukan pada pipa regulator, tetapi pada katub yang langsung terhubung dengan tabung.

"Ini kami lakukan karena berat jenis gas lebih ringan daripada udara, sehingga gas selalu bergerak ke bawah. Apabila ada gas yang bocor, gas ini akan terdeteksi oleh sensor," kata Firman.

Sensor yang terhubung dengan modul itulah yang mampu menyebabkan "solenoid valve" bekerja. Dengan "mikrocontroller" sebagai basis pada modul, gas tersebut di ubah menjadi tegangan. "Akibatnya ‘plunger’ akan bergerak ke bawah sehingga menutup lubang pada ‘port’ dan menghalangi gas yang melewati ‘valve’," katanya menjelaskan.

Di samping itu alat tersebut juga dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi dan lampu indikator yang menyala sewaktu terjadi kebocoran. Alarm ini akan mati bersamaan dengan tertutupnya lubang gas. "Penempatan ‘solenoid valve’ pada katub inilah yang menjadi nilai plus alat tersebut," katanya.

Untuk lebih menunjang kinerja alat, mereka telah melakukan observasi ke PT Pertamina yang berada di daerah Rungkut, Surabaya.

Melalui percobaan berulang kali, akhirnya alat itu mampu mendeteksi kebocoran gas secara tepat. Tidak hanya itu, mereka pun mengantisipasi sisa gas buang akibat kebocoran dengan menempatkan "exhaust fan" di daerah sekitar penyimpanan tabung. Sehingga sisa gas akan langsung terdorong keluar bersama embusan udara dari "exhaust fan" yang otomatis juga menyala. Setelah kebocoran dapat dicegah, maka pada panel kontrol akan terlihat tulisan "Kondisi Aman".

Sayangnya pembuatan alat itu menelan biaya yang tidak sedikit. "Untuk membuat alat ini setidaknya dibutuhkan biaya sekitar Rp4-5 juta," kata Masru mengenai tugas akhirnya itu. Meskipun demikian, Masru mengaku puas karena nanti alat itu dapat dikembangkan untuk pemakaian, tidak saja di kalangan industri, tetapi juga di kalangan rumah tangga.

"Untuk memunculkan ide kreatif itu, kami harus peka terhadap kondisi masyarakat," kata Firmansyah menambahkan.

Karena berbiaya besar itu pula, karya empat mahasiswa PENS ITS itu gagal menyabet gelar dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Ke-22 di kampus Universitas Brawijaya, Malang, pada tanggal lalu.

Meskipun gagal, kata Firmansyah, karya mereka mampu menyedot perhatian berbagai pihak karena dianggap bermanfaat.*

Berita Terkait