ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
05 Agustus 2009, 14:08

Achmad MA, Terpilih sebagai Pustakawan Berprestasi Dirjen Dikti

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

UCAPAN selamat terus mengalir kepada Achmad. Dosen, karyawan perpustakaan, juga mahasiswa mendatangi ruang kerjanya, bidang Marketing dan Training Perpustakaan ITS, kemarin. ”Saya baru saja datang dari Jakarta kemarin (Minggu) malam,” kata Achmad.

Dia baru masuk kantor kemarin dan langsung diserbu koleganya. Kepala Perpustakaan ITS periode 1995-2008 itu kini memang menjadi staf Marketing dan Training Perpustakaan ITS.

Makalah bersampul hijau tergeletak di atas mejanya. Judulnya, Kompetensi Pustakawan untuk Menunjang Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional. Itulah yang dipaparkan Achmad dalam pemilihan Pustakawan Berprestasi yang diadakan Dirjen Dikti di Jakarta, 27-30 Juli lalu.

Achmad menyebutkan dua poin yang harus dimiliki pustakawan. Yakni, profesional dan individu. Pustakawan profesional harus menguasai teknologi. ”Teknologi semakin berkembang. Pustakawan dituntut bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi dari luar,” katanya.

Dalam praktik sehari-harinya sebagai kepala perpustakaan (waktu itu), dia memberikan pendidikan teknologi kepada tiap-tiap karyawan. ”Semua karyawan harus bisa mengoperasikan komputer hingga punya website sendiri,” tuturnya.

Untuk individu, pustakawan harus bisa melayani dengan sebaik-baiknya. Karena itu, pustakawan harus tahu yang dicari seseorang di perpustakaan. Bukan berarti tahu semua buku, namun lebih pada memahami resensi-resensi buku dan bisa membantu seseorang mendapatkan informasi dari buku-buku tersebut. ”Pustakawan tidak hanya menata buku dalam rak-rak,” tegasnya.

Dalam pemilihan tersebut, lulusan Loughborough University of Technology, Inggris, itu menyisihkan 40 pustakawan se-Indonesia. Pemenang kedua ditempati Endang Fatmawati SS SSos MSi dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, dan pemenang ketiga diraih Sri Rumani SH SIP MSi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia yakin, salah satu yang membawa dirinya sebagai pemenang adalah konsepnya yang dinamakan Pencerahan Pagi. Forum sharing antarkaryawan perpustakaan ITS. ”Program tersebut kami lakukan sejak 2003,” jelasnya.

Waktunya tidak lama, cukup 20 menit mulai pukul 08.00. Seluruh karyawan Perpustakaan ITS yang berjumlah 43 orang itu berkumpul melingkar. Semua berhak sharing apa saja. ”Tapi, sharing-nya harus positif dan memotivasi,” ujar Achmad.

Dia mencontohkan salah satu materi sharing yang berjudul Segelas Susu. Syahdan, ada anak penjual koran kehausan setelah menjajakan dagangannya seharian. Lalu, dia meminta segelas air minum kepada seorang ibu. Ibu itu memberi dia segelas susu.

Suatu hari, ibu tersebut sakit parah. Dia butuh biaya besar untuk operasi di rumah sakit. Dia bingung setelah menjalani operasi, bagaimana membayarnya. ”Ibu tidak usah membayar. Ini adalah balas budi dari segelas susu,” kata kepala rumah sakit yang ternyata anak penjual koran yang dulu diberi segelas susu itu.

Memotivasi, menularkan semangat, kata bapak empat anak tersebut, sangat penting dalam hidup. ”Dengan semangat dan motivasi, tiap individu akan selalu berpikir untuk melakukan yang terbaik,” ujarnya.

Materi lain yang paling sederhana dalam sharing adalah tentang penyakit stroke lawan senyuman yang dibawakan salah seorang karyawan. Stroke adalah penyakit yang tidak bisa diprediksi datangnya. Tapi, stroke bisa dicegah. Dengan senyum, saraf-saraf akan tertarik, juga berimbas kepada sel-sel otak dan mengurangi stres. Kesimpulannya, stroke bisa dicegah dengan senyum. ”Tersenyum itu ibadah juga kan,” ungkap alumnus SMAN 2 Kediri tersebut.

Materi motivasi dalam sharing yang dilangsungkan di lobi depan perpustakaan itu tidak harus dari buku, tapi juga kejadian sehari-hari. Mulai lingkup keluarga, kantor, hingga segala sesuatu yang ditemui.

Dengan motivasi-motivasi semacam itu, setiap hari tiap-tiap karyawan mendapatkan pengalaman dari orang lain. Setidaknya, mereka diingatkan tentang sisi-sisi optimisme, hubungan dengan orang lain, sampai hubungan kepada Tuhan.

Achmad membawa contoh-contoh sharing itu dalam presentasi. Pria kelahiran 1 Januari 1951 tersebut mengaku kemenangannya itu tidak lepas dari efek positif yang didapat dalam Pencerahan Pagi. ”Saat itu, saya merasa semua anggota diskusi adalah rekan-rekan saya. Hampir seluruh juri merespons positif kepada saya,” paparnya.

Dalam pemilihan tersebut, Achmad tidak hanya mempresentasikan makalah. Tapi, dia juga menjalani sesi penilaian diskusi kelompok membahas masalah-masalah yang dihadapi pustakawan dan solusinya, termasuk memotivasi karyawan.

Atas kemenangan tersebut, Achmad membawa pulang sebuah trofi Pustakawan Berprestasi, uang Rp 15 juta, laptop, serta kamera digital. Rencananya, 17 Agustus mendatang, dia kembali ke Jakarta untuk mengikuti upacara di istana. ”Ini masih rencana. Undangannya belum datang,” katanya lantas tersenyum. ”Yang penting, do the best,” imbuhnya.

Pustakawan memang impian Achmad. ”Pustakawan adalah tuntutan hati,” ujarnya. Kepiawaiannya dalam bahasa Inggris dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan tentang dunia luar. ”Tidak ada hobi yang bisa mengalahkan kesukaan saya membaca,” tegas sarjana sastra Inggris dari Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.

Buku tentang people skill paling digemari. ”Buku saya 85 persen tentang people skill dan 15 persen teknik,” jelasnya. Karena itu, dia sangat menikmati ketika merintis karir sebagai pustakawan di ITS pada 1991. Empat tahun kemudian, dia diangkat menjadi kepala perpustakaan. (*/cfu)

Berita Terkait