Lirik itu dinyanyikan merdu oleh Asmaul Husna, mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, salah satu anggota tim Gatot Kaca of ITS (Go-ITS). Kali ini Una, panggilan akrabnya, memang bertugas menjadi Syekh. Syekh sendiri adalah penyanyi yang mengiringi tarian Saman.
Semantara delapan anggota Go-ITS yang lain menjadi penarinya. Posisi mereka sedang duduk bersimpuh seperti seorang pertapa. Ketika ia membacakan lirik tadi, para penari memberikan salam dan penghormatan dengan membungkukan badan. Gerakan ini memang ditujukan untuk menyambut para tamu yang menyaksikan gelaran tari ini.
Setelah itu, gerakan tari semakin beragam. Mereka hanya membutuhkan tangan yang cekatan, daya ingat serta kekompakan. Kepala mereka mengangguk dan menoleh mengikuti gerakan tangan. Berulang kali tangan mereka ditepuk keras-keras ke beberapa bagian tubuh seperti dada dan paha. Bahkan lantai pun dipukulnya. Hasilnya, irama tepukan yang harmonis menambah manis gemulainya tangan.
Paling seru, ketika mereka menari membentuk ombak yang bergulung-gulung. Masing-masing penari membentangkan tangan dan saling bertukar tempat ke depan dan ke belakang. Tapi tetap dalam posisi duduk awal. Ketika lagu semakin cepat, gerakan mereka semakin mirip seperti ombak menggulung.
Semakin lama, suara Syekh pun makin lantang mengiringi dengan beat cepat. Tetap dengan bahasa dan logat Aceh yang kental. Maklum, Una berasal dari Aceh dan memang pernah berlatih tarian ini sebelumnya. Para penari dan Syekh pun saling berbalas lagu seperti berbalas pantun. Tangan mereka mengikuti nyanyian Syekh yang semakin cepat. Wajar, kalau para pengagum tari ini menyebut Saman sebagai tari seribu tangan. Sangat atraktif.
Sepuluh menit berselang, para penari kembali melakukan gerakan penghormatan kepada penonton seperti awal tadi. Tapi kali ini, penghormatan untuk izin tanda tarian telah usai. “Wuuaahh….sakiiittt,†ujar salah satu penari sambil memegangi lengannya. Sementara lainnya memegangi lututnya yang memerah. Keluhannya ada saja. Dari mulai lutut cekot-cekot karena dipakai untuk menumpu badan selama menari, kepala pusing karena gerakan kepala yang cepat, tangan pegal-pegal dll. Maklum, sebagian besar dari mereka baru pertama kali menari.
Sebenarnya hampir seluruh penari bukanlah orang Aceh. Sudah sulit gerakan, sulit pula pengucapan liriknya yang berbahasa Aceh itu. Sehingga bertambahlah perjuangan mereka untuk menguasai tari Saman. Tapi bagi mereka, layar yang sudah terkembang pantang dilipat kembali. Anak-anak itu pun berusaha memberikan yang terbaik dalam perjalanan duta ilmu dan budaya ke Kobe, Jepang.
“Kemajuan pesat nih!†komentar Una setelah latihan. Hanya satu minggu waktu mereka untuk latihan. Dari nol sampai jadi tarian yang layak dipertontonkan di depan civitas Kobe University (KU) dalam opening ceremony 24 Agustus nanti. Ketika di Jepang nanti tak ada lagi waktu untuk latihan. Mereka harus fokus dengan workshop tentang mitigasi bencana.
Selama ini mereka lebih sibuk untuk menyiapkan materi presentasi. Beberapa materi yang akan dipresentasikan seputar bencana Tsunami Aceh, Lumpur Sidoarjo dan Gempa Jogja. Selain itu, mereka juga agak sedikit kerepotan ketika harus berkomunikasi dengan panitia dari KU secara berkala. “Jadwal tari memang sengaja ditaruh di minggu akhir karena pada minggu-minggu awal persiapan. Kami lebih fokus pada persiapan materi dan persiapan keberangkatan,†ujar Mirna Tanjung Sari, Koordinator tim Go-ITS.
Setelah semua materi sudah rapih, Go-ITS menentukan tari apa yang akan ditampilkan disana. Muncul beberapa pilihan, salah satunya adalah tari Reog Ponorogo. Alasan mereka memilih tarian ini karena memang Tari Saman cukup popular di luar negeri. Sama populernya dengan tarian Jawa atau Bali. Alasan kedua karena asal muasal tarian ini dari Aceh. “Aceh identik dengan tsunami besar di tahun 2004. Sejalan dengan tema mitigasi bencana,†tegasnya. Alasan pemilihan Saman tambah kuat ketika panitia di Jepang memang request tari Aceh atau tari Bali.
Sebenarnya nama tarian ini adalah Rateb Meuseukat. “Saman itu banyak jenisnya. Salah satunya Rateb Meuseukat,†ujar Una yang juga Mahasiswa Berprestasi III ITS. Beberapa gerakannya pun banyak dimodifikasi untuk mempermudah. “Karena waktu mendesak. Beberapa bagian harus dirubah. Namun estetika dari tarian itu tetap ada,†tambahnya.
Selain dari tari Saman, Go-ITS juga akan menampilkan lagu-lagu daerah dan nasional dengan menggunakan alat musik angklung. Tim Go-ITS memang “ditugaskan†untuk membawakan angklung ke KU. Sebenarnya disana mereka sudah punya satu set namun rusak karena memang sering dipakai latihan mahasiswa di sana. Rektor KU mengaku tertarik dengan keunikan alat musik angklung.
Mereka akan memainkan lima lagu daerah dengan medley antara lain Rambadia, Si Patokaan, Cing Cangkeling, Gundul-Gundul Pacul, dan Yamko Rambe Yamko. Kelima lagu tersebut dipilih bukan tanpa alasan. Asal dari kelima lagut tersebu menunjukkan jati diri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kami memang sengaja memilih lagu yang mewakili dari berbagai daerah. Dari Sumatera sampai Papua,†tutur Mirna. Sementara lagu nasional berjudul Indonesia Pusaka menjadi penutup dari “konser†angklung nanti.
Sama seperti belajar menari, belajar bermain angklung juga tidak mudah. Bahkan ada beberapa anggota tim yang memang belum paham betul tentang nada. Mereka yang belum paham, merasa sangat kesulitan membedakan mana do dan mana re dll. Apa angka tiga itu mi atau fa. Belum lagi mengenai ketukan. Semuanya butuh kekompakan dan kerja sama tim. “Pertama memang berantakan. Tapi wajar, namanya juga masih baru belajar,†ungkap Mirna. Rencananya mereka akan menampilkannya di sebuah kapal penelitian milik KU. Kapal tersebut yang akan membawa mereka menuju pulau Awaji.
Terakhir, mereka berharap dengan adanya pertukaran mahasiswa ini, mereka mampu sedikit mengenalkan budaya Indonesia. Sehingga terjadi proses saling mengeratkan hubungan kedua negara. “Kami juga berusaha mempelajari budaya dan kebiasaan orang Jepang,†tutupnya. (bah)
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian acara Gerigi x UKM Expo (GEREX) 2025 akhirnya mencapai puncaknya pada hari ketiga,
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi melepas keberangkatan Tim Ekspedisi Patriot 2025 di Plaza
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui ITS Global Engagement (ITS GE) menggelar lokakarya seni
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya menyemarakkan peringatan Dies Natalis ke-65, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan Gerakan