Palu telah diketukkan di atas meja, sumpah atau janji pun telah terucap, pertanda keputusan telah diambil dan yang terpilih pun telah siap menjalankan mandat. Tepat 1 Oktober 2009, 560 Anggota DPR dan 132 anggota DPD periode 2009-2014 dilantik sudah. Mereka tampak khusuk mengucapkan sumpah/ janji sebagai wakil rakyat di bawah arahan Ketua Mahkamah Agung Harifin Tumpa.
Dan 3 Oktober 2009, Taufiq Kiemas akhirnya terpilih menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sidang paripurna MPR yang diberlangsungkan pada malam hari itu pun menyepakati paket petingggi-petinggi yang duduk di lembaga tertinggi di negara ini, MPR. Diantaranya Taufik Kiemas sebagai Ketua dan empat wakil ketua, yakni Melani Lemeina Suharli (Demokrat), Hajrianto Y. Tohari (Golkar), Lukman Hakim Saefuddin (PPP), dan Ahmad Farhan Hamid (Dewan Perwakilan Daerah/DPD). Paket tersebut disepakati secara aklamasi setelah hampir seluruh fraksi DPR secara bulat mengajukan paket yang sama.
Walaupun keputusan telah diambil, nampaknya gonjang-ganjing ketidak puasaan itu ternyata masih ada. Hal ini semakin terbukti,pada saat keputusan final itu diambil, anggota DPD memboikot, antara lain, Laode Ida (Sulawesi Tenggara), John Pierris (Maluku), dan Aksa Mahmud (Sulawesi Selatan). Aksi tersebut diikuti mayoritas anggota DPD. Di antara 132 senator, hanya 25 orang yang menghadiri sidang paripurna MPR. Bahkan, tak satu pun unsur pimpinan DPD yang tampak.
Belajar dari Sopir Bus
Pada suatu malam, sopir bus antar kota itu membawa kendaraannya menyeberangi sebuah sungai. Jembatan rusak dan semua kendaraan harus mempergunakan jembatan darurat. Sebenarnya lumrah saja,. Tapi beberapa detik di malam yang hujan dan senyap itu sang sopir ragu, kuatkah jembatan ini?
Memang aneh. Entah sudah berapa kali ia melewati jemabatan darurat sepanjang riwayatnya, tapi baru kali itu mendadak ragu. Tapi cuma sepersekian detik. Ia melihat dua lampu di pasang di kedua ujung. Tiga orang, diantaranya berbaju hansip. Dengan mantel murah berdiri di tepi jembatan. Sang sopir pun segera menginjak kopling dan memindahkan porseneling ke gigi satu. Bis mendaki. Di bawah roda, jembatan pun bising berkerotak…
Dan kemudian sopir itu bertutur: “Tiap hari saya sadar apa yang selama ini saya lakukan, saya berjudi dengan nasibâ€. Tapi di jembatan itu saya sadar apa yang tak selama ini saya sadari: akhirnya kita harus percaya, ada sejumlah orang yang telah bekerja sebaik-baiknya hingga kita terhindar dari kecelakaan.
Agaknya memang demikian – dan itulah kebijaksanaan yang disisipkan oleh seorang sopir bus. Ternyata dirinya masih percaya kepada orang lain. Setidaknya kepada buruh di jembatan itu.
***
Pesta demokrasi memang baru saja usai, akan tetapi masih menyisakan semburat kekecewaan, karena hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita meniru kebijaksanaan dari sopir bus tersebut. Memberi kepercayaan kepada yang telah terpilih untuk mengerjakan mandat yang telah menjadi kewajibannya. Bukankah perdebatan politik itu, hanya terjadi pada segelintir orang?
Karena kebanyakan, penduduk negeri ini, terutama kaum papa sudah tidak lagi mempedulikan hal itu. Bukan karena mereka sudah tak lagi peduli, Tapi ada hal lain yang lebih penting untuk mereka pikirkan tak hanya sekedar perebutan tahta kekuasaan, yakni pemenuhan kebutuhan sandang, pangan serta papannya.
Biarkanlah mereka menjalankan mandat serta menepati janji-janjinya kepada raja sebenarnya negeri ini, yakni rakyat. Biarkanlah abdi masyarakat itu bekerja, untuk membenahi. Penanganan kasus pelanggaran HAM dan pemberantasan korupsi adalah satu dari sekian harapan publik untuk dijadikan program prioritas mereka. Karena kedua persoalan tersebut, kendati sudah ditangani secara sungguh-sungguh oleh parlemen peridode yang lalu, namun hasilnya belum sesuai harapan masyarakat. Dan sebagai rajanya, kita hanya dapat memantau jika suatu kelak terjadi penyelewengan. Bukankah itu sudah sepatutnya?
*Di cuplik dari berbagai sumber
Siti Makkatur Rohmah
Mahasiswa Fisika
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi