ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
10 Januari 2010, 07:01

Tim UKM Maritim Challenge ITS Perkenalkan Perahu Merdeka 2

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebelum diluncurkan, perahu seberat 1.600 kilogram itu dipamerkan kepada para undangan di gedung Pasukan Katak Koarmatim Surabaya. Peluncuran kemarin sekaligus menandai kesiapan tim wooden sailing boat ITS menuju kompetisi perahu layar bergengsi, Atlantic Challenge di Midland, Kanada, pada 24 Juli 2010. Perahu Merdeka 2 akan melanjutkan tongkat estafet pendahulunya, yakni Merdeka 1, yang bertarung dalam kompetisi senada di Finlandia pada 2007.

Acara peluncuran kapal sepanjang 11,76 meter tersebut disambut meriah oleh civitas academica ITS, para pejabat Pemkot Surabaya, dan Koarmatim.

Dalam acara tersebut, UKM Maritim Challenge memaparkan perencanaan dan pengerjaan perahu itu. Pimpinan Proyek Fadwi Mukti Wibowo mengatakan bahwa timnya mengerjakan secara mandiri perahu berkapasitas 13 penumpang tersebut, mulai penjadwalan, perencanaan, pemilihan bahan baku, perakitan, pengecatan, sampai finishing. Itu berbeda dengan dua tahun lalu, saat mereka mengerjakan perahu Merdeka 1. Waktu itu, UKM yang dibina pakar pendidikan Daniel M. Rasyid tersebut dibantu instruktur perperahuan dari Prancis, Roger Mc Jhonson.

Lebih lanjut, Fadwi mengatakan, selama pengerjaan, tak ada seorang pun anggota tim yang mengajukan cuti kuliah. "Apa gunanya manajemen waktu dan tim kalau kami nggak bisa membagi waktu?" ucap Fadwi.

Merdeka 2 mulai dibuat pada Juli 2009. Pembuatannya diprediksi memerlukan waktu enam bulan. Tapi, saat menginjak pertengahan September yang bertepatan dengan bulan puasa lalu, pengerjaan Merdeka 2 ikut mandek. "Kami pikir, kami bisa jalan terus meskipun puasa. Ternyata, lebih menguras tenaga," papar dia sembari tersenyum.

Merdeka 2 termasuk perahu berjenis bantry bay gigs, murni merupakan perahu layar tanpa mesin. Untuk mengoperasikannya, hanya disediakan sepuluh dayung. Perahu jenis itulah yang memang diminta penyelenggara Atlantic Challenge. Tujuannya, mempertahankan keaslian dan mutu perahu layar agar kian "bandel" di medannya. Karena itu, dari tahun ke tahun, modifikasi bentuk perahu jenis tersebut tidak banyak. "Yang kami ubah adalah item pendukungnya, seperti bentuk layar dan pengait tali, termasuk ukuran dayung," papar mahasiswa semester tujuh jurusan teknik perkapalan ITS itu.

Selain menciptakan pengait layar yang tahan terhadap angin, Fadwi dkk berusaha memperbarui material. Untuk perahu seri terbaru kali ini, mereka menggunakan bahan baku kayu yang lebih ringan daripada Merdeka 1, yakni kayu mahoni. Menurut dia, bahan kapal yang sekarang 20 persen lebih ringan daripada bahan kayu jati dan bangkerai untuk Merdeka 1. Sekalipun lebih ringan, kayu mahoni masih tangguh di lautan.

Jelang pemberangkatan Merdeka 2 ke Kanada pada 24 Juli, tim wooden sailing boat masih menghadapi kendala. Yakni, perahu yang pembuatannya menghabiskan dana Rp 200 juta itu belum memiliki layar. Untuk kompetisi yang mengandalkan arah angin, layar adalah penentu utama. Layar, menurut Fadwi, harus diimpor. Harga satu paketnya mencapai Rp 50 juta. "Kalau mentok, mungkin kami pakai punya Merdeka 1. Tapi, itu pun kurang maksimal karena sudah dipakai latihan oleh tim," ucapnya. (win/oni)

Berita Terkait