Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran sudah tidak cukup lagi hanya transfer of knowledge; dosen dalam satu semester lebih banyak mengajar dibandingkan mahasiswa beraktivitas belajar. Sehingga mengesankan pembelajaran terfokus pada kebutuhan mengajar dosen (teacher center learning-TCL), ngejar ‘setoran materi’, lupa kompetensi yang harus disasar mahasiswa.
Pertanyaan yang sering muncul diantara dosen adalah materinya sudah sampai di mana (bahkan dilembar monitoring yang biasanya disertakan di map absensi yang harus diisi dosen masih ‘hanya’ berisi materi sesuai minggu), bukannya pertanyaan; mahasiswa sudah bisa apa, inilah salah satu ciri menonjol dari TCL.
Jika mengacu pada kompetensi soft skill dan hard skill yang harus dicapai oleh lulusan kita, maka model pembelajaran TCL tersebut sudah tidak cukup lagi, maka perlu diperkaya atau digeser pada ranah pembelajaran yang lebih melibatkan mahasiswa secara aktif. Melibatkan lebih dalam mahasiswa dalam pembelajaran dengan tujuan memberikan pengalaman pemaknaan pengetahuan (learning to constructing knowledge) , belajar berbuat (learning to do), belajar besikap (learning to be), dan belajar dalam keberagaman tim (learning to life together) .
Dosen tidak hanya fokus pada materi yang diajarkan, tetapi juga sangat memperhatikan tingkatan kompetensi yang dicapai mahasiswa. Pertanyaan diantara dosen sekarang adalah mahasiswa sudah bisa apa (able to work…., able to apply….., able to explain…., act.). Pembelajaran yang berfokus pada pencapaian kompetensi mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa secara mendalam, inilah yang kemudian sering disebut dengan student center learning (SCL).
Tugas dosen dalam SCL tidak hanya dituntut berkemampuan mengajar saja, namun juga mempunyai kemampuan menfasilitasi kebutuhankesulitan belajar mahasiswa, memotivasi mahasiswa, menjadi inspirator utama, dan sekaligus menjadi evaluator yang jujur, terbuka, dan berkeadilan. Jadi tidak tepat jika model pembelajaran SCL ini dimaknai; bahwa yang sibuk belajar mahasiswa, sedangkan dosen hanya memberi materi, quis, ujian, dan santai-santai saja. Apa lagi kemudian dimaknai ; ‘saiki enak ngajar ghae SCL, awak dewe santai lan ngak usah UTS-UAS’, pernyataan ini makin jauh lagi dari pengertian SCL di atas.
Beberapa pilar supaya pembelajaran SCL dapat berjalan dengan baik, diperlukan hal-hal sebagai berikut,
1. Rancangan Pembelajaran (RP),
Pentingnya RP
Unsur dalam RP
Unsur dalam Rencana Pembelajaran (sesui PP No. 19 tahun 2005, Pasal 20)
Perlu ditambahkan ;
Perlu digaris bawahi dengan sangat, bahwa kompetensi masing-masing MK, haruslah in-line dengan kompetensi yang telah ditentukan oleh prodi jurusan, dan kompetensi prodijurusan harus in-line dengan kompetensi yang telah ditetapkan oleh ITS. Sehingga nantinya pencapaian kompetensi masing-masing MK, akan dapat mencerminkan pencapaian kompetensi prodi jurusan dan kompetensi yang ditetapkan ITS.
2. MONEV Implemetasi RP
Monitoring diperlukan untuk menjamin bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui kinerja RP dalam proses pembelajaran.
Jika RP setelah dievaluasi ternyata telah berkinerja dengan baik, maka RP tersebut dapat kita gunakan untuk pembelajaran semester depan. Jika kita dapati sebaliknya, RP kita belum berkinerja dengan baik, maka diperlukan tindakan rekonstruksi RP melalui evaluasi & penelitian pembelajaran (instructional research) oleh masing-masing dosen atau tim dosen (team lecture) yang ditugaskan. Sangat baik jika evaluasi proses pembelajaran berbasis RP ini dapat dilakukan pada tiap matakuliah dan diadakan pada akhir semester oleh setiap prodijurusan. Indikator yang dapat kita gunakan untuk mengetahui kinerja RP kita adalah nilai IP matakulia dan IPD. Karena IP matakuliah menggambarkan pencapaian akhir kompetensi belajar mahasiswa, sedangkan IPD menggambarkan proses pembelajaran yang telah terjadi.
3. Dosen yg kompeten,
Saya meminjam elemen-elemen kompetensi sesuai dengan panduan sertifikasi dosen (SERDOS), yakni dosen yang kompeten apabila pada dirinya bersemayam 4 atribut utama;
Kalau itu tuntutannya bagi dosen yang kompeten, alangkah indahnya masa depan pendidikan kita, khususnya di ITS. Saya yakin tujuan pendidikan Maju, Cerdas dan Kompetitif yang dicanangkan MENDIKNAS, dan Cerdas, Amanah dan Kreatif yang dicanangkan ITS tidak akan sulit untuk dicapai. Walaupun saya masih menyisakan anggapan bahwa keadaan tersebut tidak akan selesai hanya karena telah lulus dari sertifikasi dosen, tetapi juga diperlukan sikap untuk terus mau belajar dan berubah, khususnya dimotori & diteladani oleh para GB & dosen-dosen yang telah tersertifikasi.
Mohon maaf, saya tidak bermaksud mengatakan dosen yang belum tersertifikasi itu serta-merta tidak kompeten, sebab fakta bias kita lihat sehari-hari bahwa ada dosen atau kelompok dosen;
Apapun kondisi dosen, khususnya dosen ITS, sebuah keniscayaan bahwa peranan dosen sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan studi mahasiswa, bahkan menjadi pilar utama untuk membangunan peradaban bangsa yang tidak hanya berbasis intellectual capital namun juga pada spiritual capital.
Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Kaisar Jepang Hirohito, saat negaranya hancur lebur dalam perang dunia II, “Tidak apa-apa kita masih memiliki beberapa guru,……..â€, …ya “guru†sebagai tiang utama pembangunan peradaban bangsa, setidaknya menurut sang kaisar.
4. Mahasiswa yg mempunyai motivasi,
Fakta mahasiswa yang masuk ke ITS adalah sudah lulus ujian sekolah, lulus UN, lulus tes masuk PT, bahkan di tes TPA dan Bahasa Inggris segala. Ini menunjukan bahwasanya standar minimum IQ calon mahasiswa untuk mengikuti jenjang pendidikan lebih lanjut di ITS telah terlampaui. Namun fakta juga masih ada saja mahasiswa yang terlambat dalam belajar, bingung apakah jurusan yang dipilih ini bisa memberikan pengharapan masa depan, dan apakah matakuliah yang sedang ditempuh juga bermanfaat bagi dirinya.
Dengan indikator sederhana melihat IP mahasiswa yang masih ada (atau masih banyak) nasakom (nilai satu koma). Saya melihat persoalan diatas tidak pada kemampuan IQ mahasiswa, tetapi lebih pada MOTIVASI mahasiswa yang rendah (low motivation). Menurut kaidah psikologi pendidikan, ‘mahasiswa yang tidak siap belajar adalah yang motivasinya rendah’. Pertanyaan selanjutnya, siapa yang bertanggung jawab untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa, persis,… jawabnya adalah dosen, dosen dan dosen. Caranya bagaimana,
Bagi Dosen
Bagi Mahasiswa
5. Sumber belajar yang berkecukupan,
Sumber belajar yang kita kenal selama ini disamping dosen adalah buku referensi, buku ajar, diktat, modul ajar, lecture note, slide ppt, web eLearning, dll. Sifat yang harus melekat pada sumber belajar adalah mudah diakses mahasiswa dan berkecukupan untuk mencapai kompetensi MK.
6. Sarana belajar yang berkesesuaian.
Tidak selalu kecanggihan sarana belajar menjadi pertimbangan untuk digunakan dalam pembelajaran. Karakter atau sifat terpenting dari sarana belajar adalah kesesuaian dan dikuasai oleh dosen dan mahasiswa. Sebagai contoh, pada saat kita akan menjelaskan bagaimana menyelesaikan PD (persamaan differensial) untuk menjelaskan fenomena fluida, maka menggunakan papan tulis masih lebih baik, karena dengan papan tulis kita bisa menjelaskan proses bagaimana PD tersebut diselesaikan. Sedangkan untuk melihat fenomena laminar dan turbulen fluida, media belajar yang cocok ya menggunakan simulator tidak cukup hanya dengan papan tulis. Yang perlu kita perhatikan bahwasanya fasilitas belajar yang berada di kelas-kelas itu menjadi ujung tombak dalam pembelajaran. Keberadaan papan tulis yang baik, LCD-Komputer, node jaringan intranetinternet, WiFi yang kuat, kelas dengan pencahayaan & penghawaan yang baik, bagi PT sekelas ITS sudah menjadi keniscayaan (default).
Kata Kunci
RP-MK dibuat & dijelaskan pada mahasiswa,
MONEV – dijalankan,
DOSEN – Kompeten,
MAHASISWA – mempunyai MOTIVASI tinggi,
Sumber Belajar – berkecukupan & mudah diakses,
Sarana Belajar – berkesesuaian & dikuasai.
Demikian tulisan ini saya akhiri, semoga bermanfaat untuk mengawali semester genap 2010, semoga ‘tangan-tangan’ kita semua menjadi salah satu penentu bagi kejayaan ITS saat ini dan saat yang akan datang.
Guru (dosen) yang biasa, berbicara logis
Guru (dosen) yang bagus, menginspirasi
Guru (dosen) yang hebat, menjadi teladan
Guru (dosen) yang agung, membebaskan
(diolah dari William Athur Ward, Jurnalis)
Salam jabat erat, semoga Tuhan YME memberikan hidayah & taufiqnya,….amiin.
Syamsul Arifin
P3AI-ITS
email : syamp3ai@its.ac.id
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi