Ada keinginan kuat yang mendorong saya membahas teknologi yang masih kontroversial ini. Pasalnya, baru-baru ini Babel, menginginkan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dibangun di daerahnya. Bagi saya, berita ini cukup unik karena fenomena PLTN ternyata sudah merambah ke daerah ini.
Gubernur Babel, Eko Maulana Ali, menilai, pembangunan PLTN cukup layak dan strategis di provinsi itu. Hal ini sebelumnya juga telah diamini oleh Wali Kota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim, yang menyatakan pemerintah Babel telah menyediakan dua lokasi untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yaitu Pulau Lepar di Bangka Selatan dan Pulau Nanduk. Rencananya, pembangunan PLTN akan membantu pasokan listrik Jawa-Sumatera.
Saya teringat sekitar lima tahun lalu saya mengikuti lomba karya tulis yang diadakan Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN). Dalam karya tulis itu saya menggagas sebuah ide tentang bagaimana cara menyosialisasikan teknologi nuklir pada masyarakat Indonesia terutama pelajar SMA. Yang jelas, secara tidak langsung lomba yang saya ikuti merupakan salah satu upaya BATAN untuk menunjukkan pada masyarakat Indonesia bahwa teknologi nuklir bukanlah sebuah bencana yang harus ditakuti, melainkan sebuah berkah yang harus disyukuri karena Indonesia kaya akan uranium.
Namun, apa benar PLTN menjelma menjadi berkah atau justru sebaliknya? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya jika kita menilik wacana ini dari berbagai sudut pandang. Pendirian PLTN harus melewati pertimbangan faktor-faktor internal, seperti geografi, aktivitas manusia, bahkan pergerakan lempeng tektonik yang dapat menimbulkan gempa. Untuk masalah gempa, Babel tergolong provinsi yang bebas gempa.
Selain mempunyai keuntungan tergolong daerah yang aman dari guncangan gempa, Negeri Serumpun Sebalai ini juga memiliki kemungkinan yang sangat kecil terkena tsunami. Batu-batuan granit pun menjadi persyaratan lain karena sangat bagus untuk menjadi pondasi PLTN. Sebab, PLTN harus memiliki pondasi yang kuat.
Pembangunan PLTN di Babel tidak hanya bisa mengatasi masalah listrik yang selama ini terjadi. Keberadaan PLTN juga bisa menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebab, Babel bisa menjual kelebihan listrik yang dihasilkan PLTN ke beberapa daerah sekitarnya. PLTN yang dibangun direncanakan memiliki daya 1.000 MW. Sisa daya yang ada dapat dijual ke daerah lain.
Namun, di balik itu semua, pakar nuklir dan aktivis peduli lingkungan berkesimpulan bahwa Indonesia belum bisa menciptakan teknologi yang mendukung pembangunan PLTN. Semua alat, seperti reaktor, pipa, dan yang berhubungan dengan mesin PLTN masih diimpor dari luar negeri, bukan milik kita sendiri. Indonesia belum bisa menciptakan teknologi yang mendukung pembangunan PLTN.
Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Ari Akbar, menjelaskan, bahwa reaktor yang baru-baru ini diakui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) akan digunakan untuk PLTN ternyata diimpor dari Korea. Menurut Ari, Korea sendiri belum memproduksinya dalam bentuk barang, dan masih dalam bentuk gambar. "Tidak ada yang bisa menjamin bahwa reaktor yang disebut sebagai Small Nuclear itu aman untuk digunakan," ungkap Ari.
Fakta lain menyebutkan tambang uranium sebagai sumber utama PLTN yang dimiliki Indonesia hanya mempunyai ketebalan 1,5 meter dari permukaan tanah seperti di Kalimantan Barat dan Sumatera. Menurut Iwan Kurniawan dari Institut Bisnis Indonesia, uranium yang kita miliki itu paling tidak dapat dikelola selama 25 tahun saja, dan selebihnya kita harus mengimpor.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan PLTN di daerah Laskar Pelangi ini dapat menjadi berkah sekaligus bencana. PLTN bisa menjadi berkah apabila dapat berjalan dengan baik karena dapat menjadi pemasok kebutuhan listrik se Jawa-Sumatera. Namun, PLTN juga bisa menjadi bencana apabila negara kita masih menggantungkan teknologi ini dari luar negari. Belum lagi risiko terjadi kebocoran yang sangat berbahaya. Jadi, sudah siapkah Indonesia mengadopsi teknologi nuklir? Akankah nuklir Laskar Pelangi dari Babel menjadi sebuah berkah atau mungkin bencana? Wallahualam bisShowab
Nur Rahmah Fithriyah
Teknik Lingkungan 2007
ITS Online Journalist
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi