Hati itu ibarat kolam, ketika ia sudah mulai keruh maka ada dua cara untuk membersihkannya. Pertama, memilih untuk membuka mata air dari luar dan mengalirkannya ke kolam keruh tadi. Atau menggali kolam sedalam mungkin hingga kita menemukan mata air baru di bawah kolam keruh tadi. Setidaknya itulah secuil analogi yang disampaikan Tere Liye saat bedah buku berlangsung.
Bagi penggemar novel Hafalan Surat Delisa, mendengar nama Tere Liye mungkin tidak asing.Ya, dialah Darwis, pria asal Sumatera Utara yang memiliki empat nama pena. Darwis mengaku sudah mencintai dunia tulis-menulis sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. "Dulu saya senang membuat puisi dan mengirimkan karya-karya tersebut ke beberapa majalah anak-anak. Ternyata dimuat," ujarnya. Masih teringat oleh Darwis saat ia mendapatkan hadiah krayon kala itu.
Keinginannya menjadi penulis diawali tanpa sengaja. Darwis sedikit mengurai cerita mengenai hal yang satu ini. Saat itu ada seorang pria menelponnya. Betapa terkejut Darwis ketika pria itu menelpon hanya untuk menanyakan, "Bolehkah saya menamai anak perempuan saya dengan nama Delisa?" tanya pria yang mengaku tersentuh dengan novel karya Darwis tersebut. "Dari situ lah saya mulai menyadari bahwa lewat sebuah buku, kita bisa mempengaruhi orang lain," ungkap pria humoris ini.
Ketika ditanya mengenai kesibukannya saat ini, Darwis mengaku tengah sibuk menyelesaikan novel berikutnya. “Kalau selama ini saya banyak menulis tentang sosok ibu, anak-anak dan remaja, kali ini agak sedikit berbeda. Saya ingin menulis tentang sosok seorang ayah,†ujar pemilik nama pena Sendutu Meitulan ini.
Dunia kepenulisan ternyata bukanlah satu-satunya dunia yang ia tekuni sejak awal. Kecintaan Darwis dengan tulis-menulis tidak membuatnya lupa dengan bidang yang ditekuninya di awal. Sebut saja bidang akuntansi, ia memilih tetap aktif dalam Ikatan Akuntan Indonesia.
Lomba Cerpen Hingga Bazar
Bedah buku pun diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba cerpen islami KINI. Diikuti 81 peserta yang berasal dari ITS, Unair, Unbraw hingga UGM ini, terpilihlah tiga terbaik. Sementara itu, untuk penilaian cerpen sendiri diserahkan kepada Forum Lingkar Pena (FLP).
Tak berhenti disitu, bazar buku juga turut meramaikan acara. Beberapa buku karya Tere Liye, diantaranya Pukat, Bidadari-Bidadari Surga, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu, habis terjual usai acara berlangsung. Para peserta tidak menyia-nyiakan kesempatan meminta tanda tangan. Dengan sabar dan senyum ramah, Darwis bersedia membubuhkan tanda tangan. (fi/fn)
Kampus ITS, ITS News — Melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia menjadikan kesempatan sekaligus tantangan untuk menuju Indonesia
Kampus ITS, ITS News — Dalam rangka memperingati Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar upacara
Kampus ITS, ITS News — Tim Robotika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali memboyong prestasi membanggakan di ajang kompetisi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi menjalin kemitraan strategis dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana