ITS News

Selasa, 03 September 2024
12 April 2010, 20:04

Tiga Hari

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Saya juga tidak akan menyangkal bahwa banyak teman yang mengikuti SOROT atas anjuran para senior dari himpunan jurusan. Tapi saya sendiri sebenarnya penasaran. Bagaimanakah bila seluruh ITS berkumpul dan dikader bersama? Hal-hal menghebohkan apa saja yang akan terjadi? Bayangan awal saya, SOROT mungkin akan terasa seperti LKMM Pra-TD.

Ternyata acara tersebut memang jauh dari yang saya bayangkan. Andai setiap hari kuliah bisa seperti ini, sedikit pikiran nakal saya setelah mengikuti berbagai kegiatan SOROT. Berbagai kegiatan outbound, dan pematerian yang dilakukan di ruang terbuka menciptakan suasana belajar yang berbeda. Tidak ada slide presentasi, hanya tatap muka langsung antara pemateri dan teman-teman satu distrik maupun satu region.

Beberapa acara pematerian bahkan lebih terasa seperti sebuah diskusi terbuka mengenai sebuah topik. Apalagi bila dengan teman-teman satu jurusan sendiri sering bisa ditebak pertanyaan-pertanyaan maupun argumen yang akan muncul. Di SOROT, hal ini ternyata tidak terjadi. Saya belajar mengamati pola pikir mahasiswa tiap jurusan yang berbeda-beda dan sering di luar dugaan.

Yang paling seru bagi saya adalah ketika kelompok-kelompok dalam satu region beradu debat. Kebetulan topik yang saya dapatkan adalah mengenai pentingnya arogansi jurusan. “Arogansi jurusan itu perlu untuk menciptakan kompetisi agar tiap-tiap jurusan saling bersaing untuk menjadi lebih baik,” kata tim yang pro arogansi jurusan.

Tapi kelompok saya menyanggah pernyataan tersebut. “Mahasiswa ITS harus menghilangkan arogansi jurusan untuk bisa saling bekerjasama dan saling mendukung sesama jurusan. Kita harus bisa mewujudkan kekompakan antar seluruh mahasiswa ITS,” kata kami.

Rasanya debat itu takkan pernah berakhir. Baru saja salah seorang menyatakan argumennya, seseorang dari kelompok lain sudah melambai-lambaikan tangan ingin menyanggahnya. Sempat terjadi sedikit kericuhan ketika beberapa dari kami melenceng dari alur topik debat dan kami tertawa terpingkal-pingkal mengenainya.

Tanpa sadar, kami telah berdiri di tengah lautan barisan para peserta SOROT lainnya di upacara penutupan, terbakar semangat oleh orasi singkat Presiden BEM. Mengepalkan tangan, meneriakkan sorak, “Vivat!” dan menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan bersama. Menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi kami untuk melihat peta wilayah Indonesia yang kami buat bersama berkibar menantang angin sore itu.

Tapi, di tengah-tengah seluruh keceriaan acara penutupan, timbul sebersit pertanyaan, “Bagaimanakah cara mempertahankan semangat yang telah terbentuk selama SOROT dalam kehidupan kampus sehari-hari?”

Kami memang diharuskan untuk menciptakan sebuah forum komunikasi mahasiswa peserta SOROT. Selain itu, kami juga diminta untuk melakukan KPP (Kegiatan Pasca Pelatihan). Namun bagi saya, suatu kerugian besar bila suasana kebersamaan yang sangat kuat yang kami peroleh dari SOROT tidak bisa dilanjutkan dalam kehidupan kampus sehari-hari.

Bagaimana cara mempertahankan semangat kebersamaan satu keluarga mahasiswa ITS bila di kelas TPB kita saling duduk terpisah dengan teman-teman jurusan lain? Dosen pun cenderung mengambil jalan ‘aman’ dengan membiarkan mahasiswa bekerjasama hanya dengan jurusan lain. Bahkan kesan adanya jurang antara mahasiswa-mahasiswa yang berbeda jurusan di kelasnya dengan mengotak-kotakkan bidang-bidang yang dapat dipelajari oleh tiap jurusan.

Hari Senin, setelah kegiatan SOROT, saya mendapati diri saya kembali duduk di kelas TPB Bahasa Indonesia berbarengan dengan teman-teman dari jurusan Teknik Material dan Metalurgi. Kami diberi tugas kelompok, tapi sayangnya tidak antar jurusan. Padahal saya rasa seorang mahasiswa Arsitektur dapat berbagi mengenai banyak hal dengan seorang mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi.

Alasan yang menjadi kendala bagi kerjasama dua jurusan kami adalah waktu untuk bekerja. Banyak dari anggota kelas tersebut yang merasa tidak akan dapat bisa mencocokkan jadwal antar jurusan untuk bekerja secara berkelompok. Kami sadar dengan jadwal dan tugas-tugas kami yang sama-sama padat. Saya rasa ini sebenarnya bisa diatasi dengan memberi waktu bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas saat jam mata kuliah.

Ini mungkin hanya satu contoh cara penerapan semangat persatuan mahasiswa SOROT, masih banyak cara lain untuk saling mendekatkan sesama jurusan. Seperti misalnya memberi cara maupun sarana untuk menghubungkan wilayah-wilayah jurusan yang letaknya sedikit jauh dari pusat kampus, seperti Teknik Informatika dan Sistem Informasi, Despro, dan bahkan D3 Teknik Sipil.

Memang, Roma wasn’t built in a day, begitu juga persatuan seluruh mahasiswa ITS, mustahil dapat dibangun hanya dalam tiga hari. Namun setidaknya SOROT telah memberikan sebuah landasan dan momen bagi para mahasiswa angkatan 2009 untuk menumbuhkan rasa saling mengenali dan saling memiliki sebagai mahasiswa ITS yang bersatu.

Lisana Shidqina
Mahasiswi Arsitektur angkatan 2009

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Tiga Hari