ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
02 Mei 2010, 20:05

Bidik Misi, Menjaring Calon Mahasiswa Tak Mampu yang Berprestasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sementara itu, untuk jalur seleksi SNM PTN, Unair bakal menyaring 850
siswa di antara seribu lebih pendaftar program Bidik Misi. Mereka yang
lolos akan mendapatkan beasiswa mengikuti ujian (BMU) SNM PTN. Unair
menetapkan kuota 500 siswa bagi program Bidik Misi tersebut. ”Kita
sudah mendapatkan 182 calon mahasiswa. Sisanya akan diambil dari peserta
yang lolos SNM PTN,” jelas Imam.

Sementara itu, ITS sedang
melaksanakan tahap praseleksi. Sedikit berbeda, untuk mendapatkan calon
penerima beasiswa, ITS tidak melakukan tes tertulis. Pemilih­an calon
mahasiswa didasari prestasi di sekolah. ”Program seperti ini sebenarnya
dilaksanakan ITS sejak jauh-jauh hari melalui PMDK reguler dan
prestasi,” ujar Prof Ir Arif Djunaidy MSi PhD, pembantu rektor 1 bidang
akademik.

Bedanya, pada PMDK reguler dan prestasi ITS, tidak
ada pembatasan calon pendaftar. Yang mampu maupun tidak mampu boleh
mendaftar, asal berprestasi. Sementara itu, sasaran Bidik Misi adalah
para siswa tidak mampu yang berprestasi. ”Dari dua ribu lebih pendaftar
yang ma­suk, kami akan saring menjadi 600 siswa. Setelah itu, akan
diseleksi lagi sesuai de­ngan kuota ITS sebanyak 450 siswa,” ka­ta
Arif.

Baik Imam maupun Arif mengatakan, tidak ada kendala
berarti selama pelaksa­naan program Bidik Misi 2010. Hanya, yang menjadi
persoalan adalah faktor ani­mo yang masih kurang. Di antara target
3.000 pendaftar, formulir yang masuk ke Unair hanya 1.180 aplikasi.
Begitu juga ITS. Mematok target 4.000 peserta, yang mendaftar hanya
2.200 calon mahasiswa. Angka itu jelas jauh dari harapan.

Imam
mengatakan, tak tercapainya target tersebut disebabkan sulitnya mencari
siswa yang memenuhi tiga syarat lengkap yang ditetapkan. Yaitu, berasal
dari keluarga tidak mampu, berprestasi, dan mau melanjutkan sekolah.
Banyak siswa yang berasal dari keluarga miskin, tetapi dari segi
prestasi kurang. Kalaupun ada siswa miskin yang berprestasi, mereka
malah enggan kuliah. ”Impitan ekonomi membuat mereka lebih memilih
untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan sekolah,” ujar Imam.

Hal
lain yang membuat target pendaf­tar tidak terpenuhi adalah umumnya
siswa cenderung mendaftar di perguruan tinggi yang dekat dengan tempat
tinggal. ”Siswa dari daerah tapal kuda, misalnya, lebih memilih
mendaftar ke Univ Jember daripada Unair. Biaya menjadi per­timbang­an,”
kata Imam.

Arif juga mengamini bahwa tak tercapainya target
pendaftar disebabkan langkanya siswa miskin yang berprestasi. Arif
memperkiraan, kelangkaan tersebut terjadi karena mereka kalah bersaing
de­ngan siswa yang mampu. Keterbatasan dana membuat siswa miskin tidak
bisa mengikuti pelajaran tambahan. ”Fasilitas mereka pun kurang jika
dibandingkan dengan teman-teman dari keluarga mampu. Mulai kurangnya
bacaan hingga keterbatasan mengakses internet. Kualitasnya jelas
berbeda,” jelas Arif.

Kemungkinan kelangkaan yang lain adalah
siswa yang tidak mampu jarang bisa sampai menempuh tingkat SMA. Mereka
mandek hingga SMP saja lantaran terkendala biya. Kalaupun mampu sekolah,
mereka tidak maksimal karena kendala-kendala tersebut. Sulitnya mencari
calon mahasiswa yang memenuhi syarat tersebut, lanjut Arif, bisa jadi
membuat kuota ITS untuk program Bidik Misi itu tidak terpenuhi.
”Sekarang kami sedang memverifikasi data,” katanya.

Imam
menampik bahwa tak tercapainya target pendaftar tersebut disebabkan
kurangnya sosialisasi. Pasalnya, sejak program itu digulirkan, Unair
gencar mengumumkan, baik melalui website maupun dengan menyurati 265
sekolah di seluruh Jawa Timur, hingga menyampaikan pengumuman melalui
kepala dinas pendidikan kabupaten. ”Beberapa sekolah di luar Surabaya
bahkan kami datangi­ langsung,” ujar Imam.

Wakil Mendiknas
Fasli Jalil mengatakan, ke depan pemerintah bergerak le­bih awal. Para
siswa kuramg mampu akan mendapatkan bantuan pembiayaan sekolah melalui
beasiswa sejak SMA. ”Nilai-nilai di SD dan SMP akan kami catat. Terus,
kepala SMP wajib menyalurkan informasi kepada SMA pilihan siswa untuk
penyaluran beasiswa,” kata Fasli. Dengan jalan itu, diharapkan ada
jaminan bahwa mereka akan melanjutkan sekolah dari SMP ke SMA. ”Mereka
pun diimbau untuk terus mempertahankan prestasi karena sudah ada Bidik
Misi yang menanti,” imbuh Fasli.

Bidik Misi merupakan program
yang dibesut untuk memutus rantai kemiskin­an. Persyaratan utama untuk
mendaftar program beasiswa itu adalah siswa SMA/SMK/MA/MAK atau
sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun ini. Pendaf­tar merupakan
siswa atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang
mampu dan berprestasi, baik di bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler,
maupun ekstrakurikuler, yang diketahui oleh kepala sekolah/pimpinan unit
pendidikan masyarakat (dikmas) kabupaten/kota.

Adapun prestasi
akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 per­sen terbaik di
kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan kokurikuler dan/atau
ekstrakurikuler minimal peringkat ke-3 di tingkat kabupaten/kota dan
harus sesuai dengan program studi yang dipilih.

Dana beasiswa dan
biaya pendidikan yang diberikan melalui program Bidik Misi 2010 sebesar
Rp 5 juta per mahasiswa per semester yang diprioritaskan untuk biaya
hidup. Jumlah penerima beasiswa pada tahun anggaran 2010 adalah 20.000
orang yang disebarkan melalui perguruan tinggi negeri di seluruh
Indonesia.

Berita Terkait