ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
20 Juni 2010, 10:06

Una, Langganan Mawapres dari ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut gadis yang akrab disapa Una ini, persiapan menjadi Mawapres dimulai sejak seseorang menjadi mahasiswa baru. “Sadar atau tidak, segala bentuk hal yang kita ikuti itulah bekal menjadi seorang Mawapres,” tuturnya

Seperti dikutip dari situs ITS di Jakarta, Sabtu (19/6/2010), sulung dari tiga bersaudara ini pada awal kuliah pernah menuliskan visinya menjadi mawapres. Untuk menjadi Mawapres, Una harus melalui seleksi ketat melalui berkas administratif dan prestasi para calon mawapres. 25 mahasiswa yang lolos seleksi digembleng selama dua hari dalam program baru ITS yang menaungi calon-calon Mawapres yaitu Mawapres Best Student School (MBESS).

Una merasa, kompetisi Mawapres ITS tahun ini lebih berbobot dibandingkan tahun lalu karena dikemas seperti kompetisi mawapres tingkat nasional. Tak heran, tahun ini kompetisi Mawapres ITS memang menghadirkan Mawapres II Nasional Tahun 2009 dan juri tingkat nasional. Materi baru yang dimunculkan tahun ini adalah teknik presentasi, kemampuan bahasa Inggris, kepribadian, serta psikotes.

Di kampus, Una mencatat berbagai prestasi seperti peserta konferensi internasional Technique and Technology for Sustainability di Berlin, Finalis Bayer Eco Minds, peserta Exchange Seminar on Disaster Mitigation and Countermeasures di Universitas Kobe, dan High Performance Team Winner dalam Product Innovation Competition Leaders for Indonesia oleh McKinsey.

Tapi yang paling berkesan bagi Una adalah ketika ia meraih 1st Place (Selected Paper) dalam International Student Writing Competitition di Jerman saat masih menjadi mahasiswa baru.  “Banyak kendala saat itu. Contohnya, waktu pengiriman  paper lewat internet, saya masih harus ke warnet padahal saya takut keluar malam karena ada orang yang baru meninggal dunia,” kenangnya.

Awalnya, Una memilih jurusan Hubungan Internasional (HI) sebagai jurusan kuliahnya. Tetapi dia beralih ke planologi karena terdorong mempelajari banyak hal tentang bencana saat tsunami menyapu tanah kelahirannya, Aceh, pada 2004 silam. “Saya ingin turut andil mengurangi dampak bencana karena ahli di bidang kebencanaan ini masih terlampau sedikit," tutup gadis berkerudung ini. (rhs) 

Berita Terkait