Kapal yang akan berlayar menuju delapan negara di kawasan Asia Timur ini akhirnya meluncur setelah proses pengerjaan selama seratus hari. Peluncuran dimulai pukul 10.00 dan baru bisa menyentuh air pukul 16.00. Hal itu terjadi karena semua proses pengerjaan kapal sampai peluncuran dilakukan secara tradisional. Tak tanggung-tanggung, 150 orang warga sekitar Pantai Slopeng dihadirkan untuk menarik kapal seberat 20 ton sampai bibir pantai yang berjarak kira-kira 30 meter.
Sejak pagi hari, tempat wisata terkenal di wilayah Sumenep itu mendadak ramai. Sejumlah 500 orang pengunjung berbondong-bondong menyaksikan salah satu peristiwa bersejarah bukan hanya bagi warga Sumenep tapi juga bagi bangsa Indonesia. Nantinya, kapal ini akan berlayar selama enam bulan dan kemudian akan dipajang di Museum Majapahit, Mojokerto.
Dari awal suasana memang cukup menegangkan. Pasalnya, kapal ditarget satu hari harus meluncur. “Kekuatan 150 orang sebenarnya cukup, namun butuh proses yang lama,†kata Supardi, kordinator pembuat kapal. Sampai pukul 14.00, kapal sama sekali tidak menunjukkan pergerakan ke arah laut. Berbeda dengan kapal yang dibangun di galangan, kapal ini terletak cukup jauh dari laut. Sementara pada kapal modern, pembangunan kapal biasanya tepat di pinggir laut sehingga untuk meluncurkannya cukup dengan melepaskan pengaman di badan kapal maka kapal meluncur cepat karena permukaan yang miring.
Menurut Supardi, kapal tak bisa ditarik karena posisinya yang sejajar dengan tanah. Walaupun sebenarnya bagian keel (dasar) kapal sudah diolesi dengan pelumas, kapal tetap "mogok jalan". Setelah cukup lama mengalami kebuntuan, para warga pun ramai-ramai mendongkrak bagian buritan kapal dengan kayu jati berukuran besar. Dudukan kemudi pun menjadi tumpuan walau dikhawatirkan akan turut merusak kemudi.
Kebetulan kapal ini cukup unik karena tidak menganut end launching atau bagian buritan yang lebih dulu menyentuh air sebagaimana pada umumnya proses peluncuran kapal, melainkan bagian haluan yang justru langsung menghadap ke laut. Setelah dirasa kapal mulai menukik ke arah depan, maka penarikan dimulai kembali.
Para penarik dibagi menjadi berbagai sisi. Tali tambang besar langsung berkait ke badan kapal. Dua tali tambang utama langsung mengikat bagian belakang kapal dekat baling-baling. Sementara dua tali tambang yang bersebelahan dengan tali utama, mengikat bagian depan kapal. Selain itu, ada empat tali yang berada di sisi samping dan berkaitan langsung dengan dua tiang kapal yang menjulang. Keberadaannya untuk menjaga agar kapal tidak rubuh ke samping ketika ditarik. Tentu sangat penting, bila kapal rubuh ke samping resikonya adalah cadik bisa patah dan butuh berhari-hari untuk menggantinya.
Teriakan semangat dikomandokan oleh pemimpin penarikan, Erfan, seorang warga sekitar pantai. Ia berada di atas kapal untuk mengarahkan semua penarik. “Satu…dua..tiga…,†tandanya untuk menarik secara bersama-sama. Kadang di tengah kejenuhan ia berteriak memberi semangat,â€Orang Majapahit tak kenal lelah!â€.
Perlahan kapal mulai melintasi bantalan-bantalan kayu landasan yang berjarak sekitar lima meter. Sekitar tiga sampai lima lapis karung pasir juga dipasang di titik-titik tertentu pada badan kapal untuk membantu menyeimbangkan. Mungkin karena terlalu bersemangat, penarik samping tak mampu mengimbangi kekuatan penarik utama yang berjumlah 100 orang lebih. Alhasil, cadik kapal sebelah kanan sempat membentur tanah dengan keras kemudian patah. “Saya sudah potong kayu lagi. Cadik akan segera diganti,†ujar Supardi.
Perlahan tapi pasti, pukul 16.00 ketika matahari mulai menampakkan senja, kapal pun berhasil menyentuh air. Perjuangan panjang penarikan kapal ini sirna sudah setelah para pengunjung tak henti-hentinya memberi semangat dengan teriakan dan tepuk tangan seperti halnya dalam sebuah pertunjukan sulap. Esok harinya, kapal akan langsung diuji coba untuk mengetahui kelayakan kapal.(bah)
Kampus ITS, ITS News — Membuka tahun 2025, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat semangat kebersamaan sebagai fondasi utama dalam
Kampus ITS, ITS News — Kenyamanan mahasiswa dan upaya untuk memberikan pelayanan lebih baik ke depannya telah menjadi prioritas
Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS periode 2025-2029 Prof Dr rer pol Heri Kuswanto SSi MSi Kampus
Kampus ITS, ITS News — Sekolah Kepemimpinan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lanjut memberikan ilmu berharga kepada para pejabat