ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
09 Juli 2010, 11:07

Mahasiswa Teknik Sipil ITS Berinovasi Bikin Beton

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Lima tim itu terdiri atas lima belas mahasiswa. Masing-masing tiga orang. Selama dua bulan terakhir, mereka bekerja keras untuk menciptakan beton inovasi mereka. Sesuai dengan tema lomba, innovation for sustainable high strength concrete, mereka berusaha menciptakan beton yang mempunyai kekuatan tekan lebih dari 40 Mpa, sekaligus terbuat dari material yang sustainable atau berkelanjutan.

Melalui diskusi dan membaca referensi, mereka memutuskan untuk menggunakan fly ash, yaitu limbah hasil batu bara. Bahan yang memang telah tersedia di laboratorium jurusan itu berasal dari PLTU Paiton. Fly ash tersebut mereka gunakan sebagai campuran semen. Sebagai pengganti batu, mereka menggunakan slag atau limbah pabrik baja yang mereka dapatkan dari Ispat Indo.

”Kami bekerja sama mulai dari pencarian bahan hingga proses pembuatan,” tutur Wahyu Candra Prasetya, mahasiswa angkatan 2008, anggota salah satu tim. Dia mengatakan, yang membedakan beton mereka dengan tim lain adalah komposisinya. ”Ada pula beberapa kelompok yang menggunakan copper slag atau limbah pabrik tembaga," tutur Wahyu. Mereka memilih bahan-bahan tersebut karena lebih murah. Harga fly ash dan slag jauh lebih murah daripada semen dan batu. Bahkan, bila dihitung-hitung, beton ciptaan para mahasiswa ITS itu lebih murah Rp 125 ribu tiap meter kubik daripada beton lain di pasaran dengan kualitas yang sama.

Selain itu, bahan-bahan tersebut mempunyai kemampuan untuk mengikat agregat lebih baik. Beton mereka juga merupakan hasil pemanfaatan limbah yang sering terbuang percuma. Bahkan, limbah slag di Ispat Indo pun bertumpuk di sepetak lahan seluas sebuah lapangan sepak bola.

Sebelumnya, Wahyu pernah membeli slag dari Ispat Indo untuk lomba beton yang diadakan oleh UK Petra beberapa waktu lalu. Namun, untuk lomba yang berikut ini, dia dan teman-temannya sempat mengalami masalah.

Gara-garanya, salah seorang temannya mengambil foto dengan kamera digital di sekitar lokasi pembuangan slag. Ispat Indo curiga. "Namun, setelah saya menjelaskan maksud kami yang sebenarnya, Ispat Indo malah tertarik untuk mengajak kami bekerja sama," cerita Wahyu, lantas tersenyum.

Selain menggunakan dua material tersebut, mereka juga menggunakan pasir dari Lumajang. Menurut mereka, kualitas fisik pasir tersebut bagus. Butirannya keras dan tidak mengandung lumpur yang dapat memisahkan semen dengan agregat. Kerikil mereka dapatkan dari daerah Pasuruan yang mempunyai bentuk kubistis dan tidak pipih. Bentuk kubistis itu meyakinkan ikatan yang kuat antarkomponen beton. Setelah dicuci untuk menghilangkan lumpur, seluruh bahan dijemur. Kemudian, seluruhnya dicampur dalam mesin molen dan dicetak dalam bentuk silinder dengan panjang 30 cm dan diameter 15 cm. Silinder-silinder tersebut lantas mereka rendam dalam air selama 7-21 hari sebagai proses hidrasi untuk menyatukan seluruh komponen dengan air.

Wahyu menjelaskan, karena kuat, beton tersebut sangat cocok digunakan untuk bangunan-bangunan tinggi, seperti apartemen dan gedung pencakar langit. Selain itu, beton tersebut bisa digunakan untuk infrastruktur yang membutuhkan ketahanan kekuatan tinggi, misalnya Jembatan Suramadu.

Perbandingannya dengan beton yang selama ini biasa dipakai untuk bangunan-bangunan itu terdapat pada sisi biaya, yaitu lebih ekonomis. Dan, tentu saja, bahannya yang merupakan hasil daur ulang limbah industri membuatnya ramah lingkungan. Prosesnya juga sama, tidak lebih rumit daripada pembuatan beton biasa.

Mengenai usia beton itu sendiri, Wahyu belum dapat memastikan. "Perlu riset yang lebih jauh untuk mengetahuinya," ujar dia. Tetapi, usia beton tersebut diperkirakan akan mirip dengan beton yang digunakan untuk Suramadu, yaitu lebih dari seratus tahun. (lis/c9/oni)

Berita Terkait