ITS News

Rabu, 13 Agustus 2025
20 Juli 2010, 13:07

Adu Cepat Line Tracer Ala Kombong

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Line tracer menjadi proyek awal arek-arek Kombong. Selama seminggu belakangan komunitas pencinta robot ini sedang gandrung menyiapkan engine mereka untuk race. Mereka mengerjakan mulai dari membuat desain rangkaian, mencetak Printed Circuit Board (PCB), sampai membuat body sekreatif mungkin.

Puncaknya, siang ini delapan tim yang masing-masing terdiri dari dua orang beradu kecepatan di atas papan lintasan bergaris hitam. “Lomba ini sebagai ajang mengasah mental berlomba dan harus dimulai internal dulu,” tutur Sindu Widolaris, salah satu tutor robot Kombong.

Seperti lomba Land Tracer pada umumnya, kompetisi ini dimulai dengan babak penyisihan, semi final dan yang terakhir babak final. Bedanya ada pada babak penyisihan yakni sistem yang diterapkan adalah sistem klasemen. Dua tim dipertemukan dalam lintasan yang dibuat dari white board yang didesign lintasan kembar. Dengan sistem klasemen yang digunakan, di babak penyisihan kedelapan tim bertemu dalam race.

Tak jarang sorakan memberi semangat pada peserta bergaung menambah semarak race siang itu. Nama-namanya pun unik-unik, ada Black Curren yang desingnya seperti helicopter, Blackhole Retro yang bentuknya seperti ambulans, juga Bolopop yang enginenya dilengkapi dengan dua boneka warna-warni sebagai sopir. “Biar kelihatan unik dan nyentrik,” tutur Fahad ketua tim Bolopop ini.

Babak final yang berlangsung dua jam sejak dimulai telah mempertemukan tim Blackhole Retro dan Bolopop. Kedua tim ini mempunyai catatan waktu yang hampir sama. Derai teriakan pun semakin memburu ketika duel kedua engine menunjukkan persaingan yang seimbang. “Untuk babak final, pemenang diambil setelah tiga kali kemenangan,” ungkap Fahad.

Pada tiap race, berturut turut terjadi kejar-kejaran angka kemenangan. Namun sayangnya di race ketiga, Blackhole Retro mengalami kerusakan konektor dan sensornya. Sehingga secara otomatis mengukuhkan kemenangan tim Bolopop yang mencatat waktu tercepat dua puluh lima detik menempuh lintasan sepanjang 3,5 m.

“Ini adalah hasil dari kerja keras dan keberuntungan,” tutur Fahad sumringah. Dengan senyum terkembang, mahasiswa Fisika 2009 ini bercerita pengalamannya merangkai Line Tracer-nya

Awalnya Fahad berniat membuat rangkaian yang hemat daya dengan membuat engine satu baterai. Tapi nyatanya gagal dan tidak bisa berjalan dengan mulus. “Maunya inovasi, eh ternyata nggak bisa,” ungkapnya mengenang. Akan tetapi kegagalan di awal membuahkan hasil yang manis pada ahirnya. Fahad pun menjadi yang tercepat diantara semua tim yang bertanding.

“Alhamdulillah, kuncinya ya jangan putus asa, dan terus berdoa,” pungkasnya bijak sembari memamerkan Integral Circuit (IC) yang menjadi hadiahnya sore itu. (fz/nrf)

Berita Terkait