Seluruh kegiatan seolah terhenti selama acara temu kenal itu berlangsung. FRS dan perwalian terlupakan. Massa terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan serta jurnalis dari berbagai media memadati ruangan tersebut. Tak sedikit pula yang tidak kebagian tempat duduk, sehingga harus berdiri atau duduk di lantai.
Penampilan para bacarek ditentukan melalui undian. Namun sepertinya temu kenal yang pertama ini bakal menyedot paling banyak audiens. Bukan hanya karena ini untuk yang pertama kalinya menjelang perputaran Pilrek. Lihat juga para Bacarek yang tampil.
Bagi Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, ini merupakan titik penentuan apakah dirinya bisa bertahan di kursi rektor atau tidak. Ajang ini juga menjadi kesempatan bagi Ir Daniel M Rosyid PhD M RINA membuktikan ketangguhannya dalam membina masyarakat ITS setelah rutin membina Maritime Challenge.
Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA adalah sosok yang prominen di antara seluruh kalangan, terutama di jurusan Teknik Mesin dan lingkup FTI. Sementara Dr Agus Windharto DEA tampaknya merupakan pemain yang lebih banyak mengandalkan luck and chance di antara keempatnya dalam menggaet massa. Meski begitu, ide-idenya untuk menginovasikan berbagai produk garapan masyarakat ITS dengan mengangkat nilai-nilai budaya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ini baru hari pertama. Hari kedua dan ketiga diharapkan untuk membawa nuansa-nuansa baru dari para Bacarek giliran berikutnya. Menurut seorang teman senior, temu kenal pada Pilrek kali ini memang lebih seru. Bukan hanya pada pribadi para Bacarek. Yang membuatnya hebat kali ini justru interaksi antar Bacarek, yang sama-sama saling tanggap atas kebijakan sesamanya.
Mahasiswa, karyawan, dan dosen sama-sama mendapat bagian untuk bertanya kepada para Bacarek ini. Beberapa pertanyaan yang menarik paling banyak minat mahasiswa tampaknya mengenai pengaderan. Sementara para karyawan menanyakan mengenai kesejahteraan mereka. Berbagai tanggapan dilontarkan, mulai dari aspek finansial, hingga kebijakan asuransi kesehatan untuk karyawan.
Aplaus terdengar ketika para hadirin menyetujui pendapat Bacarek. Tetapi tak jarang pula suara keluhan dan sorakan pertanda tak setuju disuarakan. Tampaknya inilah yang selalu dinanti oleh masyarakat ITS selama ini: sebuah forum terbuka untuk berbagai tingkatan masyarakat ITS, tanpa kecuali.
Siapapun pemimpinnya nanti, patut diingat bahwa seorang pemimpin yang berhasil adalah yang bisa menumbuhkan sebuah legacy, atau kebiasaan turun-temurun. Kehebatan atau bagusnya program-program itu baru bisa dinilai positif bila hal tersebut berkelanjutan, meskipun bila dia telah mundur dari jabatan.
Saya pernah membuka-buka majalah lama TEMPO dan menemukan sebuah artikel opini berjudul "Setelah Teror di Beijing" karya Juwono Sudarsono (TEMPO No. 16 Th. XIX, 17 Juni 1989). Opini tersebut berbicara masalah peristiwa Tiananmen, tetapi ada sebuah kutipan manis yang bisa kita semua ambil hikmahnya: “…paham atau ideologi apapun senantiasa diuji terus-menerus melalui prestasi-prestasi pemerintah, partai berkuasa, atau tokoh-tokoh pimpinannyaâ€. Dalam kaitannya dengan Pilrek ITS, maka yang akan diuji dari rektor nantinya adalah kesungguhan penerapan Cerdas-Amanah-Kreatif-nya, dan bagaimana ia menularkannya pada seluruh masyarakat ITS.
Salah satu karakter penting yang dapat mewujudkannya adalah konsistensi. Maka salah satu pertanyaan yang patut diajukan adalah: apakah sebelum putaran Pilrek, Bacarek sudah konsisten menerapkan nilai-nilai (values) yang dikampanyekan olehnya?
Pada Akhirnya, Senat yang Menentukan
Beberapa teman senior yang mengikuti Pilrek terakhir tahun 2006 silam masih mengenang kekalahan Prof Dr Ir Moh Nuh DEA yang menyandang suara terbanyak masyarakat, kepada Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD yang menang atas suara senat. Kekecewaan bagi para pendukung Nuh yang kemudian ‘terbalas’ dengan pengangkatannya sebagai menteri.
Menurut saya, tidak ada yang perlu disesalkan dari ini. Semua hanya bagian dari proses pemilihan rektor yang sudah wajar berlangsung. Belum tentu menggaet senat itu lebih gampang daripada menggaet mahasiswa. Justru yang saya lihat dari temu kenal Bacarek pertama ini lebih banyak program yang ditawarkan mengarah kepada kebutuhan mahasiswa.
Pastinya, Bacarek yang ideal adalah yang dapat menyita hati seluruh masyarakat. Dan tentu saja, senat (se)harus(nya) merupakan orang-orang yang mengerti betul jiwa masyarakat ITS.
Lisana Shidqina
Mahasiswi Arsitektur 2009
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi