Giliran mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknologi Informasi (FTIf), Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) mengikuti rapat terbuka senat ITS. Tetap dengan senyum terkembang, para pengisi prosesi wisuda siap di gedung menyambut datangnya wisudawan. Termasuk diantaranya UKTK.

Alunan pukulan logam yang mereka mainkan dengan harmonis mengiringi enam gadis yang menari di atas panggung. Sembari menunggu masuknya dewan senat ITS, wisudawan yang terlebih dulu sudah duduk di tempat disuguhi sajian menarik kesenian Jawa.

Konon, UKTK sempat vakum dari pentas kesenian ITS lima tahun belakangan. Kebakaran yang terjadi beberapa tahun silam sempat menghanguskan property pentas mereka, seperti kostum dan gamelan mereka yang tak bisa dimainkan karena gosong dilahap api.

Tahun ini, menjadi babak baru bagi UKTK untuk kembali mengembangkan sayapnya. “Kami baru saja mendapatkan bantuan dari ITS satu set gamelan,” tutur Yevi Putri Agusnia. Salah satu penari Langgeng Surabaya ini menuturkan bahwa budaya tradisional ini tetap harus ada yang melestarikan.

Meski belum kebanjiran job dari luar ITS, UKTK mulai menerima tawaran mengisi acara-acara di ITS. Termasuk menjadi pembuka acara resmi seperti wisuda kali ini. “Dengan tampil seperti ini merupakan batu loncatan kami untuk kembali bangkit,” kata mahasiswi Teknik Lingkungan 2009 ini.

Penampilan tari yang diiringi musik gamelan live, membawa tantangan tersendiri bagi Yevi dan kawan-kawan. Enam penari ini dituntut mempunyai kepekaan tinggi pada setiap intonasi nada gamelan untuk setiap gerakannya. “Selain peka, kami juga harus kompak dan itu tidak mudah,” tambah Yevi.

Bersama tiga puluh rekannya pemain karawitan, penari tradisional ini akan terus mengiringi prosesi wisuda hingga berakhir di sesi ketiga. Yevi berharap, UKTK yang diketuai oleh Heri Supomo ini kelak akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan ITS. (fz/nrf)