ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
07 Oktober 2010, 09:10

Detektor ‘Debu Bulan’ Pikat Mahasiswa ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

O’Brien memaparkan penelitian ekspedisi Apollo ke bulan kepada mahasiswa ITS, Selasa 6 Oktober. Seperti diketahui; pada akhir dasawarsa 1960-an, misi Apollo 11, 12, 14 dan 15 membawa Percobaan Lingkungan Bulan Zarah Muatan Apollo (Apollo  Charged  Particle  Lunar  Environment  Experiments-CPLEE)  atau “detektor  debu  Bulan”  (“moon dust detectors”). Sementara, misi Apollo 13 ke bulan tidak berhasil.

Detektor debu bulan yang digagas dan dirancang oleh O’Brien tersebut terdiri dari tiga sel surya kecil yang melakukan pembacaan voltase yang berbeda-beda tergantung pada seberapa banyak debu yang ada. Detektor ini ditempatkan di permukaan bulan untuk menjaring informasi tentang debu bulan. Informasi tersebut kemudian dipancarkan kembali ke bumi dan direkam ke dalam pita.

Pita data ini kemungkinan besar merupakan satu-satunya alat pengukur debu misi Apollo di dunia serta menjadi satu-satunya kunci untuk mengatasi masalah yang terkait dengan debu Bulan pada misi-misi bulan di masa depan.  
 
Detektor debu bulan pun mengantarkan O’Brien meraih penghargaan dari NASA untuk Prestasi Luar Biasa dalam bidang Sains. Profesor dari Universitas Australia Barat ini menemukan, debu Bulan tersebut lengket dan kelengketannya berubah selama hari bulan. Menurutnya, memahami unsur fisika debu bulan mempunyai dampak penting pada peralatan ilmiah yang ditinggal di bulan.

“Debu bulan dipandang sebagai masalah lingkungan nomor satu di bulan dan dapat menyebabkan kesulitan dan bahaya yang tak terduga pada robot dan manusia yang beroperasi di permukaan bulan yang tertutup debu,” ujar O’Brien seperti dikutip dari keterangan tertulis Kedutaan Australia, Rabu (7/9/2010).

Sementara, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia Paul Robilliard, menjelaskan, kunjungan O’Brien bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-20 hubungan Propinsi Kembar Australia Barat-Jawa Timur. Kunjungan ini menyoroti kekuatan Australia di bidang sains dan teknologi. "Tidak hanya itu, kunjungan ini juga mencari potensi hubungan teknologi yang lebih erat antar kedua negara," ujar Paul.

Dia menambahkan, ilmuwan Australia terus berkolaborasi dengan para mitra internasional pada berbagai penelitian tentang angkasa luar. Hal ini, menurut Paul, merupakan bagian yang vital dari program ilmu angkasa luar internasional.(rhs)

Berita Terkait