ITS News

Minggu, 01 September 2024
15 November 2010, 05:11

Isa, Dalami Komputasi yang Terinspirasi oleh Fenomena Biologi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Prof Dr techn Drs Mohammad Isa Irawan MT atau yang akrab disapa Isa ini adalah dosen Jurusan Matematika ITS. Pada Senin (4/10) lalu, Isa dikukuhkan menjadi guru besar ITS. Biologically Inspired Computing adalah topik yang ia angkat dalam orasi ilmiahnya. Bidang ini merupakan permodelan komputasi yang terinspirasi oleh fenomena biologi, dimana JST termasuk salah satu penerapannya.

"Ide JST berasal dari jaringan syaraf manusia yang dimodelkan dalam bentuk matematika sehingga dapat dijadikan permodelan komputasi," tutur Isa. Ayah tiga orang anak ini juga mengungkapkan bahwa aplikasi JST sangat luas. Metode ini, lanjut Isa, sudah banyak digunakan dalam mendukung percepatan penyelesaian masalah pada beberapa bidang ilmu.

Misalnya saja bidang ilmu yang mempunyai karakteristik mengenali pola data, klasifikasi, kluster, ekstrapolasi atau intrapolasi, dan optimasi. Terutama optimasi tidak berkendala atau bisa disebut unconstrained optimization.

Bidang ini Isa kenal ketika ia menempuh pendidikan S3 di Technische Universitat Wien Austria 15 tahun yang lalu. "Pikiran saya terbuka untuk menggali lebih dalam akan fenomena alam yang bisa dibuat sebagai model komputasi secara lebih komprehensif dan mendasar," ungkap pria yang pernah menjadi dosen Teknik Informatika di Universitas Surabaya, Universitas Kristen Petra, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya ini. Itulah yang menjadi dasar pemikiran Isa bahwa peran seorang matematikawan tidak bisa dipisahkan dalam mempercepat proses komputasi pada komputer.

Keberhasilan Isa mendapat beasiswa untuk studi S3 di Technische Universitat Wien Austria terbilang cukup unik. Ketika itu ia mengajukan beasiswa ke beberapa kedutaan besar di Jakarta melalui surat. Dari sekian banyak kedutaan besar yang Isa kirimkan surat, kedutaan besar Austrialah yang pertama kali merespon. "Saya diminta untuk mengikuti tes ke Jakarta dan saat itu saya sedang tidak punya uang sehingga saya biarkan saja," ceritanya.

Tak lama setelah itu, Isa dihubungi kembali oleh pihak kedutaan besar Austria. "Rupanya tesnya dipindah ke Yogjakarta," terang dosen yang hobi membaca majalah manajemen ini. Sayangnya, menurut Isa, biaya ke Yogjakarta pun masih mahal sehingga panggilan itu tetap ia biarkan.

"Lalu, saya mendapat kabar bahwa ternyata ada tes khusus wilayah timur dan lokasinya di ITS," ungkap Isa lagi. Pada akhirnya Isa mengikuti tes di ITS dan menjadi satu dari delapan warga Indonesia bagian Timur yang menerima beasiswa S3 di Technische Universitat Wien Austria. (sat/az)

Berita Terkait