ITS News

Selasa, 03 September 2024
13 Desember 2010, 13:12

Naik Sepeda Ke Kampus, Kenapa Tidak?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seperti yang kita ketahui, akan ada kebijakan pemerintah yang sedikit merugikan pengguna kendaraan pribadi. Kebanyakan orang sering mengolok-olok pemerintah, terutama karena tidak setuju dengan kenaikan tarif BBM dan angkutan umum, atau kebijakan lain dari pemerintah. Namun mereka hanya bisa melakukan itu, tak lebih. Jelas, karena mereka bukan pemerintah yang bisa mengubah kebijakan.

Sebagai rakyat yang baik, kita seharusnya bisa mencari alternatif untuk bertahan dalam keadaan yang seperti ini, tak hanya bertopang dagu ataupun berdemonstrasi dengan mengharap pemerintah bisa mengubah pendiriannya.

Sebenarnya, ada solusi yang cukup efektif dan mungkin bisa mengurangi beberapa problema negara ini, khususnya mengurangi polusi udara dan dampak global warming. Apakah itu?

Mengendarai sepeda ke kampus, atau seperti slogan yang saat ini sedang ngetren, Bike to Campus.

***
Mungkin banyak yang menganggap remeh tentang hal ini. Apalagi manusia-manusia yang bermobil dan berduit, sehingga naiknya tarif BBM dan angkutan umum, atau kebijakan pembatasan pengunaan BBM bersubsidi pun tak berpengaruh bagi kocek mereka. Namun, bagaimana dengan nasib masyarakat kelas menengah ke bawah? Bagaimana pula nasib kesehatan mereka -yang bermobil dan berduit- tadi?

Baiklah, di bawah ini akan sedikit diulas mengenai beberapa alasan klasik yang dilontarkan oleh kebanyakan orang untuk tidak naik sepeda ke kampus:

1. Tidak punya sepeda.
Jawabannya mudah. Belilah sepeda! Pinjamlah sepeda! Sepeda tidak harus mahal, yang bekas pun bisa. Asalkan bisa dipakai dan benar-benar dipakai. Tidak hanya dipajang di rumah.

2. Tidak bisa naik sepeda.
Banyak orang yang bisa naik motor. Bisa naik motor, pasti bisa naik sepeda. Namun untuk yang benar-benar tidak bisa, maka harus belajar, karena pasti Anda juga bisa. Naik sepeda hanya membutuhkan keseimbangan.

3. Naik sepeda panas. Sesampainya di kampus, pasti berkeringat.
Tak dapat dipungkiri, hal ini pasti terjadi. Tidak hanya saat naik sepeda. Saat naik motor pun juga bisa. Apalagi bila naik sepeda dengan kecepatan tinggi. Solusinya? Berangkatlah naik sepeda saat matahari belum terik dan jangan mengebut. Kendarailah dengan santai, nikmatilah suasana/keadaan alam sekitar, sehingga Anda tidak berkeringat. Bisa juga dengan membawa handuk kecil ke kampus untuk mengelap keringat.

4. Kampus jauh dari rumah.
Kita tidak harus bersepeda dari rumah hingga kampus lho. Yang penting adalah pemakaian alternatif transportasi. Bagi yang tinggal di apartemen atau kos dekat kampus, tidak ada alasan untuk itu. Bila Anda merasa perjalanan cukup jauh, maka bisa disiasati dengan menggunakan kombinasi kendaraan umum lainnya seperti angkutan umum. Yang pasti, selalu ada cara untuk naik sepeda.

5. Naik sepeda menyebabkan polusi masuk ke tubuh.
Pakailah masker. Atau bila tidak punya, bisa menggunakan scarf penutup hidung dan mulut, seperti orang-orang yang naik motor kebanyakan. Setelah berkendara, mata juga bisa dicuci dengan menggunakan obat tetes mata. Bila tidak ingin kulit menghitam, cukup pakai sarung tangan.

6. Naik sepeda membuat lambat sampai kampus.
Bila tidak terbiasa pasti terasa lama. Namun, kebanyakan pengguna sepeda merasa lebih cepat dari mobil, karena terhindar dari kemacetan. Tidak seperti motor, sepeda bisa naik ke trotoar (walaupun cara ini tidak direkomendasikan) dan di lampu merah kita bisa langsung berada paling depan. Bila sudah terbiasa naik sepeda, lama-lama perjalanan akan terasa cepat.

7. Naik sepeda berbahaya.
Menurut saya, naik sepeda lebih aman daripada naik mobil dan motor. Kecelakaan yang terjadi mungkin diakibatkan oleh kesalahan si pengendara, seperti belok tanpa memberi tanda, melewati lampu merah seenaknya, berkendara melawan arus, dan lain-lain. Mengingat pentingnya keselamatan dalam berkendara, semua pengendara sepeda harus mengerti cara-cara dan petunjuk berkendara yang benar. Hal yang perlu disiapkan selain helm, yaitu pakaian berwarna terang. Penggunaan lampu depan belakang juga bisa mengurangi resiko bahaya kecelakaan.

8. Masalah keamanan. Sepeda mudah dicuri.
Sekarang sudah tersedia kunci yang cukup aman dengan kombinasi angka-angka. Kaitkan sepeda Anda di pohon, pagar pembatas, atau benda apapun yang cukup kuat menahan sepeda.

9. Cuaca tidak menentu.
Kita semua tahu, setiap orang pasti lebih senang bila berkendara saat cuaca cerah, tidak hujan, dan yang pasti tidak banjir. Tetapi semua itu bisa diatasi dengan selalu siap dengan jas hujan, memasang pelindung di bagian atas roda sepeda agar tidak terciprat, merencanakan perjalanan dengan tepat, serta selalu mengetahui perkiraan cuaca. Perkecualian, bila cuaca benar-benar kurang baik dan Anda juga tidak nyaman untuk naik sepeda, Anda bisa menunda naik sepeda.

***
Kembali pada ilustrasi yang telah disebutkan di awal, Bima sudah memilih opsi yang sangat tepat untuk menjadikan sepeda sebagai alat transportasinya sehari-hari. Begitu pula dengan anda, bagi yang sudah memilih naik sepeda dibanding naik mobil, maka Anda sudah lebih baik dari kebanyakan orang yang masih memilih naik mobil. Nikmatilah dan jangan berpikir bahwa naik sepeda adalah beban.

Inilah beberapa faktor yang membuat Bima termotivasi naik sepeda ke kampus:

1. Naik sepeda bermanfaat bagi kesehatan
Seperti disebutkan di http://pedalsepedaku.wordpress.com , bersepeda bisa menghilangkan stres juga secara fisik membuat lebih sehat dan kuat. Bersepeda secara teratur (sebagai olahraga atau tujuan yang lain) membawa dampak positif terhadap kesehatan manusia dari semua tingkatan usia, termasuk di antaranya adalah: mengurangi resiko penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit kronis lainnya. Selain itu dapat mengurangi resiko nyeri lutut, menguatkan tulang dan otot, menstabilkan kinerja tulang punggung, serta menguatkan sistem kekebalan tubuh. Tidak peduli berapa lama Anda menghabiskan waktu bersama sepeda, bersepeda merupakan cara berolahraga yang menyehatkan. Aktivitas fisik sangat penting, karena kebanyakan orang lebih banyak berdiam diri duduk dan menderita obesitas dikarenakan kurangnya aktivitas fisik.

2. Naik sepeda bermanfaat bagi ekonomi
Ini fakta yang menarik bagi mahasiswa. Pemilik sepeda tidak perlu mengurus SIM, pajak dan asuransi! Tanpa tarif parkir dan tarif pengisian bahan bakar. Hemat. Sepeda juga bisa dipakai bertahun-tahun. Kalaupun ada kerusakan, biaya perawatan onderdil juga tidak terlalu mahal seperti motor. Kecuali untuk pengecatan ulang atau pemodifikasian bagian-bagian sepeda. Ini berarti sisa uang kita dapat ditabung atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

3. Naik sepeda bermanfaat bagi lingkungan
Dengan naik sepeda, kita tidak mengontribusikan udara kotor seperti yang dihasilkan kendaraan bermotor. Beralih dari kendaraan bermotor ke sepeda merupakan cara paling mudah dan langsung untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan.

4. Naik sepeda bermanfaat bagi bidang transportasi
Ternyata, jarak tempuh aktivitas kita sehari-hari cukup singkat untuk dilalui dengan bersepeda. Perjalanan pergi-pulang ke kampus rata-rata hanya 20 menit saja.
Bersepeda juga dapat membantu mengurangi kemacetan jalan raya. Jalan raya yang sempit tidak mencukupi untuk kendaraan yang jumlahnya setiap hari semakin bertambah. Hal itu mengakibatkan kemacetan luarbiasa, menghabiskan waktu dan energi, membuat pencemaran udara dan meningkatkan stres pengemudi. Kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor pun dapat diminimalkan bila kita (dalam jumlah banyak) menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama.

***
Bagaimana, masih ragukah Anda untuk bersepeda ke kampus?
Jadilah seperti Bima, yang tetap bersemangat naik sepeda walaupun jarak dari rumah bibi ke kampusnya cukup jauh.
Ajaklah kawan-kawan Anda ke kampus. Bukankah lebih seru bila bersama-sama naik sepeda ke kampus?
Jangan mau kalah dengan Belanda, si Negeri Sepeda.
Katakan pada diri Anda mulai saat ini, “Bike to campus, why not?”

“Naik sepeda ke kampus, kenapa tidak?”

Adiar Ersti Mardisiwi
Mahasiswi Tahun Pertama Jurusan Arsitektur ITS yang juga bersepeda ke kampus

Berita Terkait