ITS News

Kamis, 14 November 2024
29 Desember 2010, 22:12

Antara Mbah Google Dan Si Buku Usang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Beberapa menit kemudian, teman-teman langsung berhamburan keluar kelas. Mereka langsung mencari tempat duduk di sekitar jalan setapak. Awalnya kukira mereka hendak melakukan aktifitas rutin kura-kura. Ya, kuliah rapat-kuliah rapat. Kegiatan populer di kalangan mahsiswa saat ini. Tak sampai 30 detik, dengan cepat tangan-tangan mereka membuka tas dan mengeluarkan sesuatu. Benda elektronik berbentuk kotak seberat 2,3 kilogram itu sekejap sudah berada di atas meja.

Tak lain, benda tersebut adalah laptop. Benda yang tak bernyawa ini seakan sudah jadi sebagian dari hidup mahasiswa. Setiap saat benda ini selalu bersanding dengan pemiliknya dimanapun tempatnya.  Hampir tiap melewati bangku-bangku yang berjajar di luar ruang kelas bisa ditemui mahasiswa-mahasiswa yang sudah berkutat dengan laptopnya.

Tak hanya di luar kelas, di dalam kelas yang sudah berdiri seorang dosen pun masih bisa ditemui laptop dalam keadaan menyala. Tak aneh jika seandainya saat itu adalah kuliah pengantar ilmu komputer ataupun pemrograman. Namun kali ini bukan saatnya mata kuliah tersebut.

Sang dosen sudah mulai menulis di papan putih yang terpaku di dinding depan kelas. Papan yang awalnya bersih tanpa coretan, dalam bebrarapa waktu sudah penuh tulisan dari A sampai Z, dari Ef = Em sampai f (x,t) = A sin (kx – wt).

Namun, mereka masih saja berkutat dengan laptop di atas bangku masing-masing. Dengan lihai jari-jari mereka menari di atas keyboard. “Entah apa yang sedang mereka kerjakan,” kataku dalam hati.

Sambil berbisik, aku bertanya pada salah seorang teman.
“Apa yang sedang kamu kerjakan?” tanyaku padanya.
“Ini lagi nyari tugas interferensi,” jawabnya singkat sambil terus melihar ke layar.

Mendengar jawabannya, langsung aku termenung. Sejenak aku teringat pada pesan dosenku. Tugas interferensi yang kemarin diberikan belum sempat aku kerjakan sama sekali.
“Kamu sudah dapat bahannya?” tanyaku lagi.
“Belum, ini baru mau nyari,” jawabnya.

Masih penasaran dengan jawabannya, langsung saja aku lihat laptopnya. Tampak search engine yang sudah tidak asing lagi. Ya, Google. Orang-orang akrab menyebutnya mbah Google. Dukun paling hebat yang sudah diakui kesaktiannya dalam memberikan setiap informasi yang diinginkan para pengguna jasanya.

Bahkan hal yang sebenarnya sangat tidak penting bisa kita cari lewat search engine satu ini.
“Eh, ternyata namaku ada banyak disini,” teriak salah seorang teman.
“Apanya yang banyak?” tanyaku sambil melihat laptop yang ia pegang.

Aku langsung tertawa. Hampir tak percaya pada apa yang telah aku lihat. Mereka sedang mencari nama-nama mereka di Google.

“Ternyata namaku juga ada disini,” teriak yang lain.

Apapun yang ingin diketahui bisa langsung berhubungan dengan dukun sakti ini. Mulai dari hal terkecil dan paling tidak penting sampai yang paling rumit bisa kita cari lewat search engine satu ini. Bagi kita tak ada yang susah selama Google masih ada.

Tugas interferensi yang memerlukan waktu agak lama untuk mengumpulkan bahan-bahannya, hanya butuh beberapa menit jika kita mencarinya lewat  www.google.com.

Kenyataannya mbah Google memang sangat populer di kalangan pencari informasi. Kali ini ia sangat populer di kalangan mahasiswa yang sibuk dengan tugas-tugas dan final project nya. Banyak alasan yang menyebabkan mereka lebih suka mencari informasi lewat Google daripada harus membaca buku di perpustakaan.

1. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.
2. Informasi yang didapat bisa lebih dari satu.
3. Efisiensi waktu.
4. Bisa di copy paste.
5. Bisa diakses dimana saja.

Dibandingkan buku usang yang ada di perpustakaan, banyak yang lebih memilih searching lewat Google. Terbukti pengunjung bagian perpustakaan yang bisa digunakan untuk akses internet jauh lebih ramai dibanding bagian peminjaman buku. Tampilan yang sudah tidak asing lagi di layar komputer dan laptop disana. Lagi-lagi si dukun sakti, mbah Google.

Teringat saat ada tugas mencari jurnal. Tak satupun dari teman sekelas yang mencarinya di ruang baca ataupun perpustakaan. Ketika belum tahu website apa yang harus dituju untuk menemukan jurnal ilmiah, search engine inilah yang satu-satunya diandalkan. Sekali ketik beberapa kata sudah keluar banyak pilihan yang tinggal kita klik.

“Gimana? Sudah dapat jurnalnya?” tanya salah seorang.
“Belum, ini keluarnya malah aneh-aneh gini” jawabku padanya.

Saat itu aku sadar kalau tidak selamanya Google bisa membantu kita. Dibandingkan mencari jurnal di ruang baca atau perpustakaan, mungkin anggapan kita mencari di Google jauh lebih mudah. Lebih cepat dan tentunya lebih banyak yang didapatkan. Sungguh suatu pemikiran yang salah.

Padahal jika mencari bahan kuliah akan lebih baik menggunakan buku yang sudah disediakan di perpustakaan atau ruang baca. Mungkin akan menyita waktu cukup lama untuk mencarinya. Namun, apa yang ada di buku tersebut bisa dipertanggungjawabkan isinya. Dapat dikatakan nilai kebenarannya mencapai 99%.

Kebiasaan search di Google ini sudah seperti makanan sehari-hari. Rasanya sulit beralih ke buku-buku yang tertata rapi di rak perpustakaan. Sering saat mengerjakan tugas, langsung saja comot dari blog orang. Copy paste, 15 menit tugas langsung bisa diprint. Terkadang aku berpikir sampai kapan dalam keadaan seperti ini.
“Apa nanti cari bahan TA juga di mbah Google? Terus nanti daftar pustakanya bagaimana?” tanyaku dalam hati. Jangan-jangan dari 20 daftar pustaka, hanya ada dua yang berasal dari buku. Lainnya tertulis www titik bla bla bla. Entah fenomena apa itu?

Padahal buku memiliki kelebihan yang jauh lebih banyak dibanding Google atau search engine lainnya antara lain,
 
1. Informasi yang diberikan jauh lebih akurat.
2. Isinya bisa dipertanggungjawabkan.
3. Informasi yang diberikan juga jauh lebih banyak.
4. Sambil membaca dan mencari-cari bahan dapat menambah referensi materi.
5. Bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami.
6. Tidak memberikan kontribusi kerusakan mata akibat terlalu banyak melihat layar komputer atau laptop.

dan masih banyak manfaat yang lainnya.

Tak ada yang melarang kita menggunakan segala kenyamanan yang diberikan oleh Google maupun search engine lainnya. Namun, kita harus bisa menimbang mana yang harus kita gunakan pada suatu waktu antara buku dan Google.

Sustia Agustini
Mahasiswa Teknik Fisika
 

Berita Terkait