Bisnis. Jujur, dulu saya sama sekali tidak tertarik dengan hal yang berkaitan dengan bisnis. Saya pikir, toh kedua orangtua saya masih mampu membiayai saya. Selain itu, hampir tidak ada darah pedagang dalam diri saya. Ayah-Ibu saya bukanlah orang yang berkecimpung di dunia bisnis. Namun entah mengapa, mata saya terbuka lebar-lebar sejak memasuki bulan pertama kuliah. IPITS. Ya, acara yang memiliki kepanjangan Informasi dan Pengenalan ITS tersebut seperti menghipnotis, serta menumbuhkan benih-benih keingintahuan dan semangat untuk berbisnis.
Apakah Anda tahu apa yang saya pikirkan saat salah seorang dosen menjelaskan tentang technopreneurship pada acara IPITS tersebut? Seingat saya, materi itu disampaikan pada hari kedua IPITS. Ketika dosen tersebut meminta salah seorang anak menyebutkan definisi technopreneurship -cukup sulit mengetikkan kata ini di keyboard-, pikiran saya malah melanglang buana kepada kios pulsa di depan rumah saya. Mereka menggunakan teknologi (komputer dan telepon genggam) untuk berbisnis. Terlebih ketika Ibu dosen itu memutarkan sebuah animasi mengenai seorang mahasiswa kedokteran yang berbisnis taksi dan sekarang sudah sukses, dialah pendiri taksi Blue Bird, Purnomo Prawiro. Sangat menginspirasi dan menambah semangat saya untuk kuliah sambil berbisnis.
Kita perlu membuka mata, menyaksikan realita yang ada. Lihatlah, saat ini, jumlah mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak. Namun, tak banyak dari mereka yang masuk ke dunia perkuliahan dengan biaya sendiri. Selebihnya, mahasiswa zaman sekarang banyak yang masih meminta kepada orangtuanya.
Seharusnya kita bisa memberikan yang terbaik untuk orang tua, tidak hanya nilai akademik yang baik, tetapi juga materi. Tidak pantas bagi kita kalau saat ini hanya diam dan fokus pada pendidikan tanpa mencoba mencari biaya tambahan atau memberikan sesuatu kepada orang tua kita. Mahasiswa adalah usia di mana seharusnya kita tidak bergantung penuh pada orang tua. Orang tua kita tidak pernah menuntut untuk memberikan sesuatu kepada mereka, namun mereka "mengharapkan" kita bisa memberikan sesuatu.
***
"Berbisnis sambil kuliah, apakah tidak mengganggu kuliah?"
"Jenis bisnis apa yang cocok untuk anak kuliah?"
Itulah sekelumit pertanyaan yang timbul di kepala ketika seseorang, khususnya yang masih berstatus sebagai mahasiswa bila ingin terjun ke dunia bisnis. Mari dijawab satu per satu.
Tidak sedikit pebisnis memulai bisnis mereka pada usia muda. Bahkan, sebagian besar pelaku bisnisnya adalah mahasiswa, yang sedang penuh ide, haus akan rasa ingin tahu, dan penuh inspirasi. Tetapi pasti ada ketakutan dan kekhawatiran tersendiri jika seorang mahasiswa bila ingin terjun ke dunia bisnis namun tetap melanjutkan kuliahnya. Kalau dipikir-pikir, bisnis dapat dikatakan mengganggu atau tidak, hanya bergantung dari jenis bisnis yang dijalankan dan bagaimana cara membagi waktu dengan baik.
Siapa saja sebenarnya bisa sukses berbisnis, walaupun masih berstatus mahasiswa. Sukses tidaknya berbisnis sambil kuliah sangat bergantung pada kemampuan kita mengelola waktu dan menentukan jenis bisnis yang tepat. Ada formula yang saya pikir cukup ampuh untuk diterapkan, yakni: TPA. Tentukan, Promosikan, Atur Waktu.
Tentukan: Awalilah dengan menentukan jenis bisnis apa yang diinginkan. Pilihlah jenis bisnis yang tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengelolanya, semacam part time business, bisnis yang bisa dikerjakan di luar waktu kuliah. Bisa juga memulai dari bisnis yang berbasis keahlian atau hobi, seperti menulis, melukis, memasak, bermain musik, kerajinan tangan, hingga sablon kaus. Lalu, gali informasi sebanyak-banyaknya dari buku dan internet, misalnya buku tentang tips sukses berbisnis untuk mahasiswa. Yang lebih penting, sering-seringlah mengikuti workshop bisnis yang saat ini marak diadakan oleh lembaga-lembaga tertentu. Bisa juga dengan mengikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Enterpreneurship.
Ada pula bisnis jasa, mulai dari rental komputer, fotokopi, laundry, lembaga bimbingan belajar, jual beli handphone bekas, baju bekas, jual jam tangan, sampai agen pulsa. Dua item yang saya sebutkan terakhir merupakan kegiatan yang saya jalani saat ini. Memang masih berstatus bisnis kecil-kecilan. Alias, saya masih berstatus sebagai reseller. Namun, saya yakin, bila bisnis kita dijalankan dengan niat yang ikhlas dan sungguh sungguh, hasilnya akan membawa berkah bagi kita, walaupun sedikit. Mungkin kelak bisa memproduksi sebuah karya dan menghasilkan uang.
Promosikan: Setelah menemukan ide bisnis, promosikan produk yang dijual pada keluarga, saudara, teman dekat, teman sekampus, serta tetangga. Promosikan bisnis kita lewat internet. Buka laptop/komputer sambil mengerjakan tugas, sambil mempromosikan bisnis. Promosi lewat situs jejaring sosial dengan mengambil sedikit keuntungan untuk diri sendiri. Bisa juga dengan mengambil barang seperti halnya pakaian di pusat grosir dan menjualnya secara online dengan harga sedikit lebih mahal. Setelah itu, tinggal bagaimana caranya mengaturnya dengan kuliah.
Atur waktu: Bagi mahasiswa yang sudah supersibuk, bisnis jenis online bisa dilirik. Bisnis ini dijalankan di dunia maya, yang tidak membutuhkan waktu seharian untuk dijalankan. Tidak ada jadwal mengikat, seperti jam masuk dan pulang. Hanya dibutuhkan perencanaan bisnis yang baik serta desain tampilan situs yang menarik minat pengunjung. Yang diperlukan hanya sebuah blog atau akun jejaring sosial. Untuk membuatnya hanya membutuhkan waktu sekitar 3-5 menit. Selanjutnya, isilah dengan tulisan atau artikel.
Dalam menjalankan bisnis online, kita memerlukan koneksi internet dan komputer/ laptop, semua barang tersebut selalu ada. Maksudnya, warung internet (warnet) dan sinyal wi-fi gratis ada di kampus dan sekitarnya. Jadi tidak ada alasan untuk terburu-buru menjalankan bisnis karena takut terlambat. Mengingat waktu kuliah kebanyakan dari pukul 8 pagi hingga 3 sore, setelah pulang hingga beberapa jam kemudian bisa digunakan untuk mengerjakan tugas. Selanjutnya, setelah mengerjakan tugas, tidak ada lagi sesuatu yang terlalu mendesak. Waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk menjalankan bisnis.
Masalah Modal
Memang modal merupakan unsur yang sangat esensial bagi sebuah bisnis. Namun, modal uang bukanlah unsur yang terpenting. Jika hanya ingin memulai saja, tanpa modal pun sebenarnya kita bisa memulai sebuah bisnis yang menghasilkan. Contohnya, menjual barang-barang dengan cara makelar. Kita mengumpulkan informasi tentang barang apa yang bisa dijual dengan tanpa modal. Mencari teman yang mempunyai usaha, lalu kita yang mencari konsumennya. Keuntungan bisa kita peroleh dari selisih harga dari penjual dengan harga yang kita jual kepada konsumen.
Bisnis bermodal kecil, contohnya mengajar privat untuk anak sekolah. Mungkin, kita mampu menggunakan software untuk menggambar bangunan. Atau mungkin kita bisa mengajarkan ilmu Fisika, Kimia, atau Biologi pada anak-anak sekolah. Bisa juga dengan cara menyediakan jasa penerjemahan teks, salinan catatan kuliah, jasa perbaikan komputer, atau jasa pembuatan website. Tak ada salahnya bila kemampuan/ilmu kita jadikan modal utama dalam berbisnis. Sediakan kartu nama dan pasang tarif.
***
Apa keuntungan berbisnis di masa muda? Mendapat penghasilan, jelas. Apalagi? Kita dapat berlatih mengelola keuangan serta mengantisipasi bila tak kunjung mendapat pekerjaan setelah lulus, daripada menjadi pengangguran. Dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Apalagi uang hasil bisnis dapat ditabung untuk membeli barang yang diinginkan atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berbisnis pun dapat mendatangkan pahala, tentunya bila dilakukan dengan niat ikhlas, sungguh-sungguh, dan sesuai dengan etika.
Memang banyak tantangan dan godaan dalam mengelola bisnis. Memupuk jiwa enterpreneur juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Tentunya kemampuan berbisnis nanti akan sangat diperlukan di dunia kerja. Apalagi sebagai mahasiswa ITS, walaupun tidak mempelajari mata kuliah yang berkaitan dengan manajemen atau ekonomi, namun setidaknya harus memiliki jiwa enterpreneur.
Perlu kita ingat bahwa menjadi mahasiswa adalah kesempatan terbaik untuk berbisnis. Selagi masih berstatus mahasiswa, kita mempunyai peluang bisnis yang lumayan beragam. Selain itu, kita juga mempunyai link yang sangat potensial. Siapa? Siapa lagi kalau bukan mahasiswa itu sendiri (teman-teman kita).
Pada dasarnya, bisnis apapun yang dijalankan oleh yang masih berstatus sebagai mahasiswa, tidak ada salahnya selama kuliah juga tetap jalan. Jangan mengutamakan bisnis dan menomorduakan kuliah. Pasti kita tidak mau kan, jadi mahasiswa abadi di kampus?
Hal ini sekiranya bisa menjadi refleksi bagi diri kita. Daripada menghabiskan waktu luang di mal, kafe atau pusat perbelanjaan yang tentunya akan menguras kantong, tidak ada salahnya apabila kita mencoba menambah uang saku dengan melakukan hal-hal diatas. Jangan ragu untuk memulainya. Tak perlu mengulur waktu. Segera tentukan jenis bisnis yang Anda minati. Jangan suka menunda-nunda. Mungkin tahap awal yang bisa Anda lakukan adalah menjadi reseller. Jangan takut menemui kata-kata sibuk. Karena "sibuk" sangat jauh lebih berharga daripada "diam tak melakukan apa-apa". Sibukkan diri kita selagi muda. Petiklah buah kesibukan kita di hari tua.
Jadi, kuliah sambil berbisnis bisa saja, tinggal bagaimana cara membuatnya sejalan. Mendapat keuntungan, pahala, dan membuat link atau koneksi kita semakin banyak. Hal itu akan mempermudah kita saat nanti masuk ke dunia kerja.
Memang, saya bukan mahasiswa pengusaha yang sukses, seperti Ahmad Ferdiansyah dan kawan-kawan dengan Hetric Lamp-nya. Saya juga bukan mahasiswa berprestasi seperti Asmaul Husna dari Planologi. Saya adalah mahasiswa biasa, yang ingin mencoba dunia yang belum pernah saya geluti sebelumnya, dan membuat hidup saya berguna bagi orang lain. Semoga bisa menginspirasi.
Berbisnis sambil kuliah, yuk!
Adiar Ersti Mardisiwi
Mahasiswi Tahun Pertama Jurusan Arsitektur
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi