ITS News

Selasa, 12 Agustus 2025
17 Januari 2011, 13:01

Pelajari Lingkungan, Kunjungi Kampung Bubutan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kampung bersih, asri, dan hijau nyars menjadi hal langka di Surabaya. Dari Surabaya bagian barat, timur, utara maupun ke selatan, hanya segelintir saja kampung yang benar-benar tergerak untuk peduli permasalahan lingkungan. Padahal, masalah satu ini menjadi isu yang tak ada habisnya diperbincangkan oleh para pakar sekalipun.

di antara segelintir kampung langka tersebut, Kampung Bubutan adalah salah satunya. Kampung ini memang memiliki program lingkungan yang belum pernah ada di kampung-kampung lain. Misalnya saja, dalam pengolahan sampah. “Sampah bisanya dinilai sebagai bencana. Namun, bagi kami sampah itu membawa berkah,” ungkap Edwin, salah satu kader lingkungan Kampung Bubutan.

Di tiap rumah, terlihat karung putih sebagai wadah sampah kering. Seperti botol, bungkus pengharum pakaian, dan plastik biasa. Setiap dua minggu sekali, warga berkumpul sembari membawa karung dari rumah masing-masing. “Mereka akan memilah sampah,” lanjut Edwin. Kumpulan sampah itu memang dipilah sesuai jenis dan harganya.

Jika sampah berupa bungkus pengharum pakaian, maka akan dibuat sebagai kerajinan tas atau sandal. Berbeda jika sampah berupa plastik biasa, maka akan langsung dijual dan dimasukkan kas warga.

Bagaimana dengan sampah basah? Dijelaskan Edwin, ada penanganan khusus. Warga Kampung Bubutan membagi dua tempat sampah yaitu komposter aerob dan anaerob. Komposter aerob ini merupakan tempat sampah terpadu untuk beberapa kepala keluarga. Contoh cara kerjanya. sampah dari daun-daunan kering dicacah kecil-kecil, kemudian diletakkan di wadah komposter. Sedangkan untuk komposter anaerob, hampir setiap rumah memilikinya. Hasil pembusukan sampah baik melalui aerob maupun anaerob akan dijadikan pupuk kompos bagi tanaman warga. Selebihnya, pupuk itu juga dijual.

Selain sampah, warga kampung Bubutan juga memiliki inovasi dalam pengolahan air selokan sebagai air penyiram tanaman. “Sistem pengolahan ini sederhana. Rancangannya merupakan hasil diskusi dengan pihak akademisi,” tuturnya lagi. Ia juga menambahkan bahwa pembuat rancangan Alat Pengolahan Air Limbah (APAL) ini memang warga sendiri.

Shabrina Firda Amalia, salah satu peserta Torres mengungkapkan program lingkungan ini memang harus ditularkan ke kampung-kampung lain. “Kalau semua kampung seperti ini, Surabaya pasti menjadi kota yang benar-benar asri,” harapnya. (esy/tyz)

Berita Terkait