ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
09 Februari 2011, 21:02

Polisi Tidur Mahasiswa ITS Hasilkan Energi Listrik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Alat tersebut bisa dibongkar pasang sesuai keinginan pengguna untuk kebutuhan penerangan jalan atau bangunan.

Karya tersebut telah diuji coba sebelum lolos dalam daftar 20 finalis
Kontes Inovasi Nasional 2011 di Institut Teknologi Bandung, 4-5 Februari
2011.

Bentuk polisi tidur tersebut dirancang khusus. Di
bagian tengah antara tanjakan dan turunan, terdapat papan menyembul yang
bagian bawahnya dipasangi pegas baja berjenis helix atau per keong.

Tinggi papan itu dari puncak tanjakan atau turunan sekitar 2-3
centimeter. "Tidak menghambat laju kendaraan," kata anggota Tim Buzz ITS
Made Yudithia Krisnabayu kepada Tempo di sela pameran di Campus Center
timur ITB.

Tiap kali roda mobil atau motor melindas polisi
tidur, energi kinetik yang biasanya terbuang ditangkap pegas sebagai
energi potensial lalu dialirkan ke generator torsional. Generator
sederhana buatan sendiri yang diletakkan di samping papan polisi tidur
itu diatur agar bisa menyimpan energi tiap enam lindasan terjadi.
"Inovasinya pada penyimpanan energi di generator ini," ujar Diandra
Devia Dewi, anggota tim lainnya.

Dari enam kali lindasan mobil
atau motor, bisa terkumpul listrik sebesar 10,5 watt. Arus bisa diubah
dari AC menjadi DC. Energi itu kemudian ditabung dalam baterai atau aki
(accu) sebelum dipakai untuk penerangan jalanan atau gedung.

Berapa pun bobot dan kecepatan kendaraan ketika melindas polisi tidur,
jumlah daya listrik yang dihasilkan tetap sama. Namun harus dihindari
lindasan kendaraan jenis truk agar alat tidak cepat rusak.

Idealnya, kata mahasiswi berusia 20 tahun itu, alat tersebut ditempatkan
di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sekitar pintu palang
tempat parkir, dan kios drive thru. "Listrik yang dihasilkan bisa
dipakai untuk menerangi tempat-tempat seperti itu," tuturnya.

Biaya pembuatan polisi khusus tersebut Rp 1,5 juta per unit. Daya
tahannya berkisar 1,5 hingga 2 tahun. Alat itu menurut mereka, jauh
lebih murah dibanding biaya pemakaian listrik per tiang lampu jalan yang
menyala 10 jam sebesar Rp 2,3 juta per bulan.

Setelah nanti
dipatenkan, kata Diandra, alat yang digagas dan dikembangkan bersama
Harus Laksana Guntur, dosen Bidang Studi Desain Program Studi Teknik
Mesin ITS, tersebut rencananya akan ditawarkan ke pemerintah daerah

Berita Terkait