ITS News

Senin, 02 September 2024
10 Februari 2011, 08:02

FRS, oh FRS…

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

“Lho, nanti nggak dapet kelas gimana?” Si Aldi terus-terusan meneror Budi, nada suaranya yang naik turun barangkali menandakan Aldi sudah berkali-kali ganti posisi duduk. Entah gusar dengan laptopnya, kesemutan, atau menahan buang air kecil. “Halo, Bud? Hallo…" .

 Tutt… tut …tut… Budi hanya menggaruk-garuk kepala, meletakkan handphone-nya di samping bantal, lalu kembali tidur.

Kegelisahan si Aldi dan ketenangan si Budi untuk “berani” melanjutkan tidurnya, hanya bisa dijumpai pada hari pertama pengisian Formulir Studi Online (FRS) Online, di tanggal tujuh jam tujuh pagi. Tentu saja nasib Aldi sejak pagi buta usai Shubuh tadi juga banyak dialami mahasiswa ITS.  Dipastikan, hampir plasa di tiap-tiap jurusan sesak dengan kerumunan mahasiswa yang booking kelas.

Satu tempat favorit lagi bagi mereka yang uyel-uyel-an untuk akses sim akademik online, yakni di sekitar puskom dan sekitar Teater A ITS. Konon katanya, daerah itu “keramat”, terkenal dengan koneksi internet super kencang. Tapi nyatanya, tetap saja kehebohan melanda mereka. Sontak, kawasan Puskom tak ubahnya seperti Pasar Keputih, ramai tapi tetap bersih. Ya kalau kotor, mungkin dari mulut mereka meluncur letupan emosi, kata-kata “khas” Suroboyo-an. Padahal sudah diganti, ITS Cak!

Siapa cepat, dia dapat. Slogan itu yang dicamkan beberapa mahasiswa dalam setiap FRS-an. Tentu agar memilih kelas yang sesuai dengannya. Kalau dulu bisa menyesuaikan dengan dosen pengajarnya, sekarang hanya bisa menyesuaikan waktu kuliah, dan juga rebutan bangku kuliah.

Nah, kenapa mesti rebutan? Ingat bung, ada angkatan “tua” yang mungkin ingin mengulang atau memperbaiki nilainya pada mata kuliah tertentu, maksudnya agar IPK di transkrip ijazah terlihat menyilaukan. Lha, kalau kelas hanya tersedia terbatas, terus bagaimana nasib mereka yang tidak kebagian kelas? Disisipkan? Iya, silahkan kalau saja bisa.

”Kok udah penuh? Waa…keterlaluan…”. Kira-kira seperti itulah ratapan mahasiswa yang baru bisa akses sim akademik di sore hari, masih di hari pertama. Tapi yakinlah, ada saja mahasiswa yang tidak mau berebut pagi hari, dengan alasan "Koneksinya macet, nanti sajalah,".

Perjuangan tidak berhenti sampai disini. Setelah mengisi FRS, masih ada “tugas” mereka, dan tak kalah berat tangguhnya. Yakni perwalian, yang terkadang membutuhkan daya kesabaran dan istiqomah yang tinggi. Bukan hanya mahasiswa yang harus sabar, dosen wali juga harus sabar, melayani satu per satu mahasiswa walinya.

Satu mahasiswa saja, harus diperhatikan benar-benar. Kondisi mahasiswanya bagaimana, kemudian juga harus menjelaskan mata kuliah yang menjadi pokok rantai mata kuliah lain. Itu satu mahasiswa saja! Dan ini, masih awal. Tenang saja.

***
Nama saya, Maba. Mahasiwa Baru. Kakak saya, Warga namanya. Ayah saya, tentu saja gagah, pemberani dan bijaksana. Kampus ITS nama beliau.

Kalau dilihat dari kacamata yang menghias wajah kakak, saya termasuk yang ”belum tahu” apa-apa, masih dini dan bau kencur meski saya tiap hari mandi bukan pakai sabun cap kencur. Termasuk, saya belum tahu, bagaimana sensasi deg-degan ngantri FRS-an Online.

Ya terang saja, nama saya Maba, dan selama dua semester ini saya dijatah ”hadiah” dari ayah untuk kuliah saya. Hadiah pertama, atas keberhasilan saya masuk ITS, 18 SKS, tidak bisa ditawar, kurang atau lebih. Hadiah kedua jatahnya sama, cuma kalau saja saya mampu dan ingin menambah, boleh saja. Dengan syarat, tidak lebih 24 SKS. Entahlah saya juga tidak tahu maksud ayah membatasi saya, kakak juga ditanya tidak menjawab. Mungkin saja agar saya bisa mengeksplorasi diri dengan ayah.

Mungkin kalau sudah menjadi kakak, semester depan, saya juga merasakan dag-dig-dug-der serunya FRS-an. Cukup dengan modal basuhan air wudhu shalat shubuh, berangkat ke kampus, menjingjing laptop, dan mencari posisi yang pas untuk “mengantri”. Kira-kira di bawah wireless adaptor, biar sinyal masuknya kencang. Tanpa alas tikar tidak masalah yang penting bisa duduk di kelas semester depan, daripada hanya melamun di kamar kos.

Tapi saya yakin, tidak bisa angka kepanikan mahasiswa disamakan. Ada yang masih punya waktu lenggang untuk FRS-an dengan tenang, lancar tanpa uyel-uyel-an.  

***
”Yang penting, semester depan lancar. Berakit-rakit FRS-an, bersenang-senang di akhir semester”. Begitu bunyi salah satu status Facebook mahasiswa ITS. Komentar bawahnya, ”lebih pentingnya, kalau sudah pakai rakit, terus bocor, ya nambalnya susah. Di tambal tahun depan, bisa lama layarnya,“. Entahlah, jurus sakti apa yang bakal digunakan Si Budi kalau berlayar saja pakai kasur. 

Muflih Fathoniawan
Mahasiswa tahun pertama Jurusan Fisika
”Ya, maaf kalau pikiran saya itu aneh. Maklum, masih dapat paket SKS ”

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > FRS, oh FRS…