ITS News

Senin, 02 September 2024
14 Februari 2011, 08:02

PKM, Untuk Apa Sebenarnya?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Embel-embel acara tersebut adalah ‘workshop’ yang seyogyanya berarti ‘pelatihan’. Pada umumnya, acara semacam itu lebih berupa interaksi langsung antara pemateri/pembicara dengan peserta. Namun kenyataanya tidak begitu. Susono berbicara panjang-lebar selama satu jam penuh.  Dan yang lebih mengejutkan lagi, ia tidak banyak menyinggung PKM-GT, maupun keilmiahan mahasiswa.

Ia malah berbicara mengenai berbagai permasalahan di Indonesia. Bicaranya tajam dan kritis, seperti sedang menggugat. Tapi mungkin ekspresi yang lebih tepat adalah mencoba menggugah.

Yang paling mengejutkan darinya, ia dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia belum menjadi sebuah negara makmur yang selama ini diimpi-impikan. Betapa banyaknya potensi Indonesia, terutama di bidang pertanian, kelautan dan pangan, yang terbengkalai.

“Kita ini bangsa yang mengimpor segalanya, mulai dari kedelai untuk tempe dan tahu, kain untuk baju, hingga perangkat hardware komputer,” papar Susono. Tetapi ia memang tidak sekadar beretorika. Pernyataan-pernyataannya didukung dengan menyebutkan statistik dari berbagai sumber.

Ia melanjutkan, bahwa inilah sebab ketergantungan negara yang begitu besar terhadap bantuan negara asing. Dan ini sangat berakibat kepada politik hubungan luar negeri Indonesia.

Akar dari permasalahan besar tersebut, sebenarnya tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Kreativitas dan inisiatif, itulah yang kurang tercermin dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Akibatnya, tidak ada peningkatan dalam sistem kerja, maupun manajemen atau pengelolaan dalam berbagai bidang.

Petani menanam hari ini seperti ia telah menanam sejak berpuluh-puluh tahun lalu, dan meraup hasil yang sama besarnya. Padahal kebutuhan pasar terus meningkat. Karena tak ada hasil produksi yang memadai, maka jadilah Indonesia harus mengimpor beras dan bahan pangan lainnya.

Pedagang saling meniru dagangan teman pedagang lainnya, tanpa inisiatif untuk mengembangkan bentuk atau metode bisnis baru. ia mencontohkan daerah Ngadi Luwing dengan warung-warung soto sepanjang 3 km. Siapa yang akan membeli?

Dan seterusnya.

Sebelum menutup acara, menteri Ristek BEM ITS, Alfian S. Putra, tampil. Ia seolah menyegarkan kembali suasana di ruangan tersebut. Peserta yang sebelumnya tegang mendengar Susono, bisa tersenyum kembali mendengar ajakannya untuk segera menulis PKM-GT. “Ayo bawa pulang piala Adikarta Kertawidya dari Pimnas ke ITS,” ia berucap penuh semangat.

Namun kata-kata Susono memang tidak mudah untuk dilupakan. Lepas dari acara tersebut, banyak dari mahasiswa yang masih berpikir, adakah solusi untuk keadaan tersebut?

Dan jawaban-jawabannya memang mungkin saja bisa ditemukan oleh mereka yang bertekad penuh dalam menulis dan merencanakan PKM-GT mereka. Susono telah menyadarkan para mahasiswa, bahwa menulis PKM-GT manfaatnya bukan sekedar untuk meriah jawara ataupun hadiah. Tapi lebih dari itu, PKM-GT bisa memberikan solusi bagi rakyat dan bangsa.

Apakah anda salah satunya?

Lisana Shidqina
Mahasiswi Arsitektur angkatan 2009
Staf Media dan Informasi (Medfo) BEM-ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > PKM, Untuk Apa Sebenarnya?