ITS News

Kamis, 14 November 2024
27 Februari 2011, 13:02

Mafia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Vincent Gigante cuma seorang pasien rumah sakit jiwa. Selama 20 tahun, ia berobat di sana, tiga kali per minggu. Sesekali dirawat inap sebab kondisinya makin parah. Penduduk New York hafal betul perilaku pria berbadan besar ini. Ia sering berjalan sempoyongan di kisaran Greenwich Village, tertawa-tawa tanpa sebab, dan tatapannya kosong.

Tapi selama 20 tahun itu pula, Gigante menjadi "most wanted" dinas intelijen Amerika, FBI. Berkali-kali ia lolos dari jeratan hukum. Ia dituduh mendalangi serangkaian pembunuhan di era Nixon, saat New York memang benar-benar anarkis, tanpa hukum. Ia juga terjerat pasal perdagangan barang terlarang, monopoli tender, sampai perannya dalam jaringan kriminal internasional.

Memang, siapa Gigante itu? Ia adalah pimpinan tertinggi La Cosa Nostra (LCN) selama empat dekade terakhir. Semua hakim dan jaksa penuntutnya, bisa berakhir tragis. Semua polisi yang tertangkap basah mencoba masuk dalam lingkarannya, juga lenyap tak berbekas. Bahkan ia mampu menyetir anggota senat, untuk menggagalkan undang-undang yang akan menghalangi mereka. Ia sengaja berakting "gila", untuk menghindari pengejaran hukum. Sepertinya, ia memang layak dapat Piala Oscar.

Gigante berasal dari trah Genovese. Dari lima keluarga besar Sisilia yang memimpin LCN, Gigante berhasil merebut kendali keseluruhan. Sebelumnya, ia mengalahkan famili terkuat, Luchesse dan Gambino, melalui sedikit trik dan darah. Persis kejadian saat dinasti Yamaguchi, menggeser pengaruh klan Tosei-Kai dari "kekaisaran Yakuza". Atau, saat "pertandingan segitiga" dua kartel yang menjadi musuh besar Presiden Meksiko, Felipe Calderon. Sinaloa dan Juarez sedang berebut pengaruh di pintu masuk utama perdagangan bius, Ciudad. Bayangkan, perang-perangan ini sudah membunuh ribuan jiwa. Termasuk puluhan perwira, belasan walikota, dan beberapa gubernur.

Begitulah! Mafia adalah keluarga. Maka, kepentingan keluarga di atas segalanya. Itulah makna "ini tentang kita". Semua orang di luar "kita" adalah musuh yang wajib diwaspadai. Dalam pasal lain menggariskan,"nyawa dibalas nyawa", tidak peduli polisi, hakim, atau sesama penjahat profesional sekalipun. Kepatuhan menjadi mutlak dan janji merupakan hutang yang paling besar. Membocorkan rahasia, bisa jadi, dosa paling tercela melebihi dosa memultilasi ibu sendiri. Mereka sebut ini "Omerta" atau code of silence. Jangan sebutkan bosmu siapa, dimana rumahnya, dan apa yang sebenarnya ia lakukan. Peribahasa Sisilia bilang,"Barangsiapa yang buta, tuli, dan bisu, ia akan hidup penuh kedamaian".

Ini semua tata aturannya. Bila anda ingin ikut serta, patuhilah kesemuanya. Tenang saja, aturan ini sudah diratifikasi secara internasional. Dari komplotan TRIAD di megapolitan menggiurkan -Hongkong, Makau dan Kanton- sampai sekumpulan orang bertato yang menamakan diri Mara Salvatrucha di Amerika Tengah sana. Belum lagi mafia ekonomi, hukum, politik, sosial dll. Dunia ini penuh dengan mafia, alangkah sayangnya bila kita tidak bergabung dengan salah satu di antaranya.

***
Kusni Kasdut, tak banyak yang kenal, apalagi generasi seumuran saya. Padahal, ia termasuk penjahat kondang, selevel dengan Anton Medan dan Joni Indo. Lantas, siapa bilang menjadi bos kriminal harus berperawakan besar dan garang. Justru, penampilan Kusni pendek dan kurus kerempeng. Ingatan kita mengacu pada Joaquin "El Chapo" Guzman, pimpinan kartel Sinaloa yang bersaing dengan Osama Bin Laden, sebagai pemuncak daftar orang paling dicari CIA. Julukannya, El Chapo, berarti Si Kuntet.

Kusni adalah seorang pahlawan. Kalau saja ia mati saat jaman kemerdekaan. Sayang, nasib berubah. Setelah tidak lolos dari proyek perampingan TNI zaman Syahrir, ia yang sudah terlanjur berpangkat tinggi, kehilangan pekerjaan. Berbekal pasukan desersi, ia merambah dunia mafia ala Indonesia. Kusni adalah nama yang paling ditakuti di Jakarta kurun 60-80an. Tak tanggung-tanggung, ia pernah sukses merampok emas Monas! Sempat digadang-gadang sebagai Robin Hood-nya Indonesia, sebab suka mengincar rumah-rumah orang kaya, dan memberikannya pada kaum miskin, namun, akhir hidupnya tragis. Mati di depan senapan eksekutor sambil mendekap rosario. Beruntung, vonis mati membuatnya dekat dengan Tuhan.

Jikalau kita mau belajar leadership, belajarlah dari Mafia. Kharisma adalah andalan, sekaligus tingkatan tertinggi dalam kepemimpinan. Ia tidak berbicara anda tampan atau tidak, rapih atau tidak, tinggi atau tidak, kaya atau tidak, berpendidikan atau tidak, dan banyak poin pemanis strata sosial lainnya. Kharisma biasanya lahir dari legenda. Dimana seseorang berhasil membingkai hidupnya menjadi sesuatu yang amat luar biasa, tak satupun mampu menyamai. Sama seperti idiom "punya 13 nyawa", "seribu akal", "ahli dari segala ahli". Mereka melambangkan superioritas yang mendukung kharisma. Efeknya, loyalitas pengikut yang tidak terkira.   

Jikalau kita mau belajar manajemen, belajarlah dari Mafia. Disiplin itu penting. Sebuah kelompok yang menerapkan aturan, perjanjian, dan konsesus dengan tegas, maka secara tidak langsung melancarkan arus pengaturan. Kepatuhan yang diterapkan menjadi kunci dasar mencapai tujuan. Pembelotan adalah sebuah pelanggaran terberat. Walau Mafia dipimpin secara kolektif dari beberapa keluarga, maka bila menyangkut kepentingan bersama, mereka berada dalam satu suara. Misalnya, bila ada seorang anggota sedang dikejar polisi, tugas anggota lain melindungi, walau mereka tidak berasal dari satu kelompok yang sama. Bila ia tertangkap, maka dilarang membongkar jaringan di atasnya. Ini bentuk proteksi.

Hanya mafia amatiran yang membongkar kawanan yang lain sebab kedongkolannya. Ibarat seorang yang sedang megap-megap di tengah laut tanpa pelampung, sehingga ia menarik segala macam barang yang ada di sekitarnya agar tetap mengapung. Menjadi lucu bila si mafia menarik kembali ucapannya, berlagak menjadi tumbal organisasi kejahatan. Bisa jadi, ia memohon simpati (pengampunan?) Pak Bos.

Sekali lagi, hiduplah bermafia. Seekor singa tidak akan menyerang sekawanan rusa. Ia hanya doyan seekor rusa tersesat atau mereka yang terpecah dari rombongan. Kata seorang alim,"Kebaikan yang tidak terorganisir akan mudah dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir". Kini, kata mafia telah dihapus di buku kejahatan FBI. Warga Italia di Amerika memprotes. Karena sebenarnya, arti mafia adalah "kami mati untuk melawan kedzhaliman.".

Bahtiar Rifai Septiansyah
"I needed money cause i had none. I fought the law and the law won!" (The Clash)

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Mafia