“Ibu sedang memasak di dapur,†ujar para siswa SD di sebuah kelas sembari dipandu oleh guru bahasa Indonesia. Mungkin pernyataan yang dilontarkan anak-anak tersebut hanya akan kita dengar pada tahun sebelum era internet muncul. Mengapa demikian? Realita saat ini menunjukkan bahwa para ibu sudah jarang memasak di dapur. Terlebih, elit menengah ke atas yang memiliki jasa pembantu di rumah, dipastikan sangat jarang berkecimpung di dapur.
Para ibu workaholic yang sibuk dengan pekerjaan dan bisnis seringkali terlena dan melupakan anak serta suami. Saat anak ingin pergi bersama ibunda tercinta, sang Ibu dengan kasarnya menolak, “Duh Nak, Ibu sedang ada pekerjaan, lain kali saja lah!†Bila sang anak ingin menghabiskan waktu bermanja-manja dengan ibunya, sang Ibu dengan lantangnya menolak, “Main sama teman-temanmu saja dulu. Ibu masih ingin internetan.â€. Tragis. Ibu yang seperti itu seakan-akan menomorduakan anak dan suami. Tidakkah mereka memahami peran Ibu? Mereka harus memberikan kasih sayang kepada buah hati mereka. Ibu juga harus mampu menjadi istri yang baik bagi Sang suami. Memberikan cinta tanpa diminta. Memberikan cinta lebih dari sekedar kata-kata.
Ibu yang tidak bekerja dan memiliki anggota keluarga lain yang sama-sama sibuk "tertolong" dengan adanya internet. Ia dapat menjadi tempat sampah bagi para ibu. Dengan membuka blog, mereka bisa mencurahkan perasaannya. Mereka "berbagi" dengan orang-orang di seluruh dunia. Berbagi status, foto, video, serta catatan harian. Memang internet tidak selamanya buruk. Internet juga dapat menolong di kala membutuhkan informasi.
Di Facebook, angka keterlibatan perempuan sangat tinggi, 57%, sedangkan laki-laki hanya 43%. Artinya, sekitar 372.200.000 orang perempuan ada di Facebook. Informationisbeautiful.net menyatakan bahwa tiga kategori social media, yaitu social networking, instant messengers, dan e-mail, dirajai oleh perempuan. Perempuan, penyumbang terbesar dalam hampir seluruh social media di internet, memiliki rasa keingintahuan yang besar. Mereka ingin didengar, dilihat, dan dimengerti.
Parah memang bila ada seorang Ibu yang cinta mati dengan social media yang memiliki sifat adiktif itu. Mereka kebanyakan login ke social media sebelum mereka sempat gosok gigi di pagi hari. Namun, bukan hanya di social media, perempuan juga mendominasi penggunaan internet secara keseluruhan. Seringkali kita temui mereka di restoran, mal, sekolah, ruang tunggu rumah sakit, bahkan kamar mandi sekalipun membawa handphone-nya, hanya untuk berinteraksi dengan para rekan di social media.
Mungkin para ibu gaul penggila internet, akan trenyuh dan sadar bila membaca puisi karya Serafina Ophelia yang berjudul Ibu dan Facebook. Seperti inilah isi puisi Serafina: “Ibu, Facebook, Hubungannya erat sekali. Setiap hari, sehabis mandi, selesai makan, sehabis apapun. Dalam hatiku, aku berpikir, mau kemanakah gerangan ia. Notebook. Tapi apa yang selalu ia lihat di notebook? Facebook. Setiap hari, tawanya menggema. Sampai kapankah hubungan erat antara Ibu dan Facebook? Mungkin sampai akhir hayatnya. Notebooknya akan dibawanya ke surga.â€
Selain menyikapi puisi di atas, bagaimana respon para ibu bila membaca berita berjudul seperti ini: Ibu Main Facebook, Bayi Tenggelam di Kamar Mandi. Mari kita berpikir, akankah kalimat “Ibu sedang memasak di dapur†terganti dengan “Ibu sedang mengakses Facebook?†Tanyakanlah pada diri Anda sendiri, para ibu dan calon ibu. (calon) anak-anak dan suamimu butuh kasih sayangmu. Lebih dari teman-temanmu di social media.
Adiar Ersti Mardisiwi
Mahasiswa Arsitektur angkatan 2010
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)