Ruangan yang biasa digunakan untuk belajar berbahasa asing tersebut disulap menjadi dapur dengan beberapa kompor dan berbagai bahan memasak. "Tujuan dari acara ini adalah untuk mengenang Kartini yang telah membuka kesempatan bagi kaum perempuan untuk sejajar dengan laki-laki," ungkap panitia, Anik Amaliyah S Pd.
Lomba memasak tersebut diikuti oleh delapan belas tim karyawan dan user UPT Bahasa yang terdiri dari satu orang laki-laki dan perempuan. "Bapak-bapak yang memasak dan ibu-ibu yang menjadi asisten dan dilarang membantu memasak," papar Anik. Koordinator budaya UPT Bahasa tersebut juga menjelaskan baju kebaya dan batik yang dipakai peserta adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya Indonesia.
Setiap tim hanya diberi waktu dua puluh menit untuk memasak menu nasi goreng. Terlihat jelas kegugupan para lelaki saat memasak. Ada yang sekenanya memasukkan bumbu, ada yang memasak sambil terus tersenyum karena bingung, dan ada pula yang sudah ahli. "Penilaian lomba meliputi teamwork, kebersihan, ketepatan, dan rasa," tukas Anik.
"Saya baru pertama kali memasak nasi goreng dan saya berpartner dengan ahli masak sehingga diberi kemudahan," ungkap salah satu peserta, Drs Haryono Kosasih BA. Dosen bahasa Tionghoa ini mengakui ternyata memasak juga hal yang menyenangkan apalagi bersama teman-teman untuk mempererat kekeluargaan.
"Berikan kasih sayang kepada Ibu dan tidak hanya lewat even seperti hari Kartini," pesan Haryono, Bapak berusia 68 tahun ini. (el/yud)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus membuktikan komitmennya dalam membangun masa depan yang inklusif
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berkontribusi dalam meningkatkan budaya baca dan literasi. Kali
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya menyebarkan kerja sama dalam rangka memperluas kebermanfaatan. Kali
Kampus ITS, ITS News — Sebagai kampus berbasis teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berupaya menghadirkan karya inovatif