ITS News

Sabtu, 02 November 2024
23 April 2011, 12:04

Peduli Pendidikan Anak Pesisir Lewat PKM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mereka adalah Riana Purwandani, Meirta Afiffa, Chandra Murtabowo, Yulieargi Intan, serta Riri Ratna. Lima sekawan yang tergabung dalam pengurus Badan eksekutif- Lembaga FTSP ini merupakan penggagas Program kreativitas Mahasiswa berjudul Program “PERAK” (Pusat Belajar Untuk Rakyat) untuk Menambah Minat Baca pada Anak-Anak Usia Sekolah Menuju Indonesia yang Lebih Cerdas di Daerah Tambak Wedi, Surabaya.

Andin pun mengungkapkan, di kelurahan tersebut memang masih banyak anak yang masih usia sekolah namun tidak bisa melanjutkan pendidikan karena hambatan ekonomi. Serta kesadaran akan pentingnya pendidikan di kampung nelayan tersebut yang masih sangat rendah. Sampai-sampai ada murid binaan PERAK yang sudah berusia 17 tahun tapi masih belum bisa baca dan tulis.

”Kami memilih Tambak Wedi karena disana lebih dari lima puluh persen anak-anak usia sekolah yang belum bisa membaca dan menulis,” ungkap Andin usai memberi evaluasi pada anak-anak yang tinggal pada daerah pesisir tersebut, Jumat (22/4).

Program yang diusung lima sekawan ini bisa dibilang sederhana dan mudah. Seperti melatih baca dan tulis bagi bocah-bocah disana setiap dua kali seminggu.”Namun tantangannya adalah menentukan metode yang bisa menarik perhatian adik-adik,” ujar Menteri Pengabdian Masyarakat BE-LM FTSP ini.

Tes evaluasi pun tidak memberatkan. Lomba-lomba dan game edukasi adalah salah satu metode pendekatan pada siswa binaan yang berjumlah sekitar 45 anak tersebut. Seperti menjodohkan huruf-huruf agar terangkai menjadi kata, sampai lomba games telling story atau menceritakan kembali cerita yang telah terlebih dulu dibaca.

Andin bercerita dua bulan lalu saat PERAK baru saja dimulai, Balai RW yang menjadi tempat belajar, selalu masih kosong melompong. Sehingga mereka beserta kakak asuh harus berusaha mengumpulkan satu per satu adik-adik agar mau belajar membaca dan menulis.

Selain itu, mereka membagi program mereka menjadi dua, yakni untuk adik-adik yang sama sekali belum mengenal huruf alphabet, dan kelompok untuk adik-adik yang belum lancer membaca. Belajar sembari bermain menjadi pilihan metode ajar yang mereka pilih. Metode menceritakan kembali cerita yang dibaca pun menjadi salah satu metode ampuh. Karena pasalnya, adik-adik disana yang sudah bisa membaca kebanyakan hanya sekerdar membaca saja tanpa tahu maksud dan isi dari apa yang mereka baca.

”Kami juga mendirikan Taman Baca yang sampai saat ini sudah berisi seratus buku,” jelas Andin. Buku-buka yang disedikan pun disesuaikan dengan minat adik-adik binaan. seperti buku-buku cerita, komik, serta buku-buku pelajaran ringan. ”Adik-adik sukanya buku yang tipis, hurufnya besar, serta bergambar. Jadi kami berusaha tidak meninggalkan kriteria tersebut,” lanjutnya.

Selama dua bulan program PERAK berjalan, sudah banyak hasil yang terlihat pada adik-adik di Tambak Wedi. Diantaranya mereka yang sebagian besar belum mengenal huruf kini sudah bisa menghafal huruf serta membaca dengan perlahan.

”Terutama yang terlihat adalah minat mereka dalam belajar naik secara signifikan,” ujar Andin. Kalau dulu di Balai RW selalu kosong ketika hendak memulai pelajaran, maka sekarang adik-adi Tambak Wedi bahkan malah minta pekerjaan rumah agar bisa dikerjakan untuk belajar dirumah. (fz/yud)

Berita Terkait