ITS News

Sabtu, 23 Agustus 2025
24 April 2011, 18:04

Bimastove, Kompor Biomassa Berteknologi Gasifikasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

”Keberadaan BBM bukan urusan mudah. Ditambah lagi, kebutuhan energi juga semakin meningkat,” tutur Ade Sonya Suryandari, salah satu anggota PKMP tersebut. Alasan itulah yang melatarbelakangi perlunya keberadaan energi alternatif. Ia mengakui berbagai energi alternatif yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Menurut mahasiswi yang kerap disapa Sonya, perlu alternatif lain yang lebih unggul untuk mengatasi krisis energi. ”Teknologi gasifikasi bisa menjadi jawaban pemenuhan energi yang berkelanjutan,” terangnya. Tim Sonya secara khusus memanfaatkan teknologi ini dalam sebuah kompor.

Dijelaskan Sonya, kompor ini memaksimalkan energi biomassa sebagai bahan bakar. Untuk itulah, kompor ini diberi nama Bimastove. ”Desainnya dirancang khusus untuk memaksimalkan pembakaran,” tutur mahasiswi angkatan 2009 ini. Apalagi bila disertai dengan bahan bakar yang fleksibel.

Mengenai keunggulan, Bimastove dinilai lebih efektif digunakan bila dibanding kompor minyak dan elpiji. Sebab, kompor ini lebih aman dari ledakan yang mudah terjadi di kompor lain. ”Harganya jelas lebih murah,” tambahnya.

Hal lain yang turut menunjang kelebihan Bimastove adalah efisiensinya tinggi.  Berdasarkan tes performa yang telah dilakukan tim Sonya, lima liter air bisa mendidih dalam 25 menit bila menggunakan Bimastove. ”Ini lebih efisien dibandingkan tungku konvensional,” ujarnya lagi.

Bahan bakar yang digunakan Bimastove pun benar-benar fleksibel. Berbagai macam bahan organik yang kering bisa dimanfaatkan. Diantaranya, kayu, sekam padi, tongkol jagung, tempurung kelapa, tangkai, daun, dan bahan organik lainnya. Hal tersebut tentunya memberikan sedikit polusi lingkungan. Dengan kata lain, Bimastove merupakan kompor yang ramah lingkungan.

Lalu bagaimana spesifikasi Bimastove? Dengan lugas Sonya menjelaskan beberapa ciri fisik kompor ini. Yakni, diameter silinder luar sebesar dua puluh centimeter, diameter bagian dalam sebesar 14 centimeter, dan tingginya sekitar tiga puluh centimeter. Sedangkan, bahan pembuatan kompor ini adalah galvanis. ”Kapasitasnya sekitar satu kilogram dengan power sembilan volt,” lanjut Sonya lagi.

Dengan keunggulan yang dimiliki, kompor ini memang ingin dijadikan sebagai bentuk kontribusi bagi daerah asal semua anggota, yakni Tulungagung. Diakui Sonya, banyak limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, limbah tersebut bisa menjadi salah satu bahan bakar bagi kompor Bimastove. ”Kami juga berharap, ini bisa menjadi solusi masyarakat Tulungagung yang kerap menggunakan kayu bakar,” pungkasnya. (esy/nrf)

Berita Terkait