ITS News

Selasa, 03 September 2024
08 Mei 2011, 20:05

Metamorfosis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mohandas muda tak pernah menyangka, garis takdir suatu saat akan membawanya menjadi Mahatma. Lahir sebagai seorang tuan muda dengan segala kebutuhan tercukupi, jelas keinginan semua orang. Memerintah pelayan dengan pongah, sekolah keluar negeri dan hidup nyaman di London semua pernah dilakoni Mohandas.

Tidak akan ada yang menyangka bahwa Mohandas yang kelak akan bermetamorfosis menjadi Mahatama adalah seorang pemuda sombong yang melanggar pantangan agamanya, berbohong, mencuri dan memakan daging sapi.

Sepulang dari London, Mohandas tidak serta merta berubah agung. Inkubasi yang sesungguhnya tidak terjadi di zona aman, ia baru saja akan dimulai. Penghinaan dan penindasan yang dialaminya di negerinya sendiri membuat harga diri Mohandas muda meradang . Ia marah untuk dirinya sendiri.

Tuhan bekerja dengan cara tak terduga. Penderitaan dan penindasan yang dialami Mohandas muda memaksanya untuk membuka mata lebih lebar terhadap penderitaan kaumnya. Mohandas terenyuh, merasa terlalu lama jadi benalu kemudian bertekad jadi peneduh. Mohandas tidak sadar bahwa Bhagavad Gita perlahan-lahan mengambil alih jiwanya, menumbuhkan sayap-sayap agung dan perlahan melebar sempurna menjadi Mahatma. Mahatma Gandhi.

Bergeser ke tanah lain pada suatu waktu yang berbeda. Seorang pria Arab pernah berujar,” Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”. Kata-kata itu telah menginspirasi jutaan manusia setelahnya untuk berjuang menjadi manfaat bagi sekitarnya. Kata-kata itu pulalah dipraktikan Bunda Theresa ketika berjuang demi para penderita kusta di India ketika dunia mengucilkan dan menganggap mereka tiada.

Di lain kesempatan, pria yang kelak akan tercatat sebagai manusia paling berpengaruh di dunia dalam buku Michael Hart tersebut pernah berkata,” Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia beruntung, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia merugi dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia celaka”. Mengagumkan.

Nabi Muhammad, Mahatma Gandhi dan Bunda Theresa adalah orang-orang biasa yang berhasil mencatatkan nama mereka dengan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia. Mereka, sama halnya dengan saya dan anda, bukanlah dewa dalam mythe. Bedanya, mereka talah berhasil melewati masa-masa inkubasi yang melelahkan dan penuh tantangan dengan sempurna, dengan nilai A plus plus plus.

Bukan ujian kalau soalnya 1+1, bukan masalah kalau jawabanya turut dituliskan. Yang namanya soal akan selalu sulit dan membingungkan dan sangatlah tidak bijak kalau kita menawar-nawar masalah atau minta dipindah tangankan pada orang lain. Bukankah yang membuat seseorang menjadi hebat adalah masalah?

Tidak akan ada Mahatma kalau masalah yang dihadapi Gandhi hanyalah masalah ecek-ecek, Nabi Muhammad tidak akan dianggap kalau masalah yang dihadapinya sekelas masalah pengkaderan kita dan Bunda Theresa tidak akan pernah dikenang apabila masalahnya hanya berputar pada masalah egoisme pribadi. Mereka sama besarnya dengan masalah yang mereka hadapi.

Dunia kampus dengan segala kompeksitas di dalamnya menyimpan sejuta masalah pelik yang menanti untuk di selesaikan. Sekarang terserah anda, mau memunguti masalah-masalah kecil saja atau terjun bebas ke masalah paling pelik. Cuma ya, anda tahu sendiri, masalah kecil hanya akan membuat anda semakin kerdil dan masalah besar akan membawa anda sebesar mereka, mereka yang telah lebih dulu menginspirasi.

Terakhir pesan saya, bermetamorfosislah. Kita sedang dalam masa inkubasi, kita sedang menjadi kepompong. Pilihannya mau bermanfaat atau tidak, mau jadi kupu-kupu atau kembali lagi jadi ulat. Kalau anda mau jadi ulat saya hanya bisa bilang:

telur-telur
ulat-ulat
kepompong
kupu-kupu
kasian deh lu

Ihram
Mahasiswa Teknik Perkapalan 2010

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Metamorfosis