ITS News

Kamis, 14 November 2024
28 Mei 2011, 00:05

Temukan Bakteri Penghasil Asam Cuka di Kulit Pisang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bakteri Acetobacter sendiri merupakan bakteri yang sangat potensial dalam pengembangan Bioteknologi. Salah satu cabang ilmu biologi ini memang memanfaatkan makhluk hidup seperti bakteri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.

”Bakteri tersebut mampu menghasilkan asam asetat non sintetis,” ujar Dadang yang menyebutkan bahwa Acetobacter ditemukan lebih banyak pada kulit pisang Kepok sebanyak empat spesies dan dua spesies lainnya ditemukan pada kulit pisang Raja dan satu spesies pada kulit pisang Ambon.

Asam asetat sendiri memiliki banyak kegunaan dalam produksi berbagai macam serat dan kain. Tak hanya itu, asam asetat juga berfungsi sebagai pengatur keasaman makanan dan mampu dikembangkan menjadi minuman kesehatan seperti cuka pisang. ”Fokus penelitian kami memang untuk mengembangkan minuman cuka pisang,” lanjut Dadang.

Minuman cuka pisang sendiri merupakan salah satu inovasi yang dapat dikembangkan dari penelitian ini. Dadang mengaku bila minuman cuka pisang bisa menjadi pilihan karena bermanfaat untuk kesehatan karena mengandung berbagai nutrisi, kaya asam amino dan mengandung serotonin yang dapat menyeimbangkan mood dan menyehatkan retina mata.  

Meski mendapat banyak masukan bagus selama beberapa kali pemantauan PKM, Dadang mengaku bila ia dan kawan-kawannya sempat menemui berbagai kendala saat melakukan penelitian. ”Pembimbing kami, Dr rer nat Ir Maya Shovitri M.Si sempat sangat khawatir karena kami belum mendapat materi ini dalam perkuliahan, tetapi kami bisa membuktikan dengan diterimanya proposal penelitian ini,” ujar Dadang yang mengaku bila materi Mikrobiologi sejatinya baru akan mereka tempuh di semester lima.

Kini Dadang, Arif dan Sidhratu makin bersemangat untuk melakukan publikasi dan melanjutkan penelitian. Proposal penelitian mereka pun tinggal menunggu persetujuan dari tiga univeristas, UPI, Unesa dan UNY untuk diikutkan dalam seminar nasional. Bagi mereka tak ada yang tidak mungkin apabila mau berusaha. ”Beribu bakteri dalam satu tanah yang kita genggam, namun belum semua yang termanfaatkan. Itu menjadi dasar bahwa sebenarnya penelitian itu tidak ada batasnya,” pungkas Dadang.(*/yud)

Berita Terkait