ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
30 Mei 2011, 08:05

ITS Latih Warga Sekitar Hutan Membuat Briket

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Koordinator Program MMT ITS Yulinah menjelaskan, kegiatan seminar dan pelatihan pembuatan briket merupakan bentuk kepedulian sosial para mahasiswa yang mengikuti program MMT ITS semester ketiga sebagai bagian dari etika bisnis.

"Kami berharap pelatihan pembuatan briket dari bahan baku seresah ini bisa menjadi sumber energi alternatif yang tepat guna bagi warga di sekitar hutan," katanya.

Bersadar analisis kebutuhan, ujar Yulinah, pembuatan briket berbahan baku seresah bisa berlangsung secara berkelanjutan dengan mengajak masyarakat di sekitar hutan untuk ikut serta melestarikan hutan dengan membuat briket sebagai energi alternatif.

Dijelaskan, teknologi pembuatan briket dengan bahan baku seresah cukup sederhana dan tepat guna, sehingga warga di seklitar hutan Baung nantinya mampu mengembangkannya secara mandiri.

Kepala BBKSDA Jatim Luthfi Ahmad mengungkapkan, bahwa hutan bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga sekitar dengan prinsip mengambil manfaat secara lestari.

Disebutkan, potensi hutan yang bisa dimanfatkan diantaranya, air, karbon, serta tumbuhan, dan satwa liar. Potensi tersebut bisa diambil manfatnya dengan pertimbangan tetap memperhatikan prinsip pelestarian lingkungan, yakni mengambil manfaat dengan tetap menjaga ekosistem dan siklus yang tetap aman.

Pengelola Baung Camp, Herman menyebutkan, pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan Baung yang selama ini telah dilakukan adalah pengembangan Desa Kertosari sebagai desa wisata.

Untuk mendukung upaya pelestarian hutan konservasi hutan Baung yang mepunyai luas sekitar 159 hektare, kata Herman, masyarakat Desa Kertosari yang merupakan warga desa penyangga hutan telah dilibatkan dengan kegiatan penanaman pohon sengon laut.

Warga juga dilibatkan dalam peternakan rusa Timur. Satwa liar yang pada awalnya hanya beranak satu kali dalam setahun, setelah dilakukan rekayasa genetika dengan cara inseminasi buatan, maka bisa beranak sampai tiga kali dalam setahun.

Sehingga peteranakan rusa Timur yang pada awalnya sebagai satwa liar, kini bisa dikembangkan secara komersial dengan tetap menjaga populasi. Peternakan satwa liar, lanjut Herman, nantinya juga akan dikembangkan dengan menernakkan kera ekor panjang.

Dijelaskan, peternakan kera ekor panjang nantinya akan dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan populasi kera ekor panjang yang relatif cukup pesat.

Di hutan Baung saja kini telah terdapat 16 koloni. Sehingga jika tidak dikendalikan maka akan terjadi ledakan populasi, bahkan apabila ketersediaan pakannya terbatas, maka satwa yang dilindungi tersebut akan menjadi masalah bagi warga di sekitar hutan.

Herman menjelaskan, rencana peternakan kera ekor panjang yang sekarang sedang dipersiapkan kandangnya, nantinya hasil populassinya akan dimanfaatkan untuk kepentingan biomedik.

Berita Terkait