ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
16 Juni 2011, 13:06

Sumbangan ITS "Hanya" Rp50 Juta

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Namun jika di Unair biaya jalur mandiri mencapai Rp175 juta per mahasiswa, di ITS "hanya" Rp50 juta. ITS mematok tarif Rp25 juta-Rp50 juta bagi setiap mahasiswa masuk melalui Program Kemitraan Mandiri (PKM). Biaya itu tercantum dalam item Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI). Sedangkan setiap semester para mahasiswa juga diwajibkan membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar Rp1,8 juta.

"Kami tidak mengkomersilkan biaya pendidikan. PKM-pun tidak kami punguti dengan harga mahal," kata Rektor ITS, Triyogi Yuwono kemarin.

Triyogi menuturkan, sistem penerimaan calon mahasiswa baru ITS tahun akademik 2011/2012 untuk program sarjana melalui PKM bertujuan untuk menjaring calon mahasiswa yang berkualitas dan meningkatkan kerja sama serta pemerataan kesempatan program kemitraan yang diperuntukkan bagi siswa SMA/ MA/SMK.

Selain itu, program mandiri ini juga diperuntukan kepada utusan instansi mitra dari perusahaan, Pemerintah Provinsi (Pemprov), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) atau Pemerintah Kota (Pemkot) yang mempunyai nota kesepahaman dengan ITS. Artinya, ITS menerima utusan dari instansi-instansi yang ingin melanjutkan kuliah. Apalagi, instansi yang bersangkutan memiliki hubungan khusus dengan ITS. "Mitra ITS dari BUMN maupun industri juga diprioritaskan masuk jalur mandiri ini," ujar dia.

Namun sebelum masuk sebagai mahasiswa jalur mandiri, perusahaan dan mahasiswa yang diutus harus mengisi formulir kemitraan (PKM). Sampai saat ini, ITS masih membuka pendaftaran jalur mandiri.

Sesuai rencana, penutupan pendaftaran akan dilakukan pada 3 Juli mendatang. Bagi calon mahasiswa yang berminat, sebaiknya segera mendaftarkan diri. Pasalnya, untuk tahun ini ITS tidak menerima mahasiswa jalur mandiri berskala besar. Sesuai kuota yang ada, ITS menerima mahasiswa jalur mandiri 40 persen dari total mahasiswa yang diterima ITS. Berarti, dari 3 ribu mahasiswa yang diterima ITS, maka 40 persennya sekira 600-700 mahasiswa. "Kami lebih mengedepankan kualitas, bukan kuantitas," ungkap salah satu guru besar di Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini.

Dengan jumlah penerimaan mahasiswa yang tergolong kecil ini, Triyogi meminta supaya pihak-pihak yang serius masuk ITS segera mendaftarkan diri. Pasalnya, ITS sudah menjadi perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dengan karya-karyanya yang menjadi acuan di Indonesia.

Selain itu, ITS memiliki spesialisasi di dunia pendidikan, di antaranya di fakultas perkapalan. Dengan citra yang berkembang itu, dia menginginkan, kalau ada yang berbicara soal kapal, maka acuannya adalah ITS, bukan perguruan tinggi lain. Untuk itu, pihaknya akan mempertahankan predikat yang diperoleh ITS itu.

Bahkan untuk rancang bangun robot, lanjut Triyogi, ITS akan membangun citra untuk mencari kecanggihan robot, ada di ITS. Buktinya terlihat dalam kontes robot nasional yang dilakukan di Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini. ITS memang kalah, tetapi jika dilihat dari kecanggihan robot, maka ITS menang. Karena di dalam robot itu terdapat peralatan-peralatan yang tidak dimiliki perguruan tinggi lain. "Makanya kami memilih kualitas untuk masuk ITS. Kami ingin mengangkat citra perguruan tinggi," dia mengimbuhkan. (arief ardliyanto/sindo)(rfa)

Berita Terkait