ITS News

Senin, 02 September 2024
12 September 2011, 14:09

Aktifkan Budaya Waspada Kebakaran

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai contoh sampai tanggal 23 Agustus 2011 telah terjadi 203 kali peristiwa kebakaran di Wilayah DKI Jakarta, dengan perkiraan kerugian material sebesar Rp.33.344.330.000,00. Penyebab kebakaran karena konsleting listrik dan kompor atau tabung LPG menempati peringkat tertinggi penyebab kebakaran.

Peristiwa kebakaran itu memang unik, hampir semua orang memaklumi keadaanya. Mereka hampir sepakat tidak ada yang salah, walau rumah-rumah mereka rata dengan tanah. Toleransi dan kesepakatan bersama bahwa kebakaran adalah musibah menyebabkan kita tidak pernah berlajar dari kesalahan. Padahal kita semua tahu bahwa segala sesuatu kejadian pasti ada penyebab dan pemicunya sehingga kita bisa berupaya untuk melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko kebakaran tersebut.

Waktunya membentuk budaya baru yaitu budaya antisipatif sekaligus untuk menghapuskan budaya lama budaya responsif yang selama ini kita anut. Selama ini kita akan melakukan aksi kalau kejadian itu sudah terjadi. Budaya antisipatif diharapkan bisa mencegah atau setidaknya mengurangi risiko kebakaran. Budaya antisipatif juga akan menumbuhkan kembali budaya gotong royong yang sudah mulai menghilang karena sikap individu.

Budaya antisipatif itu bisa dimulai dengan membuat  kesepakatan bersama antar tetangga yang rumahnya berhimpitan untuk membentuk kelompok sadar kebakaran. Kelompok ini akan bermusyawarah mendiskusikan tentang penyebab dan pemicu kebakaran serta mulai mengidentifikasi kemampuan dari masing-masing tetangga, mungkin ada yang pernah dilatih/punya sertifikat ahli kebakaran atau ada yang bekerja di bidang kelistrikan. Kalau tetangga kita tidak ada yang ahli maka kita bisa mengundang dan mengajak diskusi dengan ahlinya (PMK, PLN, PN Gas) masalah penyebab kebakaran dan cara-cara mengatasinya.

Kelompok ini juga bisa membuat checklist apa saja yang harus diobservasi di setiap rumah tetangga kita, diantaranya melakukan pengecekan terhadap pemasangan, penyambungan kabel, jenis kabel, dan jenis stop kontak. Banyak diantara tentangga kita melakukan pemasangan kabel tidak baik (bahasa jawa : ngepong) atau kabel yang digunakan tidak standar sehingga akan membuat kabel panas dan akan membakar plastik pembukus kabel.

Demikian pula dilakukan identifikasi terhadap jenis dan pemasangan selang kompor gas, sambungan dan regulatornya sudah standar serta tersambung dengan baik. Salah satu indikasi kalau tidak tersambung dengan baik yaitu munculnya bau gas yang menyengat.

Amati juga apakah di dekat kompor ada bahan-bahan yang mudah terbakar, kalau iya, segera disingkirkan. Kemudian apakah pemilik rumah tahu bahwa kebakaran yang disebabkan oleh gas/minyak. (Minyak goreng tidak bisa dimatikan dengan air tapi bisa dimatikan dengan kain tebal yang dibasahi)

Ada hal sepele yang juga tidak boleh luput dari pengamatan kelompok ini adalah cara meletakkan korek api/gas, lilin dan obat nyamuk. Banyak kasus kebakaran karena lilin yang diletakkan di atas tempat yang mudah terbakar seperti di atas meja kayu walau ada kaca di atasnya, di piring bahkan beberapa kasus diletakkan di lantai tapi di atasnya ada  cantolan baju-baju yang jatuh.

Beberapa kasus kebakaran disebabkan anak-anak yang bermain korek api dan beberapa kasus kebakaran karena obat nyamuk bakar yang diletakkan dengan bahan yang mudah terbakar seperti spon/gabus dan ini pernah terjadi di ITS Surabaya.

Kalau perumahan kita dekat dengan ladang yang banyak rumput keringnya maka waktunya digiatkan gotong royong kerja bakti membersihkan rumput yang bersinggungan dengan rumah-rumah kita. Bagi masyarakat semuanya tanpa kecuali (bapak, ibu, anak, manula, pembantu) mulailah membiasakan diri atau melatih kepekaan hidung terhadap gas.

Bila saat masuk ke dapur bau gas LPG maka jangan menghidupkan kompor dan segera buka jendela agar gas keluar kemudian matikan regulator LPG. Mulailah membiasakan diri atau melatih kepekaan hidung terhadap bau yang tidak biasa yang muncul dari kabel atau seteker yang terbakar. Segera dicari sumber bau, dan kalau dari kabel, segera matikkan saklarnya.

Pastikan pula setiap anggota keluarga sudah ada dan tahu cara meenggunakan telepon penting telepon PMK, Polisi, PLN, dll? Ingat kebakaran sering terjadi saat kita (orang tua) tidak ada di rumah. Kelompok sadar bencana ini mestinya dikembangkan juga di kompleks pertokoan, mall, pasar, restoran besar, perkantoran, sekolahan dll.

Amien Widodo
Dosen Teknik Sipil ITS

Berita Terkait