Ada yang sibuk mempersiapkan kaderisasi, itu artinya yang dikader pun akan sama sibuknya. Ada yang sibuk ber-PKM ria. Ada yang sibuk membuat proposal Tugas Akhir juga. Lalu ada yang sibuk menyelesaikan Mubes. Bahkan birokrasi jurusan pun ikut sibuk pemilihan Kajur.
Di sela-sela kesibukan itu, mahasiswa ITS akan berhadapan dengan pesta demokrasi "PEMIRA ITS". Momen bagi semua mahasiswa ITS untuk terlibat memilih wakil eksekutif dan legislatifnya.
Sebentar lagi, mahasiswa ITS akan "dihibur" dengan suasana kampanye. Jangan heran apabila mading dipenuhi poster. Jalan raya ITS terpampang wajah calon. Selebaran dimana-mana, bahkan dunia maya juga ramai hiruk pikuk kampanye calon. Itu adalah salah satu bagian dari PEMIRA ITS yang bertujuan mengenalkan calon agar tidak ada lagi yang salah pilih.
Namun di sisi lain, nampaknya lebih banyak orang yang acuh tak acuh dengan pesta demokrasi ini. Boro-boro ikut memilih, apa itu PEMIRA ITS pun mungkin ada yang belum tahu. Sebuah realita yang dekat sekali dengan mahasiswa. Sebagian mahasiswa ITS tak lagi punya minat terlibat lebih dalam proses pemilihan pemimpin. Bukan salah mereka sepenuhnya, mungkin karena mereka pernah dikecewakan pemimpin yang dipilihnya. Mungkin juga sudah tak ada lagi kepercayaan pada calon-calon yang akan dipilihnya dan yang paling sering dilontarkan mereka adalah "untuk apa memilih?", "opo manfaate, rek?" bahkan yang lebih radikal akan mengatakan "nggak penting!".
Di PEMIRA ITS, proses memilih Presiden BEM dan Legislatif Mahasiswa sama halnya dengan proses memilih seorang presiden negara dan anggota DPR. Manfaatnya akan dirasakan ketika pemimpin yang terpilih menjabat pemerintahan, dan bila salah pilih, maka akibatnya silahkan dirasakan sendiri. Bila selama ini sering diantara kita mahasiswa ITS mengeluhkan ini-itu, mengkritik sana-sini, maka sekarang saatnya mencari pemimpin yang mampu menjawab masalah yang mahasiswa rasakan.
Carilah pemimpin yang tidak mengeksklusifkan diri dan turun secara langsung kepada "rakya" yang memilihnya. Pemimpin yang mewakili mahasiswa ITS adalah mereka yang tidak terjebak pada sikap kamuflase dan hanya mengedepankan kepentingan golongan dan kelompok namun memiliki hati nurani untuk peka menangkap berbagai persoalan KM ITS, bahkan lebih luas lagi berkontribusi bagi bangsa Indonesia. Kata Bu Guru PPKN semasa SD: "Pemimpin itu mementingkan kepentingan rakyat bukan kepentingan kelompok dan golongan tertentu".
Memang tak ada pemimpin yang ideal, karena sempura itu hanya milik Allah semata. Namun mari bersama-sama memilih pemimpin yang konsisten dengan visi misinya, lebih mengedepankan kemajuan dan harapan masa depan dibandingkan sekedar kemenangan.
Selama ini pesta demokrasi lebih sering diwarnai dengan tindakan ASAL PILIH. Bila melihat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, rakyat yang asal pilih biasanya memilih karena:
1) Fisik
"Calonnya ganteng!" ; "Senyumnya kayak Syahrini, alhamdulillah yah ada calon secantik itu!" ; "Jangan lupa memilih yang berkumis"
2) Mitos
"Pilih urutan no keberuntungan 8 aja!" ; "Pilih yang bendera partainya pink ah biar hoki" ; "Jangan pilih calon yang daerah asalnya selatan, nggak baik" ; "Kalau kata Mbah Joko, pilih presiden yang huruf depannya X"
3) Pengaruh black campaign
"Pilih si A yang sudah kasih uang tadi menjelang fajar!" ; "Tau nggak loe, calon B itu pernah terlibat skandal pencurian mangga lho…"
Memilih cerdas itu artinya mengenali siapa calonnya, apa yang melatarbelakanginya, bagaimana visi misi dan inovasi program yang dibawanya untuk kebaikan rakyat, dan yang tak kalah penting adalah siapa saja orang yang ada di baliknya. Bagaimana caranya? Ikutilah masa-masa kampanye lisan mereka, pahami apa visi misinya, bertanyalah pada banyak orang yang tepat tentang siapa mereka, bahkan kamu bisa menengok jejaring sosialnya untuk melihat kepribadiannya.
Pewacanaan dan pencerdasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan PEMIRA ITS harus terus dilakukan dengan maksimal oleh instansi yang terkait, agar setiap mahasiswa ITS punya kesempatan untuk tercerdaskan, terutama bagi para mahasiswa baru yang baru saja menikmati bangku kuliahnya. Di luar pro-kontra suara mahasiswa baru ITS masuk DPT atau tidak, namun sebenarnya ini adalah sebuah keberuntungan bagi mahasiswa baru ITS untuk merasakan euforia PEMIRA ITS lebih dini dan mempelajari proses micro government di dunia mahasiswa.
Sebuah tanggung jawab bersama untuk gerakan sadar memilih dengan cerdas demi peningkatan jumlah dan persentase pemilih pada PEMIRA ITS. Pemilih-pemilih cerdas akan bermuara pada proses PEMIRA ITS yang bersih dan demokratis.
Hal terpenting dari semua ini adalah keterlibatan aktif untuk memilih. Ketika tidak ada pilihan lain selain memilih, apakah kita berhak asal memilih saja? Semurah itukah suara kita? Tentu tidak! Jadi mari kita mulai membuka mata, telinga, dan hati kita. Memilih bukan sebuah hal yang sulit, namun juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Kenali calonmu dengan benar, jangan seperti membeli kucing dalam karung. Jadi, siapkah anda memilih?
Bin Hariyati
Mahasiswa Statistika angkatan 2008
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)