ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
19 September 2011, 15:09

Pernah Dituduh Nyontek, Kini Cumlaude

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Surabaya – Penampilannya santai seperti pada umumnya mahasiswa teknik. Sedikit slengean, namun penuh percaya diri. Mata Agung pun menerawang, mengenang masa-masa studinya. Sebelum meraih sarjana, dia pernah diduga menyontek saat ujian tengah semester.

Saat itu, dirinya masih duduk di semester dua. Seorang dosen pengawas curiga karena ada kertas dobel di mejanya. Mahasiswa angkatan 2007 ini pun langsung dikeluarkan dari ruang ujian.

"Sampai sekarang saya masih ingat betul. Saat itu ujian tengah semester mata kuliah Kalkulus II. Saya langsung dapat E. Tetapi, saya berjanji pada diri sendiri untuk membuktikan bahwa kecurigaan dosen itu salah besar," kenangnya saat ditemui di kampusnya, Jumat (16/9).

Semester berikutnya, begitu ada matakuliah yang sama cepat-cepat Agung menempuhnya. Mahasiswa kelahiran Surabaya 14 November 1992 ini sudah bertekad membuktikan bahwa dugaan dosennya itu salah.

"Akhirnya saya mengulang bersama adik kelas. Hasilnya, ujian Kalkulus saya dapat A ," tambah alumnus SMAN 2 Surabaya itu.

Selama menempuh pendidikan di ITS, anak pertama dari dua bersaudara itu menjalaninya dengan total. Dia juga aktif di organisasi kemahasiswaan. Waktunya dibagi bersama aktivitasnya di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

Baginya, kampus ITS adalah rumah keduanya. Bahkan, mahasiswa yang jago matematika itu lebih banyak menghabiskan waktu di kampus ketimbang di rumah. Sebanyak 70 persen waktunya dihabiskan di kampus dan sisanya 30 persen di rumah.

Agung menyelesaikan studi delapan semester dengan IPK 3,52 (cumlaude). Ia sebenarnya yakin bisa selesai kuliah lebih cepat seandainya ada program akselerasi seperti di bangku SMP atau SMA.

Semasa duduk di SMPN 1 dan SMAN 2 Surabaya, Agung mengaku tidak pernah juara kelas. Pernah lima besar, namun kebanyakan masuk 10 besar. Saat kuliah, calon sarjana yang mengaku sudah punya pacar itu tergolong kreatif dan tak mau diam.

Dia hobi mengotak-atik pro­gram komputer. Tidak pernah jenuh membuat aplikasi baru. Tugas akhir atau skripsi Agung juga menciptakan aplikasi terbaru dalam mengatur dokumen di sebuah kantor. Karena kreativitasnya, dia kerap mendapat proyek.

"Lumayan, saat PSB online kemarin saya kebagian rezeki. Kakak kelas menawari saya bergabung. Dapat Rp 1 juta per bulan selama empat bulan, lumayan untuk ukuran mahasiswa," lanjutnya.

Dia merasa bersyukur dengan pencapaian studinya yang berjalan ‘kilat’. Artinya, dia memiliki kesempatan jauh lebih panjang menatap masa depan ketimbang teman seangkatannya. Setidaknya dua tahun lebih muda. Dalam catatan, Agung adalah satu-satunya sarjana ITS berusia 18 tahun.

Sembari menunggu wisuda, Agung kini dihadapkan pada pilihan antara melanjutkan S2 di luar negeri atau bekerja. Apalagi oleh dosen di kampusnya, Agung juga diminta menjadi asisten.

"Keinginan kuat hati saya adalah melanjutkan kuliah karena usia saya masih muda. Saya sedang menunggu tindak lanjut beasiswa S2 di Australia. Bebas biaya apa pun, termasuk transportasi dan biaya hidup," kata anak pensiunan pegawai negeri sipil pasangan Bambang Hermanto dan Sri Diah Isnaeni itu. 

Berita Terkait