ITS News

Senin, 02 September 2024
17 Oktober 2011, 09:10

Ribetnya Sistem Pengajuan PKM di ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti ( Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi) dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di Perguruan Tinggi (PT) agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian serta memperkaya budaya nasional.

PKM dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001, yaitu setelah dilaksanakannya program restrukturisasi di lingkungan Ditjen Dikti. Kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, diintegrasikan ke dalam satu wadah yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa. Tahun ini, ada enam jenis kegiatan kegiatan yang ditawarkan dalam PKM yakni PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Penulisan Ilmiah (PKM-AI) dan PKM-Gagasan Tulisan (PKM-GT).  (Sumber: Pedoman PKM 2011)

Di kampus perjuangan ini, dibuat beberapa alur mengenai pengajuan PKM ke Ditjen Dikti. Pengajuan proposal PKM dimulai dengan pemilihan kakak pendamping pada tiap bidang dengan minimal melakukan tiga kali pendampingan. Menurut informasi yang diperoleh, kakak pendamping merupakan mahasiswa ITS yang telah memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup di bidang karya tulis, contohnya adalah mahasiswa yang telah lolos PIMNAS tahun sebelumnya. Kakak pendamping ini berfungsi sebagai administrasi PKM dan pengarah dari ide PKM. Setelah melakukan pendampingan, dilanjutkan ke Pembimbingan se-ITS oleh dosen reviewer selama dua tahapan. Alur yang telah dibuat tersebut wajib diikuti oleh mahasiswa ITS yang akan mengajukan PKM. Dan hanya yang mengikuti alur tersebutlah yang akan dikirimkan ke Ditjen Dikti.

Isu yang beredar mengatakan bahwa alur tersebut dibuat agar PKM yang dibuat oleh mahasiswa ITS berkualitas disamping kuantitas juga yang diinginkan lebih banyak. Di dalam pelaksanaan PKM, para mahasiswa juga dibimbing oleh dosen pembimbing yang bertanda-tangan di proposal mereka. Dosen pembimbing ini juga berfungsi sebagai pengarah dari ide, administrasi dan menjadi sahabat terbaik mahasiswa dalam pembuatan PKM ini. Dan jika tidak melakukan alur tersebut maka PKM yang bersangkutan tidak akan dikirim ke Ditjen Dikti.

Hal yang dipertanyakan adalah apakah dengan adanya alur tersebut kualitas dan kuantitas PKM yang diinginkan benar-benar terpenuhi dan apa bedanya dosen pembimbing dengan kakak pendamping?

Beberapa mahasiswa ITS ada yang mengatakan bahwa pembimbingan seperti alur yang disebutkan terlalu ribet karena melewati beberapa step pembimbingan (kakak pendamping, dosen pembimbing dan reviewer ITS) dan memakan jatah waktu lama karena jika melakukan pembimbingan dengan reviewer ITS biasanya terjadi antrian yang cukup panjang. Cukup banyak juga yang menanggapi alur pembimbingan saat ini merupakan alur pembimbingan yang baik.

Namun, hal yang patut disoroti adalah adanya statement yang menyebutkan bahwa PKM tidak akan dikirmkan ke Ditjen Dikti jika tidak melakukan alur pembimbingan. Fakta yang terjadi adalah (berdasarkan tahun lalu) tidak semua PKM yang melakukan pembimbingan pasti lolos dan berjalan dengan baik bahkan ada beberapa PKM yang tidak ikut alur pembimbingan juga lolos dan juga berjalan.

PKM merupakan hak dari setiap mahasiswa untuk mengapresiasikan ide-nya dalam bentuk karya tulis yang berguna bagi sekitar. Hal yang sangat miris terjadi ketika mahasiswa telah susah payah membuat PKM, gagal dikirim ke Ditjen Dikti, hanya karena tidak melakukan pembimbingan dengan kakak pendamping dan dosen reviewer se-ITS.

Alangkah baiknya jika, dosen pembimbing tiap PKM tersebut dimaksimalkan mengenai tugasnya. Jikalau hanya masalah controlling, hal ini bisa diakali dengan melakukan pembimbingan dosen reviewer ITS yang berasal dari jurusannya dan memiliki waktu yang cukup untuk proses pengontrolan PKM, tanpa melalui pendampingan lagi dengan kakak pendamping yang notabene masih berstatus mahasiswa.

Ahmad Syukron
Mahasiswa Teknik Fisika Angkatan 2009

Berita Terkait