Memiliki kekuatan super memang menjadi impian tersendiri bagi anak-anak. Bayangan akan bisa terbang layaknya Superman, mengeluarkan jaring bak Spiderman ataupun senjata canggih seperti Power Rangers menjadi harapan kosong setiap anak-anak. Pada prinsipnya, setiap anak sebenarnya memiliki cita-cita besar untuk menjadi seorang pahlawan yang sanggup membasmi kejahatan di muka bumi.
Seiring bertambahnya usia, saya pun sadar semua cita-cita mulia tersebut mustahil untuk digapai. Aksi heroik menyelamatkan sesama hanya ada dalam adegan televisi. Ini semua membuat anak-anak tumbuh dengan sedikit demi sedikit kehilangan mimpi besarnya itu. Menjadi manusia biasa, tanpa memikirkan lagi apa yang menjadi cita-citanya dulu.
Sungguh indah jika selamanya kita bisa menjadi anak kecil. Bukan dalam arti tidak dewasa. Tapi tetap memiliki sifat anak kecil yang selalu ingin menjadi superhero yang bisa menumpas kejahatan dan menegakkan kebajikan.
Jika kita mau membuka mata, musuh-musuh yang ingin dikalahkan dengan kekuatan super yang ingin dimiliki anak-anak, sejatinya tetap ada hingga kita beranjak dewasa. Hanya saja, semua itu, kini memiliki wujud yang baru. Sayangnya, banyak orang yang tidak mau menyadarinya hingga mereka meninggalkan mimpi mulia mereka sewaktu kecil dulu dan menganggap itu semua seperti angin lalu.
Jika saat kita kecil, musuh-musuh itu berwujud monster yang menyeramkan yang mencoba membuat kerusakan dimuka bumi, maka sekarangpun kita masih bisa melihat monster itu dengan wujud yang berbeda. Monster-monster itu kini bertransformasi menjadi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat, baik dari segi agama, moral, sosial dan sebagainya.
Budaya korupsi, perjudian, pencurian, trafficking dan penyimpangan lainnya merupakan perwujudan nyata dari monster-monster yang ingin kita basmi dulu. Semua itu menjelma menjadi hal-hal abstrak dan kasat mata sehingga membuat banyak orang mengabaikannya.
Bahkan sangat banyak yang mendukungnya hingga akhirnya mereka justru berubah menjadi monster itu sendiri. Tanpa disadari, sebagian besar dari masyarakat kita sudah terjebak dalam lingkaran yang seharusnya dibasmi dari muka bumi ini. Sementara sebagian yang lain tidak peduli dengan itu semua karena menganggap hal-hal itu tidak ada.
Di zaman penjajahan, untuk menjadi seorang pahlawan adalah dengan mengusir penjajah. Tetapi di zaman sekarang, jika seseorang ingin menjadi pahlawan caranya adalah dengan menyingkirkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberantas monster-monster yang saat ini bebas berkeliaran. Solusi-solusi jitu akan muncul dengan sendirinya jika kita memiliki kesadaran bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk ikut dalam membasminya. Superhero yang luar biasa akan segera lahir, jika masing-masing individu sadar akan perannya, dan mampu membangkitkan semangat masa kecilnya dulu yang selalu ingin menumpas kejahatan di muka bumi.
Suatu saat, pasti akan muncul pahlawan baru yang memiliki kemampuan khusus yang sanggup mengeluarkan jurus-jurus dahsyat dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Dan ‘suatu saat’ itu akan segera tiba.
Satria Nova
Mahasiswa Teknik Perkapalan 2008
Pahlawan adalah mereka yang berjuang demi kepentingan banyak orang.
Satria adalah mereka yang berjuang membasmi kejahatan dan menegakkan kebenaran (tentunya demi kepentingan banyak orang).
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)