Bagi sebagian orang menjadi mahasiswa itu adalah sebuah pilihan, namun ada pula yang mengatakan menjadi mahasiswa adalah sebuah keberuntungan. Fenomena mahalnya biaya pendidikan saat ini, banyak menuntut mahasiswa untuk mampu menyelesaikan studi tepat waktu. Sehingga segala energi dicurahkan demi menyandang gelar sarjana atau diploma secepat mungkin.
Namun apakah gelar sarjana dan indeks prestasi yang tinggi saja mampu menjadi jaminan untuk mengarungi kehidupan pasca sarjana? Sepertinya tidak. Dunia kerja saat ini membutuhkan pekerja yang tidak hanya bermodal dua aspek tersebut. Ada elemen yang lebih penting yaitu kemampuan soft skills.
Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi, teamwork dan leadership, yaitu kemampuan memimpin dan dipimpin. Kemampuan soft skills memang tidak diajarkan ketika bangku kuliah, melainkan didapat dari pengembangan diri salah satunya melalui organisasi mahasiswa.
Keberadaan organisasi mahasiswa menjadi penting melihat manfaatnya bagi mereka. Definisi organisasi sendiri adalah suatu pola hubungan kelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lewat media inilah seorang mahasiswa mampu melatih diri belajar berinteraksi dalam komunitas, dan berinteraksi dengan banyak pemikiran.
Selain untuk pembelajaran diri, organisasi mahasiswa juga mampu menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Sehingga mampu menyalurkan empati terhadap persoalan yang terjadi. Karena tidak menutup mata bahwa kita berada disebuah negara dengan berbagai persoalan didalamnya.
Salah satunya adalah masalah sosial yang menyangkut kesenjangan ekonomi, kecurangan, ketidakadilan dan ketidakstabilan politik. Dengan organisasi mahasiswa mampu membawa para anggotanya bersinggungan langsung dengan persoalan ini dan sekaligus membangun sifat kritis untuk mencari solusi atas apa yang terjadi. Ini membiasakan mahasiswa sendiri dalam menghadapi berbagai problem hidup.
Menurut survei terhadap beberapa mahasiswa, banyak dari mereka takut tidak mampu membagi waktu ketika ingin terjun untuk berperan dalam organisasi yang kemudian mempengaruhi lamanya studi. Stigma bahwa ikut organisasi mahasiswa dapat mengganggu perkuliahan telah muncul sejak lama.
Memang sebagian kecil mahasiswa lalai kuliah akibat terlalu sibuk dalam organisasi. Namun, kenyataannya juga sangat banyak mahasiswa berhasil lulus tepat waktu dengan indeks prestasi (IP) tinggi walaupun mereka penggiat organisasi. Jadi ini hanyalah masalah manajemen waktu yang kembali pada tiap diri masing-masing.
Kepada para mahasiswa mulailah sejak dini untuk membangkitkan motivasi berperan dalam organisasi. Dengan mengikuti organisasi mahasiswa banyak hal akan didapatkan. Dengan catatan bah berperan sebagai partisipan aktif bukan sebagai anggota yang sekedar terdaftar namanya saja agar tidak melewatkan kesempatan untuk mempelajari soft skills. Sehingga tidak lagi canggung menyentuh ruang baru, baik di masyarakat maupun di dunia kerja selepas lulus dari perguruan tinggi.
Elika Tantri
Mahasiswi jurusan Statistika angkatan 2011
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)