ITS News

Senin, 02 September 2024
27 Desember 2011, 11:12

Renungan Penghujung Tahun

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Renungan itu bisa jadi mengingatkan pada aktivitas kita sepanjang tahun 2011, baik aktivitas fisik maupun aktivitas rohani. Renungan itu bisa jadi pula mengangan-angankan berbagai rencana (baik skala besar maupun kecil) untuk kita kerjakan pada tahun mendatang. Pada akhirnya, renungan itu bisa menjadi bahan evaluasi sekaligus simpul penting dalam rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang kita dalam mengarungi hidup dan kehidupan.

Seorang penulis di media online ITS menulis tentang fakta Eco Campus. Ia khawatir program Eco Campus akan menjadi wacana belaka saat banyaknya warga kampus (mahasiswa, dosen, pegawai) yang belum menyadari pentingnya mewujudkan kampus yang bersih. Ia menyatakan pula bahwa belum ada kesadaran pada warga kampus untuk berkontribusi dalam Program Eco Campus. Di sisi lain, oleh warga kampus, kebersihan dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab petugas kebersihan dan program Eco Campus sekedar sebagai wacana saja.

Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surabaya (2011), Eco Campus didefinisikan sebagai kampus yang telah peduli dan berbudaya lingkungan dan telah melakukan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan berkesinambungan. Eco Campus merupakan refleksi dari keterlibatan seluruh sivitas akademika yang berada dalam lingkungan kampus agar selalu memperhatikan aspek kesehatan dan lingkungan di sekitarnya.

Beberapa indikator terciptanya Eco Campus antara lain adanya kebijakan manajemen kampus yang berorientasi pada pengelolaan lingkungan, adanya upaya penghematan air, kertas, dan listrik, adanya penghijauan untuk mencapai proporsi ideal Ruang Terbuka Hijau (RTH). Juga tersedianya bangunan/gedung ramah lingkungan, terpeliharanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan, terciptanya kampus tanpa rokok dan bebas polusi. Selain itu pula terselenggaranya pendidikan lingkungan bagi mahasiswa, serta adanya kepedulian dan keterlibatan seluruh elemen civitas akademika dalam budaya peduli lingkungan.

Penulis lain dalam media yang sama mencemaskan rendahnya minat mahasiswa untuk berolahraga. Mahasiswa, demi mengejar IPK maksimal, cenderung mengabaikan kesehatan dan tidak menempatkan aktivitas olahraga sebagai skala prioritas. Ia agak tercengang ketika diinformasikan bahwa perguruan tinggi ternama seperti UGM menggalakkan aktivitas olahraga bagi warga kampus pada setiap akhir pekan.

Ia mengakhiri tulisannya dengan mengajak mahasiswa ITS bersedia meluangkan waktunya setiap hari untuk berolahraga. Dengan begitu, menurutnya mahasiswa ITS bisa menjadi mahasiswa aktif, prestatif, dan Eco Campus ITS pun bisa terlaksana karena semua perangkatnya sudah mengaplikasikan pola hidup sehat minimal terbiasa untuk melakukan olahraga.

Tulisan ini ingin mengupas dua permasalahan di atas: Eco Campus dan aktivitas olahraga di lingkungan kampus kita tercinta. Dua hal tersebut dapat kita tinjau dari sisi evaluasi dan rancangan aktivitas. Jika kita mau melihat sebentar saja lingkungan kampus kita, akan hadir di hadapan kita lingkungan kampus yang jauh lebih baik dari sepuluh tahun yang lalu.

Petugas kebersihan melaksanakan tugasnya mengelola sampah dan menjaga lingkungan taman. Seorang staf pengajar dari perguruan tinggi lain yang dating berkunjung ke ITS bahkan mengatakan agak sulit mencari kawasan kampus ITS yang tidak hijau. Maklum, ia pernah datang lebih dari sepuluh tahun lalu dan bisa membandingkan kondisi ITS sekarang dengan kondisi puluhan tahun yang lalu.

Aktivitas olahraga yang dilakukan mahasiswa terlihat cukup padat di sejumlah sarana olahraga di kampus ITS. Lapangan olahraga yang dikelola UPT Fasor ITS dipadati mahasiswa yang berolahraga sampai malam hari. Pada hari Sabtu dan Minggu aktivitas berolahraga semakin terlihat karena mahasiswa bebas dari kegiatan akademik dan rutinitas pembelajaran yang menguras pikiran dan tenaga.

Kondisi ini memang tidak menjadi satu-satunya indikasi tingginya minat mahasiswa ITS berolahraga tetapi setidaknya masih cukup banyak mahasiswa yang tertarik untuk berolahraga di samping berkativitas belajar demi memperoleh IPK maksimal.

Terdapat dua pertanyaan yang bisa dihadirkan. Yang pertama, sudah pantaskah kita  menyematkan predikat Eco Campus pada kampus kita tercinta ini? Dan yang kedua, seberapa besar pengaruh ketersediaan sarana olahraga terhadap prestasi olahraga civitas akademika?

Jawaban atas pertanyaan pertama bisa dirunut melalui sejumlah aspek, tidak cukup aspek penghijauan semata. Penggunaan alat penyejuk ruangan untuk ruang kuliah misalnya. Sebagai orang awam, penulis cukup yakin penggunaan AC pada hampir semua ruang kuliah di ITS tidak sejalan dengan Program Eco Campus.

Demikian pula dengan tingginya pemakaian air di Kampus ITS (terbukti dengan besarnya rekening pembayaran air PDAM ITS) yang dipastikan pula tidak sejalan dengan prinsip Eco Campus. Belum lagi hal-hal yang berkaitan dengan penanganan sampah secara terpadu yang tampaknya masih sebatas wacana di samping penyediaan sarana transportasi yang ramah lingkungan di area kampus.

Sedangkan jawaban atas pertanyaan kedua dapat kita tinjau dengan pendekatan kebijakan pimpinan institut terhadap pembinaan prestasi olahraga mahasiswa. Seorang penulis media online ITS menyatakan kerinduannya pada prestasi olahraga mahasiswa ITS.

Pada kenyataannya, kita memang sudah sangat lama, bahkan mungkin tidak pernah berprestasi dalam bidang olahraga pada skala nasional. Ia berpendapat bahwa prestasi di bidang olahraga punya taste yang berbeda dengan bidang akademik, sebab olahraga punya spirit yang mampu membangkitkan adrenalin siapapun. Dengan demikian, semakin lengkapnya sarana olahraga di ITS belum linier dengan upaya peningkatan prestasi olahraga sivitas akademika. 

 
Imam Syafi’i
Kepala Sub Bagian Pendidikan FTI ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Renungan Penghujung Tahun