ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
18 Januari 2012, 10:01

Mahendra Raih S-3 Lewat Arsitektur Panti Wredha

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hal ini yang coba diungkapkan Mahendra Wardhana, dosen jurusan Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor pada bidang keahlian arsitektur.
 
Pada disertasi berjudul "Terbentuknya Ruang Bersama oleh Lansia Berdasarkan Interaksi Sosial dan Pola Penggunaannya" tersebut, Mahendra menyatakan, kondisi lansia yang tinggal di panti wredha perlu mendapat perhatian.

Menurut Mahendra, peran panti yang dikhususkan bagi masyarakat lansia tersebut dapat menjadi alternatif hunian bagi lansia di masa mendatang. Dia menyebutkan, ketika seorang lansia sudah tidak mempunyai keluarga sama sekali dan membutuhkan tempat tinggal, mereka dapat bersosialisasi dengan sesama lansia.

"Dari penelitian saya, kebanyakan dari mereka tinggal di panti tanpa paksaan," ujar Mahendra seperti dilansir dari situs ITS, Selasa (17/1/2012).

Berdasarkan analisanya, Mahendra mengungkapkan, mereka tidak merasa terpaksa karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bersosialisasi dengan sesama lansia. "Interaksi sosial pada lansia tidak lepas dari hubungan lingkungan fisik dengan kebutuhan bersosialisasinya," katanya menjelaskan.

Maka, Mahendra pun mencoba menggabungkan antara interaksi sosial dan peran ruang indrawi dalam sebuah sosialisasi. Ruang indrawi adalah ruang yang tercipta dari interaksi pengguna ruangan tersebut.

Dalam konteks panti wredha, ruang indrawi tercipta dalam ruang bersama, yaitu sebuah wadah yang menampung interaksi sosial lansia. "Ruang bersama lansia merupakan validasi dari ruang mahasiswa dan anak-anak, yang dikreasikan sedemikian rupa berdasarkan kebutuhan lansia," tutur pria kelahiran Jombang tersebut.

Dia menjelaskan, inti kebutuhan ruang bersama pada lansia yang digagasnya adalah tata ruang dan layout lingkungan yang mempunyai arahan dari kebutuhan lansia. Tujuannya agar kebutuhan sosial lansia pada panti wredha dapat terpenuhi dengan konsep baru sebuah ruang bersama.

Salah satu kendala yang dialami Mahendra dalam mengerjakan disertasinya adalah keterbatasan fisik lansia. Hal tersebut menyebabkan susahnya menggali banyak informasi secara langsung pada lansia. "Seperti lemahnya pendengaran maupun mudah pikun, hal manusiawi yang lumrah untuk lansia," katanya ramah.

Tiga tahun lalu, Master Jurusan Arsitektur ITS ini pun membuat thesis S-2nya yang tidak jauh berbeda dengan disertasinya. Keduanya masih berkisar penerapan arsitektur dalam kehidupan sosial masyarakat. Namun, tema sosial yang diangkat untuk meraih gelar masternya adalah sosialisasi lingkungan pesantren.

Selain itu, penulis salah satu jurnal internasional ini pun menyatakan, kualitas seorang doktor diukur berdasarkan publikasinya dalam berbagai media ilmiah. "Semoga ke depan, banyak tulisan saya yang dipublikasikan di jurnal ilmiah dan diangkat dalam berbagai seminar," kata Mahendra.(mrg)(rhs)
 

Berita Terkait