Meski terdaftar sebagai jajaran kata baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nyatanya tak banyak dari kita yang paham benar arti kata waktu. Padahal, menurut saya waktu adalah hal paling berharga yang dihadiahkan Tuhan untuk kita. Bahkan sejak nafas pertama kita di dunia.
Menurut KBBI, waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung, tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Ya, tidak saya atau siapapun dapat mendahului sang Maha Pengatur Waktu. Yang dapat kita perbuat hanyalah menjadikan hadiah Tuhan ini bermanfaat. Jika tidak untuk orang lain, setidaknya bermanfaat bagi diri kita sendiri.
Suatu pagi di mata kuliah Perancangan Produk, saya mendapat sebuah pengantar kuliah yang tidak biasa dari dosen saya. Awalnya, saya pikir beliau akan memutarkan sebuah video motivasi yang keren, seperti yang pernah ia putar sebelumnya. Namun, ternyata hanyalah sebuah video yang menunjukkan detak-detik jam yang berputar ke kiri lalu ke kanan.
Kemudian terlihat orang-orang dalam video tersebut melakukan berbagai aktivitas. Mulai dari berlari-lari mengejar waktu keberangkatan pesawat, bermain basket, dan sebagainya. Anehnya, dalam video tersebut waktu dapat dihentikan dengan mudah, lalu dijalankan kembali.
”Enak ya kalau bisa menghentikan waktu seperti itu,” ujar dosen saya di akhir video. Saya dan teman-teman pun hanya tertawa simpul menanggapi komentar beliau. ”Sayangnya, ini dunia nyata, bukan video,” tambah dosen saya kemudian. Sontak saya termenung. Diam-diam saya mengangguk setuju.
Kita tidak dapat menghentikan waktu. Jika bisa, mungkin tidak ada satu pun dari kita yang pernah berbuat kesalahan. Kita hanya bisa berjalan maju, tanpa bisa mengubah apapun yang sudah terjadi. Tanpa bisa mundur satu langkah pun kebelakang.
Sesaat kemudian, dosen saya membuka slide lain. Hanya slideshow Power Point dengan latar belakang sederhana; hitam dengan aksen garis orange. Namun, isinya sangat bermakna.
Jika ingin tahu pentingnya waktu setahun, tanyakan pada kakak kelas yang ketinggalan kelas.
Jika ingin tahu pentingnya waktu sebulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.
Jika ingin tahu pentingnya waktu seminggu, tanyakan pada editor tabloid mingguan.
Jika ingin tahu pentingnya waktu sejam, tanyakan pada kekasih yang sedang menunggu.
Jika ingin tahu pentingnya waktu semenit, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.
Jika ingin tahu pentingnya waktu sedetik, tanyakan pada orang yang baru terhindar dari kecelakaan.
Jika ingin tahu pentingnya waktu semilidetik, tanyakan pada peraih medali perak olimpiade.
Begitulah isi slideshow dari dosen saya. Setelah membacakannya, beliau tak berkomentar apapun. Mungkin menganggap kami semua telah paham. Mungkin berharap kami semua dapat mengambil maknanya.
Bagi saya pribadi, slide sederhana tersebut sudah mampu membuat saya merenung panjang: bagaimana saya telah menyia-nyiakan banyak waktu dalam hidup saya. Padahal masih banyak orang diluar sana yang tak memiliki waktu sebanyak yang saya punya. Bagaimana seringnya saya bersantai diri, seolah saya masih akan hidup seribu tahun lagi.
Mungkin sebagian dari anda sempat menjadi seperti saya. Sebagian dari anda yang suka ongkang-ongkang sambil baca komik, atau sebagian dari anda yang banyak tanggungan, namun lebih memilih menundanya sampai entah kapan.
Sejak saat itu, saya mencoba lebih menghargai setiap detik hidup saya. Mencoba menjadi seperti mahasiswa yang dikejar-kejar deadline tugas, seperti tukang becak Tugu Pahlawan yang banting tulang kejar setoran, atau seperti politikus bahkan presiden yang sibuk mengurus masalah negara. Seperti mereka yang selalu haus akan waktu. Yang selalu berusaha membuat setiap detiknya berharga dan memanfaatkannya dengan bijak.
”Orang yang memakai jam tangan itu menandakan kedewasaan, artinya dia tahu waktu,” ujar teman saya beberapa hari lalu. Ya, saya salah satu pengguna jam tangan. Selain sebagai penanda waktu, jam tangan juga mengingatkan saya untuk selalu tepat waktu.
Dan untuk semua pengguna jam tangan, semoga tidak hanya menjadi aksesoris atau pembeda status sosial. Semoga benar-benar menandakan sebuah kedewasaan. Dewasa karena tahu bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik.
Feny Puspa Sari
Mahasiswa Desain Produk Industri angkatan 2010
Mengajak untuk bersama-sama menghargai waktu.
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang