ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
24 Januari 2012, 11:01

Anggit Kenalkan Lagu Dolanan Lewat Permainan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menyikapi hal tersebut, mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Anggit Pangestuty mencoba melestarikan budaya tradisional Nusantara.

Anggit mengungkapkan, teknologi yang berkembang pesat serta informasi merambah dengan luas ke berbagai kalangan memberikan dampak negatif bagi anak-anak. "Saat ini, banyak media penyiaran yang menayangkan lagu-lagu pop dewasa, sedikit sekali yang memutar lagu anak-anak. Maka tidak heran anak-anak di bawah lima tahun bisa hafal lagu pop dewasa," kata Anggit seperti dikutip dari ITS online, Senin (23/1/2012).

Berangkat dari rasa prihatin terhadap keadaan tersebut, Anggit mendapat ide untuk membuat game interaktif berbasis lagu tradisional. "Perjuangan itu ternyata mendapat dukungan dari para ahli karawitan," ujar Anggit bersemangat.

Alhasil, jadilah karya yang bertajuk Game Interaktif Lagu Dolanan. Permainan ini merupakan kompilasi dari beberapa lagu dolanan dari daerah Jawa Tengah. Lagu dolanan adalah lagu zaman dahulu yang sering dinyanyikan anak-anak ketika bermain di halaman, juga dinyanyikan oleh orang tua (khususnya Jawa Tengah) untuk mengajak bermain atau menidurkan anaknya.

Dia menyebutkan, pemilihan lagu dolanan bukan tanpa sebab. Pasalnya, lagu dolanan  memiliki makna yang mengandung nilai moral, nilai sosial, dan pengetahuan alam. "Harapannya bisa membentuk pola pikir dan pendidikan karakter anak-anak yang mendengarkan lagu dolanan itu," tuturnya.

Konten permainan interaktif ini sarat nuansa budaya Jawa. "Misalnya saja, maskot permainan ini, yaitu Ningsih dan Aji karena mereka memberikan kesan Jawa," ujar Anggit.

Walau begitu, lanjutnya, tidak menutup kemungkinan bagi orang di luar Jawa pun bisa menikmati permainannya karena bahasa yang digunakan dalam permaianan tersebut adalah Bahasa Indonesia.

Berbagai lagu dolanan yang digunakan dalam permainan ini cukup populer di telinga masyarakat. Sebut saja  Ilir-Ilir, Menthog- Menthog, Kidhang Talun, Jamuran, Padhang Mbulan, dan Cublek Suweng. "Saya menyajikan lagu itu sesuai kebutuhan dari anak-anak," kata Anggit menjelaskan.

Tidak hanya mengenali lagu-lagu tradisional, anak-anak pun juga bisa memainkan alat-alat musik khas Jawa seperti saron, slenthem, gong, kenong, kendang, kempul, gender, gambang, dan boning.

Namun, meskipun lagu-lagu tersebut cukup populer, namun ternyata masih banyak anak-anak yang tidak mengenalnya. "Ketika saya melakukan riset pun, banyak dari mereka yang tidak tahu tentang lagu dolanan," ujarnya.

Bagaimanapun, wanita asal Surabaya ini masih tetap optimis akan karyanya.  Anggit sangat berharap, tugas akhirnya ini bisa bermanfaat bagi setiap pihak yang peduli untuk mengembangkan dan mengenalkan kembali lagu dolanan kepada anak-anak.(mrg)(rhs)

Berita Terkait