Menurut website Eco Campus ITS, sampah yang dihasilkan dari kegiatan akademik di ITS berupa 2 bak kontainer sampah dengan kapasitas 6 m3/hari atau 2.200 m3/bulan. Sampah kertas di ITS yang dihasilkan dari kegiatan akademik rata-rata 150 kg/hari atau 4.5 ton/bulan. Ini setara dengan menebang pohon sebanyak 108/bulan (1 ton kertas sama dengan 24 pohon). Sebenarnya, sampah bisa menjadi peluang jika bisa dikelola secara baik sejak awal dan menjadi masalah jika tidak ada pengelolaan yang tepat.
Kurangnya budaya membuang sampah pada tempatnya menjadi salah satu faktor banyaknya sampah berserakan di lingkungan ITS. Hal ini bisa terlihat di sekitar taman BAAK, lorong menuju perpustakaan pusat, dan masih banyak tempat lain di ITS. Rendahnya kepekaan sivitas akademik ITS dalam menjaga lingkungan bisa jadi disebabkan kurangnya jumlah tempat sampah di lingkungan ITS.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan bila dibiarkan memang akan tetap menjadi masalah besar. Namun kita tidak bisa mengkambinghitamkan kurangnya tempat sampah sebagai alasan utama untuk membuang sampah sembarangan.
Sampah-sampah di lingkungan ITS terdiri dari berbagai macam jenis sampah, mulai dari sampah organik, plastik , kertas dll. Yang menjadi masalah yaitu jika setiap sampah yang ada di ITS dicampur jadi satu, apapun itu jenis sampah tersebut.
Perlu diketahui bahwa pemisahan sampah berdasarkan jenisnya bisa memberikan banyak keuntungan, dengan mengetahui sampah mana yang dapat diolah kembali dan mana yang harus dibuang. Ironinya, ITS yang mengusung Eco Campus belum menerapkan pemisahan sampah.
Untuk mengurangi resiko penumpukan sampah yang ada, perlu dilakukan pembiasaan terhadap pengelolaan sampah dari sumbernya. Maka pemilahan sampah menjadi sesuatu yang harus segera dilaksanakan oleh semua sivitas akademika ITS. Pemilahan juga memudahkan penanganan sampah. Misalnya, sampah organik dapat kita olah menjadi kompos, sementara kertas dan plastik bisa didaur ulang.
Pemilhan sampah berdasarkan jenisnya memang sudah ada sejak lama namun masih sedikit institusi pendidikan yang menjalankannya. ITS sebagai salah kampus yang mengusung Eco Campus harusnya mampu menjadi pelopor tidak hanya dalam penghijauan. Namun juga dalam pemilahan sampah berdasarkan jenisnya yang dimulai dari sumbernya yaitu civitas akademika ITS; mahasiswa, dosen, dan karyawan. Dengan pembiasaaan yang dimulai sejak dini, sampah bisa berubah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
Ardhila Chadarisman
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika angkatan 2008
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)