ITS News

Senin, 23 Desember 2024
16 Februari 2012, 18:02

Hilang!

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut laporan yang digali dari Satuan Keamanan Kampus (SKK), sebenarnya tingkat keamanan dalam kampus sudah cukup menguat. Dua tahun terakhir, jumlah barang kehilangan di Institut Teknologi Perjuangan (ITS) telah menurun. Contoh, pencurian motor (curanmor) dari yang awalnya mencapai sekitar 40 kasus menjadi hanya belasan dalam setahun.

Kita patut bersyukur, setidaknya keamanan di kampus tercinta telah meningkat. Namun  tidak ada salahnya kita belajar mengurai mengapa kehilangan tersebut masih menyisakan jejak.

Pertama, kehilangan motor masih acap terjadi di beberapa titik rawan yang tersebar di ITS. Contohnya di sekitar Bank BNI dan Masjid Manarul Ilmi. Sebenarnya, dua tempat ini memang merupakan parkir liar. Bahkan ada rambu-rambu di tempat itu yang menyatakan larangan parkir.

Namun, tidak sedikit mahasiswa memarkir kendaraan dengan dalih untuk sebuah keperluan singkat. Alhasil, waktu yang sebentar saja sebenarnya memberikan kesempatan yang cukup bagi para pemburu motor. Dalam waktu yang singkat, semuanya bisa berubah. Tangis pun berbuah sesal bagi sang pemilik motor naas. Andaikata mereka telah memarkir di tempat yang lebih aman yang berdekatan dengan kawasan tersebut.

Barang rawan kedua adalah laptop. Barang ini telah menjelma sebagai kebutuhan primer mahasiswa. Titik rawan bagi barang tersebut adalah di sekitar Masjid Manarul Ilmi dan mushola jurusan. Tas yang diletakkan tanpa pengawasan di dekat tiang-tiang masjid dengan mudah bisa menjadi sasaran.

Ironis memang, kriminalitas justru berani dilakukan di rumah ibadah. Yang lebih berbahaya lagi, modus operandinya seringkali sama. Yakni penukaran obyek yang ditarget. Tas korban ditukar dengan tas pelaku yang isinya kosong. Maka tidak jarang takmir masjid menginstruksikan agar jamaah meletakkan tas di depan saat shalat. Biasanya, kasus seperti ini mencapai puncaknya saat penerimaan mahasiswa baru

Tidak cukup sampai di situ, beberapa sekretariat organisasi mahasiswa juga pernah menjadi sasaran. Tempat mereka dimasuki oleh orang yang tidak dikenal saat tidak ada pengurus yang stand by. Terkadang, meski pintu terkunci, si pelaku tetap berhasil melaksanakan aksinya. Mahasiswa di kos atau kontrakan sekitar kampus patut turut waspada. Karena tidak jarang pula orang yang tak dikenal memasuki bangunan itu dan sebagian barang berharga raib.

Barang incaran ketiga yang juga sering raib adalah sepeda pancal. Titik yang paling rawan adalah di belakang perpustakaan. Di titik ini, sepeda yang terkunci pun bisa lenyap.

Mungkinkah semua ini terjadi kebetulan? Mari kita coba menilai, apakah hal yang terjadi berungkali merupakan kebetulan atau tidak.

Secara geografis, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya bisa dibilang cukup strategis. Terletak di antara jalur-jalur ramai Jalan Kertajaya, Mulyosari, Gebang, dan Keputih. Jalan sekitar kampus menjadi jalur alternatif bagi para masyarakat sekitar untuk melintas. Agar jarak yang mereka tempuh lebih dekat ketimbang harus berputar mengikuti jalan raya Kota Pahlawan.

Lantas, siapa para pelakunya? SKK menerangkan, semua kasus kehilangan yang selama ini terbongkar tidak dilakukan oleh warga ITS. Mereka menduga, ada jaringan yang bekerjasama satu sama lain untuk menuntaskan misi mereka.

Kita berharap besar semoga ITS ke depan mampu menjadi kampus yang lebih aman. SKK berencana merealisasikan sistem keamanan kampus berbasis teknologi yang lebih canggih. Sebagai gambaran, setiap kendaraan yang keluar dan masuk akan diperiksa menggunakan sistem elektronik.

Begitu pun dengan sepeda pancal. Wacana Eco Campus juga akan didukung oleh pengamanan menggunakan barcode sepeda masing-masing. Kita berharap semoga rencana tersebut dapat terlaksana secara efektif.

Akan tetapi, kita bisa belajar dari semua hal ini. Wajar bila kita mengandalkan pihak lain yang bertugas untuk menjaga keamanan sekitar. Namun bukan berarti kita lantas acuh tak acuh terhadap keamanan miliki kita sendiri.

Bergantung pada orang lain sepenuhnya juga bukan jalan yang bijak untuk diambil. Kalau diri kita sendiri masih mampu, bukankah seharusnya kita juga berusaha dengan maksimal? Ketika hal terburuk terjadi, juga tidak sepatutunya kita menyalahkan sepenuhnya kelalaian pihak lain. Ini bukan sebuah solusi konkret, bahkan bisa menimbulkan masalah baru.

Sebagai bagian dari sivitas akademika ITS, sudah bukan saatnya lagi kita memanjakan diri dan hanya mampu mengambinghitamkan pihak lain. Ingat saat SKK melakukan pemeriksaan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) secara rutin, banyak yang mengeluhkan antrian panjang yang terjadi. Namun setelah pemeriksaan tidak berjalan, tidak sedikit juga yang memprotes.

Memang terkadang antara kenyamanan dan keamanan saling bertolak belakang. Di sisi lain tidak nyaman, tapi bukankah dengan pemeriksaan kita merasa lebih aman? Namun kita harus selalu ingat bahwa keamanan bukan hanya tanggung jawab SKK semata. Akan tetapi semua sivitas akademika. Bukan saatnya lagi kita terus-menerus berada di zona nyaman. Demi keamanan, diperlukan sedikit ketidaknyamanan yang mungkin terasa karena belum terbiasa.

Ada usaha-usaha kecil yang bisa dilakukan. Yaitu dengan mengunci ganda kendaraan kita, meletakkan di tempat yang aman, dan menaati aturan-aturan yang ada. Dari kesadaran individu yang paling minim sekalipun, kita bisa memperkecil kemungkinan-kemungkinan terburuk yang ada. Seperti yang diungkapkan seorang bijak bestari, ”Ikatlah dulu kudamu (kendaraanmu), lalu bertawakallah,” bunyi pesan tersebut.

Banyak saran yang menyatakan agar kampus ITS tidak terlalu terbuka dengan siapa saja. Perlu ada pemeriksaan yang lebih ketat bagi mereka yang masuk ke wilayah kampus.

Memang, terbuka dengan masyarakat sekitar sangatlah baik. Hal tersebut menunjukkan ITS tidak eksklusif dan mampu membaur. Namun, bukankah sesuatu yang sifatnya terlalu itu bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri? Bukankah setiap tuan rumah perlu menetapkan aturan yang tegas namun santun agar rumahnya tetap damai, tenang, indah, dan asri?

Semua pihak di ITS perlu mempertimbangkan hal-hal ini. Tidak ada yang salah pula dengan mengingat kalimat populer Bang Napi yang meringkuk dalam jeruji palsu. Waspadalah, waspadalah, waspadalah!

Tim Redaksi ITS Online

Berita Terkait

ITS Media Center > Editorial > Hilang!