ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
02 Maret 2012, 13:03

Kombinasikan Dua Hobi, Norma Raih Juara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam kompetisi bertajuk Ekspedisi Cincin Api besutan salah satu media, Norma menceritakan pengalamannya dalam mendaki Gunung Semeru. Tidak sekadar berbagi pengalaman, tulisan mahasiswa jurusan Biologi ini mengandung nilai moral dan inspiratif.

"Saya punya pengalaman unik di puncak gunung, ya saya ikut lombanya," ujar Norma seperti disitat dari ITS online, Jumat (2/3/2012).

Mengawali kisahnya yang berjudul Sensasi Dikejar Lahar Panas Mahameru, Norma menuturkan, akhir Juli lalu dia bersama 14 teman dari Pecinta Lingkungan Hidup (PLH) SIKLUS mendaki Gunung Semeru. Padahal, beberapa hari sebelumnya berbagai media mengabarkan aktivitas Gunung Semeru kian meningkat.

Namun, karena didorong keinginan kuat untuk pergi ke sana dan sudah terencana sejak jauh hari, rombongan mahasiswa ini tetap berangkat. "Ada salah satu teman saya yang bilang kalau berita itu terlalu dibesar-besarkan," seloroh gadis kelahiran 10 April 1990 ini.

Dia mengatakan, saat itu, ketika telah mencapai area camp di area sekitar Danau Ranu Kumbolo, cuaca tiba-tiba tidak bersahabat. Mendung dan gerimis pun mewarnai langit yang semula cerah sehingga pendakian ke puncak Gunung Semeru tidak diperbolehkan. "Pendaki hanya boleh naik hingga Kalimati, yakni empat kilometer dari puncak gunung," ujarnya.

Parahnya, dalam pendakian kala itu, hanya ada tiga perempuan saja termasuk Norma. Lebih nahas lagi, di antara ketiganya, tidak ada yang pernah mendaki Gunung Semeru. Saat pelik tersebut, mereka pun teringat pada Willem Tasiam, seorang pendaki dengan jam terbang yang tinggi. "Jika beliau naik ke puncak, maka kami juga," kata Norma.

Akhirnya para pendaki memulai pendakian menuju puncak Mahameru pada tengah malam. Pendakian dimulai pada malam hari untuk menghindari wedhus gembel beracun yang muncul pada siang hari.

"Pendaki gunung favorit saya, Soe Hok Gie, harus meregang nyawa akibat menghirup wedhus gembel pada pendakiannya menuju puncak Mahameru," tutur dara yang bercita-cita menjadi seorang jurnalis tersebut.

Akhirnya, lanjut Norma, pada pukul 04.30 WIB tiba-tiba terdengar teriakan yang menyuruh para pendaki untuk segera turun dan tidak panik. "Tentu saja semua panik karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mengingat banyak berita buruk yang beredar," kata Norma.

Namun, semua ketakutan dan kepanikan tersebut pun urung menguasai dirinya. Sebab, penyebab teriakan tersebut adalah sebuah batu pijar yang melorot dari puncak Mahameru. "Untungnya lahar di Semeru telah dipersiapkan jalurnya dan itu jauh dari jalur pendakian," ujarnya lega.

Setiap pengalaman, tentu berguna untuk orang lain. Oleh karena itu, Norma berpesan bagi penyuka hiking untuk tidak boleh meremehkan alam. "Ketika di tengah pendakian terdapat hal yang membuat ragu, maka lebih baik pendakian dihentikan. Jangan memaksakan sesuatu," kata mahasiswa jurusan Biologi tersebut.

Berita Terkait