ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
17 Maret 2012, 13:03

Menristek: Karya Anak Bangsa Bermerek Asing Laku

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Di satu sisi, kita bangga dengan karya anak bangsa seperti mobil Esemka, tapi di sisi lain belum ada pengakuan terhadap karya anak bangsa itu sendiri," katanya di Surabaya, Jumat (16/3).

Ia mengemukakan hal itu dalam forum dialog bertajuk "Pengembangan Kebutuhan SDM dan Iptek" dengan para peneliti dan mahasiswa ITS dan PENS di Gedung Robotika ITS Surabaya.

Menurut dia, kebanggaan yang "setengah-setengah" itu terlihat dari kesenangan pada merek asing, sehingga karya anak bangsa yang diberi merek asing pun laku.

"Pernah ada produk lokal yang tidak laku, padahal secara kualitas tidak kalah dengan produk asing, lalu produk lokal itu diberi merek ala California dan ternyata laku," katanya, tersenyum.

Oleh karena itu, katanya didampingi Rektor ITS Prof Ir Triyogi Yuwono, sudah saatnya bangsa Indonesia untuk mencintai merek lokal, karena produk lokal secara kualitas itu tidak kalah.

"Kalau kita suka merek asing untuk barang produk kita sendiri, maka bangsa lain yang akan diuntungkan, padahal bangsa asing juga sangat mengakui kualitas karya kita," katanya dalam dialog yang dipandu Pembantu Rektor I ITS Prof Ir Herman Sasongko itu.

Buktinya, katanya, produk PTDI yang tidak dibeli bangsa sendiri itu justru diminati bangsa Korea, Thailand, dan sebagainya. "Masak, kita harus dipaksa untuk membeli produk bangsa sendiri," katanya.

Ketika ditanya pemanfaatan hasil penelitian dari kalangan akademisi oleh kalangan aparat/birokrat, ia mengatakan pihaknya saat ini sedang fokus ke arah itu.

"Kita sedang menyusun sistem inovasi nasional atau sinas dan sistem inovasi daerah atau sida untuk pemanfaatan hasil penelitian akademisi itu," kata menteri yang juga sempat meninjau Laboratorium Flu Burung di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Sistem itu akan mempertemukan akademisi, bisnis/industri, dan goverment/pemerintah. "Misalnya, saya sudah mempertemukan peneliti flu burung Unair dengan Biofarma untuk produksi vaksin flu burung," katanya.

Ia berharap ITS akan menjadi "imam" dalam pengembangan produk lokal atau karya anak bangsa yang terkait dengan teknologi dan energi, seperti robotikadan teknologi informasi.

Secara terpisah, Kepala Pusat Kerja Sama dan Promosi Ipteks ITS Surabaya Dr RO Saut Gurning ST MSc kepada ANTARA menegaskan bahwa forum dialog juga dimeriahkan dengan pameran produk unggulan ITS dan PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya).

"Kami sudah menghimpun hasil karya ‘arek’ ITS pada 2008-2012 sejumlah 250-an produk, tapi produk yang dipamerkan kali ini hanya 28 produk pilihan," kata staf pengajar Fakultas Teknologi Kelautan ITS itu.

Ia mengaku pihaknya siap menjawab tantangan Menristek dengan menjadikan ITS sebagai sumber kemandirian teknologi nasional. "Produk ITS sudah banyak diminati masyarakat, di antaranya 12 tank amphibi yang dibeli Kementerian Pertahanan atau konsorsium kapal perang yang didanai Kemenristek," katanya. (*)

Berita Terkait